Gimana sih cara perusahaan-perusahaan besar mendorong inovasi dan kreativitas?
Belakangan banyak perusahaan berlomba-lomba mendorong budaya inovasi dan kreatif di perusahaannya. Ziliun pernah membahas tentang kantor tanpa kubikel, yang sampai saat ini masih gencar diterapkan oleh berbagai macam perusahaan termasuk Facebook, karena muncul stereotype baru bahwa lingkungan kerja itu harus horizontal untuk mendorong munculnya kreativitas pekerjanya. Iya, nggak ada lagi aturannya bos harus punya ruangan, nggak bisa dijangkau sembarang karyawan.
Pertanyaannya, apakah mendorong budaya inovasi dan kreativitas hanya sebatas hal-hal yang tangible seperti itu?
Apple dan “Think Different”
Tahun 1976 Steve Jobs mendirikan Apple. Ia keluar dari Apple tahun 1985 dan kembali lagi untuk menyelamatkan Apple dari kebangkrutan di 1997. Setelah itu, Jobs membawa Apple menuju kejayaan hingga akhir hayatnya. Pernah berpikir apa yang bikin Jobs bisa menyelamatkan Apple dan membuatnya besar?
Baca juga: Kantor Tanpa Kubikel
Hipotesis kita sih, kunci inovasinya Apple ada di tagline “Think Different”-nya. Ya, ini memang cuma tagline, sesuatu yang abstrak, tetapi nyatanya berhasil diinfiltrasi ke seluruh karyawan Apple. Dengan tagline “Think Different”, Jobs mengajak semua karyawannya mengusung ide dan pemikiran berbeda, untuk menciptakan produk sederhana, nggak banyak jenisnya, simple, dan user friendly ketika kompetitornya menciptakan ini itu dan banyak sekali *nyanyi ala doraemon. “Think Different” adalah ide sederhana, tapi nyatanya sukses berhasil membuat keberanian mengambil risiko dan kreativitas dalam menciptakan inovasi menjadi budaya Apple.
Google’s 80/20 Rule
Kamu pernah mendengar tentang Innovation Time Off yang diterapkan oleh Google? Iya, perusahaan sebesar Google melakukan pendekatan inovatif dengan memberi kebebasan karyawannya untuk melakukan apa pun di hari Jumat. Kebayang nggak sih kalo setiap Jumat kamu duduk manis di meja kerja dan bisa milih mau ngapain aja?
Kebijakan ini sesuai dengan budaya kerja di Google yang memang informal. Makanya setiap karyawan dikasih kebebasan waktu sebanyak 20% dari total jam kerja mingguan mereka buat bikin inovasi dan berkreativitas. Hasilnya? Setengah dari produk Google kayak Gmail, Google News, AdSense, dan beberapa produk lainnya adalah hasil dari Innovation Time Off.
Kegagalan Nokia adalah Kegagalan Budaya
Oke, sekarang mari sejenak belajar dari kegagalan Nokia. Seperti yang sudah kita tahu, selama satu dekade Nokia menguasai penjualan ponsel pasar dunia. Nokia yang dulunya merupakan perusahaan manufaktur ini perlahan runtuh. Mungkin orang melihat itu disebabkan produk mereka yang jelek, tapi sebenarnya akar penyebabnya adalah budaya.
Baca juga: Follow Your Stomach!
Dalam lingkup internal Nokia, terdapat persaingan antar divisi untuk berlomba menciptakan produk yang diminati pasar. Setiap orang dan setiap divisi sangat mementingkan status sosialnya sebagai karyawan, sehingga gak ada kolaborasi dan keterbukaan karena semua hanya ingin dilihat berprestasi oleh atasan. Padahal, kita juga tahu kolaborasi adalah kunci dari inovasi. Nokia terlambat mengadaptasi budaya ini, sehingga mereka nggak melihat bahwa selera pasar sudah bergeser dan mereka terkesan lamban bahkan enggan untuk mengikutinya.
Kesimpulannya…
Inovasi akan selalu dimenangkan oleh mereka yang menguasai core competency dalam industrinya. Kalau nggak bisa menguasai core competency, minimal mau untuk berkolaborasi dengan mereka yang lebih dulu berada di jajaran depan. Contoh simpelnya sih Samsung yang mau berkolaborasi dengan Google untuk menciptakan smartphone Android. Kenapa? Karena Samsung tahu bahwa mereka nggak akan bisa meredam Apple sebagai kompetitornya. Hasilnya? Tahu sendiri deh.
Inovasi juga lekat sama yang namanya kecepatan! Waktu nggak pernah berhenti, kalau lamban dan nggak bisa ngikutin arus buat mikir kreatif dan bikin inovasi bakal dilibas sama kompetitor. Nokia contohnya! Inovasi nggak mengenal bisnis apa yang sedang kamu jalani. Either you innovate or die.
Baca juga: Ketika Senioritas Mengalahkan Meritokrasi
Kalo menurut kamu, inovasi bisa didorong dengan usaha-usaha yang sifatnya tangible kayak bikin kantor tanpa kubikel gitu, atau malah ke hal-hal intangible kayak yang dilakukan Apple dengan “Think Different” dan Google dengan Innovation Time Off-nya? Atau kamu punya pendapat lain? 🙂
Header image credit: losangelesstaffingagencies.com
Comments 1