Fatherless Generation adalah Krisis yang Terjadi di Indonesia – Peran orang tua dalam itu penting banget buat tumbuh kembang seorang anak. Baik ayah maupun ibu punya tanggung jawab yang sama dalam hal ini. Tapi, kalo salah satu, misalnya peran ayah hilang, otomatis ini bakal ngenganggu pertumbuhan seorang anak.
Kondisi hilangnya pernah ayah ini disebut juga fatherless generation. Melansir dari Popmama, fatherless generation adalah istilah yang dicetusin pertama kali sama Edward Elmer Smith. Ia ngejelasin kalo ini adalah ketiadaan peran ayah dalam perkembangan seorang anak. Ketiadaan peran ini bisa berupa ketidakhadiran, baik secara fisik maupun psikologis dalam kehidupan anak. Ya, walaupun ada ayah yang sebenernya “ada” secara fisik dan suka masih ngebiayain anaknya. Kalo dia gak ngasuh secara langsung, tetep aja anak ini ada dalam kondisi fatherless generation.
Fenomena ini muncul di banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Menurut Menteri Sosial tahun 2017, Khofifah Indar Parawansa yang dari Warta Ekonomi. Negara kita ini menempati peringkat ke-3 di dunia dalam urusan fatherless generation! Kalo di Amerika Serikat, menurut data dari Biro Sensus tahun 2022 yang dilansir dari NFI. Dari total 18,4 juta anak, 1 dari 4 nya menjalani hidup dengan status fatherless. Duh, menyedihkan, ya!
Apa penyebab fatherless generation, khususnya di Indonesia
Tentu aja fatherless generation ini bisa terjadi karena beberapa hal. Salah satunya karena budaya patriarki di Indonesia yang masih kental. Ini ngebuat stereotip tentang pernah ayah yang harus selalu kerja-kerja-kerja dan nafkahin keluarga. Alhasil, ayah kehabisan waktu buat quality time sama anaknya karena terus-terusan di-push sama budaya patriarki buat ngikutin stereotip. Hal ini juga membuat kesan seolah-olah ibu yang punya tanggung jawab ngasuh anak. Padahal, baik ayah maupun ibu itu punya tanggung jawab yang sama dan setara!
Selain itu, fatherless generation bisa terjadi karena faktor masalah rumah tangga. Mulai dari perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, kerjaan ayah yang jauh karena ngerantau, sampe ayah yang meninggal karena penyakit atau kecelakaan.
Perceraian tampaknya jadi hal yang paling umum kita denger, melansir dari Data Indonesia, menurut Badan Pusat Statistik, terdapat 516.344 kasus perceraian yang sebagian besar ngelibatin anak-anak. Tentunya angka yang besar ini ngebuat banyak anak jadi menyandang status fatherless selama hidupnya. Huhu.
Dan apa dampaknya? Ke anak, bahkan kondisi negara in general
Fenomena ini pastinya punya dampak yang buruk buat anak dan bahkan buat negara secara umum. Bayangin aja, gimana gak kena “mental”nya seorang anak pas ngeliat temen-temen sebayanya hidup “komplet” dengan sosok seorang ayah… Nah, menurut Edward Kruk Ph.D. dari Psychology Today, kondisi ini ngebuat seorang anak jadi insecure secara fisik dan emosional.
Yap, anak yang tumbuh tanpa peran seorang anak bakal cenderung lebih gak bahagia dan juga bakal ngalamin performa akademik yang anjlok. Lebih jauh daripada itu, anak fatherless generation lebih berpeluang buat ngelakuin kenakalan dan kejahatan remaja, pergaulan bebas, sampe penyimpangan berat lainnya kayak penyalahgunaan narkoba dan alkohol. Hal ini terjadi karena anak-anak kurang dapat kasih sayang dari peran seorang ayah yang seharusnya ada dan ngajarin hal-hal tentang kedisiplinan, tanggung jawab, dan juga kemandirian.
Semua dampak buruk ini ujung-ujungnya bakal punya pengaruh buat negara. Anak-anak yang gak dapet kasih sayang dari peran ayah berupa kedisiplinan dan tanggung jawab ini kemudian membludak dan sulit terkontrol. Yang nantinya bakal nyebabin tingginya kasus kriminalitas di tempat-tempat umum. Mulai dari tindak kekerasan di tempat umum, pencurian, sampe tingginya kasus penyalahgunaan narkoba.
Kritik terhadap fenomena ini
Ngeliat dampak buruk yang begitu besar buat sang anak bahkan negara, rasanya fenomena ini udah bukan jadi tanggung jawab satu atau dua pihak aja. Ya, namanya juga seorang anak, udah sepantasnya mereka dapet kasih sayang dari kedua orang tuanya, gak boleh ada yang absen, mau ibu ataupun ayah. Kita juga semua sebagai anak muda harus aware sama hal ini, supaya ke depannya di generasi kita selanjutnya fatherless generation bakal menurun bahkan gak ada sama sekali. Pola pikir masyarakat juga udah harus berubah kalo ngeliat banyaknya anak yang jadi fatherless generation, pikirin lagi dampak-dampak buruknya dari absennya peran ayah buat anak, bahkan buat negara. Kalo pola pikir dari masyarakat sendiri udah terbentuk, pelan-pelan kita bisa menghapus tren ini dari Indonesia!
Kita perlu belajar pentingnya jadi sosok seorang ayah, tanpa mengenyampingkan kalo sosok ibu yang sama pentingnya. Tentu, kita juga perlu ngedorong pemerintah buat coba ngatasin isu ini, dengan cara ngasih penyuluhan tentang pola asuh anak yang baik. Kemudian juga nyediain aturan kerja yang ramah buat semua orang supaya bisa dapetin work-life balance yang salah satunya bisa dimanfaatin ayah buat ngasuh anaknya.
Oh iya, untuk menemukan berbagai konten menarik lainnya seputar isu anak muda, jangan lupa main-main ke profil Instagram Ziliun juga, yuk!