“Makan di mana?”
“Terserah.”
Percakapan itu kerap kita dengar di antara sekumpulan anak muda yang sedang hangout bersama di luar rumah. Dengan banyaknya pilihan kuliner di kota-kota urban saat ini, konsumen justru sering kebingungan dalam menentukan pilihan.
Adalah empat orang anak muda Surabaya–Yoga, Adam, Zahro, dan Sigit–yang karena situasi di atas, memutuskan untuk membuat sebuah media bagi para pecinta kuliner. Media tersebut mereka namakan Foodsessive.com, sebuah kamus kuliner kekinian Surabaya.
Foodsessive yang menjadi salah satu finalis Startup Sprint ini dimulai dari kegalauan banyak orang dalam memilih tempat makan. Selain itu, ketiga co-founder ini juga melihat fenomena “makan cantik”, di mana konsumen gemar mengunggah foto makanan di media sosial Instagram. Kedua hal ini kemudian mereka rangkum dalam Foodsessive.
Selama membangun Foodsessive, bisa dibilang Yoga dan kawan-kawan cukup struggle. Pasalnya, startup ini tidaklah dikerjakan sebagai side project, melainkan sebagai full-time project, sehingga mereka tidak memiliki penghasilan saat awal Foodsessive didirikan.
“Nekat sih, kita semua full time, pendapatan gak rutin kayak orang kerja. Makannya tiap hari Laksa sama Pop Mie pas gak ada duit–seringan gak adanya sih hehe. But, hidup adalah perjuangan dan perjuangan tidak akan pernah mengkhianati. Saya percaya itu,” ungkap Yoga.
Yoga sendiri awalnya tidak terpikir untuk menjadi entrepreneur. Ia dulu punya mimpi untuk berkarir di perbankan. Lulus kuliah, ia juga sempat melamar ke suatu BUMN, karena orangtuanya ingin ia bisa bekerja di perusahaan besar. Namun, pikirannya berubah setelah mengikuti berbagai kompetisi IT.
“Berawal dari ikut lomba-lomba IT, hingga akhirnya bertemu dengan rekan-rekan ‘dewa’-nya IT di Foodsessive ini, saya join dan belajar banyak di dunia startup,” kata Yoga.
Sama seperti orang tua Yoga, orang tua Sigit, CMO dari Foodsessive, juga lebih menginginkan Sigit untuk melamar pekerjaan atau kuliah lagi. Menurut Sigit, keluarganya masih melihat startup sebagai pekerjaan sambilan.
“Di keluarga saya, sukses adalah menjadi pegawai/PNS. Dan saya juga sempat berpikir demikian. Sampai akhirnya berubah setelah mengenal startup dan bertemu dengan teman-teman yang juga ingin menekuni startup.”
Namun, Sigit tetap bertahan karena menurutnya, dunia startup memiliki peluang besar untuk membuat perubahan dan memberikan manfaat besar bagi orang lain.
“Sulitnya menjelaskan kerja di dunia startup, terutama kepada keluarga. Alhamdulillah sekarang orang tua saya sudah mulai mengerti dan mendukung,” kata Sigit.
Sementara itu, co-founder dan CTO Foodsessive, Adam, memang sejak dulu ingin berwirausaha. Anggota keluarga Adam kebanyakan memang memilih jalur wiraswasta, sehingga kemandirian sudah diajarkan kepada dirinya sejak kecil. Ia sudah sejak dulu ingin memiliki perusahaan.
“Dulu saya tidak tahu istilah startup, yang saya tahu adalah perusahaan, dan saya memang ingin memiliki sebuah perusahaan sendiri,” kata Adam.
Yoga sebagai CEO sendiri percaya bahwa hidup tidak hanya melulu tentang mencari uang, tapi juga tentang bagaimana bisa memiliki value, yang dapat memberikan manfaat bagi orang banyak. Manfaat ini yang juga berusaha diciptakan oleh Foodsessive, tidak hanya bagi para pecinta kuliner, tetapi juga bagi pengusaha kuliner, seperti yang disampaikan oleh Sigit.
“Sebagai media partner dari para pengusaha kuliner, saya berharap Foodsessive dapat membantu para pengusaha kuliner untuk mengembangkan bisnisnya. Dan sebagai media informasi bagi pecinta kuliner, saya berharap Foodsessive dapat menyajikan informasi kuliner yang lengkap, akurat, dan menghibur dengan foto-foto yang menarik dan menggugah selera,” ungkap Sigit.
Ke depannya, menurut Adam, Foodsessive berambisi menjadi rujukan kuliner kekinian, tidak hanya di Surabaya, tetapi juga di seluruh Indonesia dengan target awal satu juta menu kuliner. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Yoga.
“Bayangkan Anda memiliki jutaan menu kuliner di genggaman Anda, jadi ketika Anda pergi ke Medan untuk mencari Bika Ambon, Foodsessive memberikan informasi mengenai semua Bika Ambon yang ada di Medan. Ketika Anda ingin mencoba kuliner baru di suatu kafe, tapi ragu mengenai menunya, dan apakah harganya mahal atau tidak, Foodsessive memberikan informasi lengkap mengenai menu beserta lokasinya,” kata Yoga.
Untuk mencapai target ini, para co-founder Foodsessive memiliki satu mindset yang sama:
“Selalu berjuang. Mimpi apapun yang Anda miliki, percayalah perjuanganmu untuk mencapai ke sana akan memberikan hal manis,” tutup Yoga.
Comments 2