Gaji 5 juta, tapi…kenapa kerjaan dan tanggung jawabnya segunung, ya? Kira-kira begitu penjelasan singkatnya.
Volunteering atau kerja ikhlas? Konsepnya jadi gitu, nih?
Ya, gak, dong! Kerja itu kan, pasti pengennya yang setara antara bayaran dan tingkat kesulitan jobdesc yang diberikan. Tapi, kalo gaji yang didapatkan gak sesuai dengan tanggung jawab pekerjaan, kebayang kan gimana puyeng dan “berdarah-darahnya”?
Dengan gaji 5 juta yang didapatkan tiap bulannya, bukannya gak mau bersyukur. Eitsss, tapi pastinya setiap pengorbanan atau kontribusi yang kita keluarkan harus mendapatkan feedback yang sama. Kalo emang benefit berupa gaji di angka lima juta, masa kita harus “memikul” tanggung jawa setara gaji Rp 20 juta.
Pertanyaannya, sering gak kejadian kayak gini di dunia kerja? Sering, malah sering banget! Udah jadi rahasia umum itu mah~
Misalnya, seorang graphic designer, kan, seharusnya punya jobdesc yang berkaitan sama desain visual aja. Tapi, tau-tau dia juga diminta buat produksi video dari awal sampai akhir. Padahal, itu kan udah jadi hal yang berbeda dengan kerjaan desain.
Istilahnya, palugada alias apa lu mau gue ada. Gak gitu konsepnya. Jadinya, hasil kerjaan jadi susah buat maksimal. Soalnya selain banyak secara jumlah, beban dan tanggung jawabnya pun gak main-main.
Jelas, ketika tanggung jawab gak sesuai dengan gaji = gak adil. Lebih parahnya lagi, karyawannya bisa-bisa malah jadi gak maksimal buat kerja. Ujung-ujungnya, bisa mengarah ke toxic productivity alias produktif yang gak baik buat diri sendiri.
“Tapi kan, kalo rajin kerjanya, nanti bisa cepet naik jabatan?”
Rajin, bukan kerja di luar tanggung jawab. Berbeda, lho. Kalo rajin, ya artinya bisa mematuhi deadline dengan baik, hasil pekerjaannya maksimal, efisien menggunakan waktu, dlsb. Intinya, kita ngerjain apa yang udah seharusnya jadi jobdesc kita, bukan malah ngerjain pekerjaan lain yang bukan tanggung jawab kita.
Baca juga di sini: Biar Gak Ngerasa “Stuck” di Tempat Kerja
“aku gak mau ah terjebak di posisi kayak gitu!”
Tentunya kalo kita udah terjebak, bakalan susah buat keluarnya. Karenanya, yang perlu kita lakukan adalah mencegahnya dari awal. Caranya?
- Cari tau profil profesi dengan detail. Bisa dari internet, pengalaman orang lain, atau..thread di Twitter, hehe.
- Cari tau juga kualifikasi dan tanggung jawab pekerjaan dengan rinci
- Ketika diwawancarai oleh HR atau user, tanyalah tentang load pekerjaan
- Jangan lupa, kepoin juga tentang budaya perusahaan dari review di internet atau mereka yang pernah bekerja di sana
“Tapi, kalo udah terjebak, gimana? Resign, dong?”
Jawabannya bukan cuma “ya” atau “tidak”, tapi justru timbul pertanyaan baru.
Kalo mau resign, yakin udah tau mau ngapain, pindah ke mana, atau minimal, punya modal “nganggur”? Lalu kalo mau bertahan, kira-kira sampai kapan? Harus dipikirkan dengan matang dan penuh rencana.
Moga-moga, artikel ini bisa jadi bahan renungan buat temen-temen yang mau apply kerja atau buat kamu yang emang lagi terjebak di situasi serupa! Kenyataannya, dunia kerja itu selalu ada aja suka-dukanya. Miris, tapi nyata.