Perlu Waspada! Etnosentrisme Adalah Sikap yang Bisa Memicu Konflik, lho! – Kita pasti udah sering denger gimana supremasi kulit putih kayak Apartheid di Afrika Selatan pas tahun 1948 sampe di 1991 bisa memicu konflik yang besar. Ini terjadi karena kelompok kulit putih di sana merasa lebih superior dibanding kelompok lain sehingga semena-mena ngelakuin diskriminasi sana-sini. Nah, perilaku merasa superior dan merendahkankelompok lain itu bisa disebut sebagai etnosentrisme.
Istilah ini pertama kali diperkenalin sama seorang profesor dari Universitas Yale– William Graham Sumner. Menurutnya, etnosentrisme ini adalah praktik melihat dan menilai budaya orang lain berdasarkan nilai dan kepercayaan mereka sendiri. Praktik ini biasanya disertai juga sama sikap dan pandangan yang gak ngehargai budaya orang lain. Karena hal ini, suatu kelompok budaya bisa jadi ngerasa lebih superior dan berperilaku semena-mena terhadap budaya lainnya.
Contoh kasus yang sering terjadi di Indonesia sendiri adalah diskriminasi terhadap suku Papua. Ini biasa terjadi pas di perantauan. Misalnya mahasiswa bernama Tasya yang dapat banyak pengucilan kayak gak diterima di tempat kos, sampe dapet perkataan yang kurang mengenakan di kampus.
Apa penyebab dari etnosentrisme ini?
Kalo kita pikir-pikir lagi, etnosentrisme ini sebenernya udah terjadi dari zaman kolonialisme dulu yang bikin suatu kelompok jadi terjajah. Dan masih langgeng juga sampe zaman modern sekarang kayak perang suku di beberapa daerah. Satu pertanyaan kemudian muncul, apa sih penyebabnya? Well, menurut sebuah jurnal berjudul “Ethnocentrism Intercultural Communication”, ada beberapa hal yang bisa nyebabin etnosentrisme ini terjadi.
Penyebab pertama adalah stereotip yang dipengaruhi berbagai hal kayak sejarah, pengetahuan, dan juga framing media. Hal ini bisa nyebabin suatu kelompok budaya “meninggikan diri” di antara kelompok lainnya. Misalnya kayak kelompok Nazi di Jerman yang nganggap kalo ras Arya adalah ras yang paling unggul sampe melakukan tindak genosida terhadap kelompok lain. Parah banget!
Penyebab selanjutnya adalah budaya & politik. Hal ini ngebuat pola pikir suatu kelompok jadi sangat subjektif dan cuma pengen menangin kelompoknya sendiri. Contohnya kayak perlakuan yang gak adil terhadap suatu kelompok dengan latar belakang tertentu demi kepentingan politik tertentu.
Yang terakhir ada multikulturalisme. Suatu tempat yang punya banyak kelompok kebudayaan tentu aja bisa nyebabin etnosentrisme. Sikap intoleransi dan gesekan antarkelompok jadi salah satu penyebabnya. Kita bisa ngeliat contoh kasus ini terjadi di banyak daerah di Indonesia, kayak misalnya perang antara suku Damal dan suku Dani di Papua pas 2016 yang lalu.
Terus, dampaknya apa? Kok bisa memicu konflik?
Ya tentu aja ini punya dampak negatif kayak contoh-contoh di atas. Bayangin aja, karena sikap etnosentrisme ini, banyak kelompok inferior yang harus dapet banyak dampak negatifnya. Apakah hal ini gak memicu konflik? Ya udah pasti dong, apalagi sampe ngelakuin kekerasan, perampasan, dan diskriminasi.
Kalo ini udah terjadi terus-terusan, dampak negatif yang bisa muncul adalah terhambatnya interaksi buat kelompok tertentu. Hal ini jadi bikin mereka susah buat berkolaborasi dan ngejalin kerja sama buat kemajuan kelompok. Misalnya, suatu kelompok yang pernah dapet diskriminasi dari kelompok lain bisa aja nolak ajakan kerja sama karena ngerasa punya dendam yang terpendam.
Di sisi lain, etnosentrisme ini juga emang punya dampak positif. Salah satunya adalah anggota kelompoknya jadi bisa saling mendorong dan menguatkan karena punya latar belakang dan sejarah yang sama. Misalnya kayak yang dilakuin sama komunitas Cah Purwerejo Perantauan yang gelar kumpulan buat promosiin UMKM daerahnya sendiri pas 2022 yang lalu.
Terus juga etnosentrisme ini bisa menjaga keaslian dan keutuhan suatu budaya. Hal ini bisa terjadi karena rasa cinta terhadap budaya seringkali “diwariskan” secara turun temurun yang ngebuat suatu budaya jadi tetep utuh.
Cara menghindari etnosentrisme
Sekarang kita udah tahu nih kalo etnosentrisme itu adalah hal yang gak baik dan bisa ngasilin dampak yang negatif. Makannya, kita harus hindari sikap etnosentris ini supaya gak ada lagi konflik yang terjadi.
Langkah pertama yang bisa kita lakuin adalah dengan membangun awareness kalo suatu budaya itu gak ada yang lebih unggul dan gak ada yang lebih rendah. Semuanya berbeda dan punya nilai keunikannya masing-masing. Misalnya, setiap kali kita melihat budaya yang belum pernah kita lihat, jangan main langsung judge dan menganggap kalo budaya itu “rendah”. Tapi, kita harus memahami budaya tersebut, dan ngambil sikap kalo ya emang budaya itu adalah hal yang unik.
Kita juga harus sering-sering bangun interaksi yang positif dengan budaya lain. Bisa kita mulai lebih menghargai dan bahkan menjalin kolaborasi antarbudaya yang punya banyak manfaat. Misalnya di suatu tempat yang multikultural, kita bisa adain dialog atau acara yang nampilin budaya dari masing-masing kelompok. Bisa berupa pengenalan makanan khas, pakaian adat, dan lain sebagainya. Intinya, semua masyarakat jadi bisa paham sama perbedaan dan justru jadi seneng sama perbedaan tersebut!
Untuk menemukan konten menarik lainnya seputar isu anak muda, yuk kunjungi profil Instagram Ziliun! dan jangan lupa di-follow juga!