“Dari dulu gue selalu mau jadi agen perubahan. Gimana ya perasaan Zuckerberg saat tahu produknya dipake miliaran orang? Atau Nadiem Makarim yang tiap hari lewatin jalan raya Ibu Kota penuh dengan pasukan helm dan jaket ijo menjalar? Sedangkan gue.. gue.. gue belum ngapa-ngapain! Ngeliat para pembuat aplikasi keren yang diterima di hati masyarakat, sebenernya menggugah hati gue sih… tapi, alamak gue gaptek banget!”
Ada gak yang ngisi diary atau notes di HP kayak gitu? Ngaku?
Hari gini generasi milenial emang udah hidup di zaman serba digital. Di mana-mana pake teknologi, terutama aplikasi mobile. Rajin banget nulis status, upload foto liburan, kepoin mantan, sampe jualan. Gak kok, gak dosa. Ini cuma bukti bahwa masih banyak di antara kita itu berperan sebagai konsumen.
Tapiiiiii… gak sedikit juga yang udah tergerak membuat produknya sendiri di bidang digital. Startup-startup bermunculan dan saling menawarkan solusi untuk berbagai permasalahan yang ada di masyarakat dengan menyediakan aplikasi mobile dan situs web. Mereka adalah orang-orang beruntung yang bisa mewujudkan secara nyata usaha rintisan ke pubik karena bisa coding, ngerti programming, lulusan IT, dan lain sebagainya. He he, gak gitu juga kok kenyataannya…
Kalau lo merasa gaptek gak bisa ngotak-ngatik kode rumit untuk bikin aplikasi, gak perlu patah semangat! Ada beberapa hal yang jauh lebih penting sebagai modal utama membangun startup.
Punya masalah dan solusi
Menurut Presiden Direktur Acer Indonesia Herbet Ang, untuk membangun startup gak harus selalu ngerti dan punya background teknologi dulu. Tapi yang paling utama itu lo harus punya masalah yang jelas.
“Kalau udah tau masalah apa yang mau diselesain dengan konkret dan jelas, maka hambatan gaptek teknologi akan teratasi dengan sendirinya,” kata Herbet.
Apa sih masalah yang ada di masyarakat yang mau lo selesain? Apa solusi yang lo tawarkan? Kalau lo udah punya masalah dan punya solusi yang jelas, then fight for it! Masalah dan solusi adalah dua hal yang paling utama supaya orang-orang gaptek tetep bisa driven membangun startup-nya karena mereka udah punya arah dan tujuan.
Cari co-founder!
“Bangun startup gak selalu harus sendirian,” Herbet kembali memberi wejangan.
Kalau masalah dan solusi udah jelas, baru lo ngomongin teknologi! Lo bisa mengatasi ke-gaptek-an lo dengan cari co-founder yang ngerti teknologi. Temukan orang-orang tepat ini yang punya visi dan misi sama seperti apa yang mau lo jalanin. Kalau visi dan misi udah sejalan, lo pasti bakal click sama co-founder lo nanti.
Kalau udah dapet co-founder yang pas, coba bagi beban dan kegalauan lo itu. Selain itu, penting juga nih untuk mengasah jiwa entrepreneurship. Tujuannya kata Herbet, individu bakal siap bekerja keras membangun segala sesuatunya dari awal dan berusaha mati-matian untuk mewujudkannya selaras dengan visi sejak awal.
Cari perusahaan yang mau bantu
Alternatif lain kalau lo gak nemuin co-founder atau partner yang cocok, lo bisa cari perusahaan yang mau membantu.
“Sekarang saya lihat banyak perusahaan yang mau membantu para startup dengan menyediakan keahlian software yang dibutuhkan,” jelas Herbet.
Khawatir gak punya uang buat bayar mereka? Tenang aja, bro. Lo gak selalu harus bayar mereka, tapi lo bisa mengganti bayaran uang, dengan berbagi saham dengan mereka. So, gaptek bukan lagi masalah buat lo jadi self-driver atas startup lo sendiri. Karena yang paling penting bukan punya keahlian dan latar belakang teknologi, tapi punya masalah beserta solusi yang jelas dan konkret!