Ziliun
  • Issuepedia
  • Workipedia
  • Inner Space
No Result
View All Result
  • Issuepedia
  • Workipedia
  • Inner Space
No Result
View All Result
Ziliun
No Result
View All Result

Genre Pop Melayu, Dulu Dihujat, Sekarang Dipuja

Ade I. SakinabyAde I. Sakina
17/11/2020
in What's Hypening
1
Pop Melayu, Dulu Dihujat, Sekarang Dipuja | Ilustrasi: V. Fauziah

Pop Melayu, Dulu Dihujat, Sekarang Dipuja | Ilustrasi: V. Fauziah

Share on FacebookShare on Twitter

Waktu gue masih SMP, ya bocah usia 13-15 tahun gitu, sekitar tahun 2010-2013, blantika musik Indonesia diramein sama band dan penyanyi yang produktif banget ngeluarin karya. Belom lagi nih ya, di berbagai stasiun TV swasta, ada acara musik yang biasanya tayang dari jam 8-10 pagi. Ini masih jadi pertanyaan besar buat gue pribadi, kenapa jam penayangannya mesti pagi, di mana saat itu orang lagi sibuk-sibuknya, entah itu di sekolah, kantor, bahkan di rumah sekalipun. Kalian pernah penasaran juga gak sih sama ini?

Pas itu, gue inget banget, era di mana YouTube belum jadi aplikasi top of mind orang-orang, berbagai jenis tontonan, mau yang hiburan atau berita serius, semuanya ada di TV. Termasuk tayangan karya musik dari para band atau penyanyi Indonesia, gue sering nontonin video klip mereka, liat mereka tampil, bahkan kalo libur mantengin acara musik juga. Dari sekian karya musik yang ada, genre pop melayu bisa dibilang cukup menarik perhatian masyarakat. Konteksnya pun bisa positif dan juga negatif.

Banyak orang yang suka, bahkan mengaku sebagai fans dari band atau penyanyi yang membawakan genre tersebut, tapi di sisi lain banyak juga yang gak suka dengan genre pop melayu karena dianggap kampungan atau alay. Dulu kalo di antara circle pertemanan gue ada yang ngaku suka sama lagu Kangen Band misalkan ya, udah abis deh dikata-katain. Emang image genre pop melayu itu udah skip banget lah buat sebagian besar orang. 

Nah pas gue udah kuliah nih, ya sekitar tahun 2018-an sampai sekarang bahkan, genre pop melayu justru jadi primadona cui di konser musik. Di Synchronize Fest 2019, misalkan penampilan Wali sama Setia Band pecah cui di depan ribuan anak-anak muda yang mungkin dulunya menganggap lagu-lagunya Wali dan Setia Band (dulunya ST12) itu alay atau kampungan. Gue sendiri pun mengalami keseruan yang sama pas di kampus gue ada band lokal yang bawain lagu-lagu Kangen Band, wih gila orang-orang pada joget dan ikutan nyanyi, termasuk gue hahahaha. Asik banget deh pokoknya, apalagi kalo udah ramean bareng temen! 

RelatedPosts

Drakor Anak Kuliah yang Seru Ditonton!

Kala Kini Nanti: Art Space di Bandung yang WAJIB Dikunjungi!

Gue ngeliat kalo makin ke sini, orang-orang jadi excited buat dengerin lagu pop melayu dan udah gak ada lagi tuh yang namanya label kampungan atau alay. Gue merenung, hahaha merenung banget tuh bahasanya, apa ya yang  bikin genre pop melayu kembali digemari? oke gue nemu beberapa asumsi:

Pertama, sesuatu yang bersifat nostalgia pasti disukai oleh orang banyak. Mau itu dikata-katain kayak apa dulunya pun tetep aja nanti disukai. Jangan heran aja kalo nanti 5-10 tahun orang-orang malah suka dengerin lagu Young Lex hehe

Kedua, sekarang kita bisa lebih intens dalam menikmati musik, contohnya via platform, YouTube, bahkan konser. Bandingin deh pas dulu, referensi musik kita mostly dari acara TV. Semakin intens kita dengerin lagu, semakin terbiasa juga kita sama lagu tersebut.

Ketiga, tema atau lirik lagu musik pop melayu itu related cui sama kehidupan kita semua hahaha, mulai dari patah hati, kena ghosting, cemburu buta, sampai banting tulang nyari pekerjaan. Trus liriknya mudah dipahami dan gak harus mikir dua kali buat tau makna lagunya.

Keempat, sekarang musik tuh lebih inklusif, sekarang dengan semakin berkembangnya internet, semua musisi bisa promosiin karya mereka, bahkan yang udah rilis sepuluh tahun yang lalu sekalipun. Jadi, karya musik band atau penyanyi pop melayu bisa kita dengerin  di berbagai platform.

Yha itu sebatas asumsi gue aja sih hahaha sebagai orang yang masa remajanya banyak mendengar cibiran atau kalimat sinis tentang lagu pop melayu dan sekarang pas udah gede, wow gue melihat fenomena yang berbeda. 

Jadi, gak ada cui yang namanya musik kampungan atau alay, mungkin telinga aja yang masih belum terbiasa ama tuh musik. Lama-lama kalo didengerin bisa juga suka kok, contohnya kayak lagu-lagu pop melayu, ye gak?

Bagikan ini:

  • Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)

Menyukai ini:

Suka Memuat...
Tags: Kangen BandmusikPop MelayuSynchronize Fest
Previous Post

Belajar Entrepreneurship Sekaligus Tur Virtual ke Desa Sejahtera Astra

Next Post

Antara Mobil Tesla, Investasi, dan Omnibus Law

Next Post
Antara Mobil Tesla, Investasi, dan Omnibus Law | Desain: V. Fauziah

Antara Mobil Tesla, Investasi, dan Omnibus Law

Comments 1

  1. Ikhwan says:
    4 tahun ago

    Mereka yg salah menguna kan genre pop melayu itu

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Yang Terbaru

  • Fenomena Media Alternatif: Efektif Tapi Bisa Bawa Dampak Negatif
  • Fenomena Konser Ramah Lingkungan, Gimana Praktiknya?
  • Mengenal Apa itu Chronically Online
  • Apakah Demokrasi Adalah Sistem Pemerintahan Terbaik?
  • Mengenal Filsafat Stoikisme
Ziliun

Media yang menemani perjalanan anak muda untuk menghadapi kehidupan dan memasuki dunia kerja, serta mendorong dan memotivasi anak muda untuk menjadi versi terbaik diri mereka.

  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Tentang Kami
  • Kerja Sama

Ruang & Tempo Coworking Space

Gedung TEMPO, Jl. Palmerah Barat No. 8, Jakarta Selatan 12210

Bikin kontenmu sekarang!

© 2025 Ziliun All rights reserved.

Ziliun

  • Issuepedia
  • Workipedia
  • Inner Space

© 2025 Ziliun All rights reserved.

%d