Terkadang, kalau kita lagi ngelamun sendirian atau scrolling media sosial bikin kepikiran hal-hal baru. Salah satunya adalah membandingkan apa yang kita lihat dengan apa yang kita miliki. Nah, ini justru malah bikin kita terpuruk karena membandingkan dengan achievement orang lain. Entah kita sadari atau nggak, negativity atau positivity ya berasal dari diri sendiri dan hal-hal di bawah ini.
Kalau nggak percaya, bayangin aja deh dulu sebelum sosial media ramai banget seperti sekarang.
Kita kan nggak pernah tau si A kuliah di mana dan dapat prestasi apa. Sehingga, proses membandingkan diri kita dengan orang lain nggak sering seperti sekarang ini.
Mungkin, secara nggak sengaja kita lihat postingan temen di Instagram atau cuitan di Twitter secara naluriah membandingkan dengan apa yang ada pada diri kita. Well, selama proses membandingkan tersebut berakhir menjadi energi positif sih nggak masalah ya.
Cuman, masalahnya sering kali hal ini membuat kita terlena. Terlalu lama membanding-bandingkan hal-hal seperti kemampuan finansial, pekerjaan, dan lain sebagainya justru akan membuat dunia kita lebih sempit. Padahal, hal-hal tersebut bisa kita ubah menjadi energi positif.
Caranya? Ya dari diri sendiri. Gampang kok!
Caranya gini, setiap kita merasa sedang membandingkan diri kita dengan hal lain, sadari terlebih dahulu bahwa kita juga bisa. Kita juga bisa kok melakukan hal tersebut. Intinya, ya harus konsisten.
Contohnya gini, saat kita lihat temen punya keahlian desain grafis, tentu dalam hati ada rasa ingin memiliki skill itu juga dong ya. Nah, kalau sudah terbesit keinginan untuk meningkatkan skill tersebut, sudah bagus. Selanjutnya ya belajar.
Baca juga di sini: Helobagas: Mengenali Diri Sendiri, Bentuk Self-Love Paling Dasar
“Tapi kan gue ga bisa, ga bakat sejak kecil”
Yaelah, bayi baru lahir juga ga bisa pakai Adobe Photoshop, kan. Belajar itu adalah proses yang tidak terbatas dan memiliki loop atau pengulangan yang konsisten. Kita nggak bisa mempelajari sesuatu dalam satu malam kemudian hasilnya memuaskan.
Seriously, negativity itu cuman bikin kita capek. Kita nggak perlu peduli dengan semua hal. Prioritaskan ke hal-hal penting saja. Lagian daripada capek-capek negativity, mending capek positivity, ya nggak?
“Live every day to learn something new.”
Nggak perlu muluk-muluk langsung expert kok. Belajar hal baru minimal 1% aja setiap hari, tahun depan kita bisa jadi 365% lebih baik daripada tahun sebelumnya. Matematikanya gitu kan ya?
Lagian dengan adanya internet dan sumber belajar yang banyak banget, apa ya harus negativity terus. Apa iya harus selalu terlihat tertinggal daripada yang lain?
Selain itu, negativity yang berlebihan juga berdampak buruk terhadap tubuh kita. Penelitian menunjukkan mereka yang bahagia dan memiliki emosi yang positif hidup lebih lama. Ya gimana mau nggak sakit, setiap hari dada selalu sesak dan otak dipaksa untuk mikirin negativity ke diri sendiri. Sebaliknya untuk mereka yang selalu stress dan kepikiran hal-hal negatif memiliki harapan hidup yang lebih pendek.
Positivity itu nggak bisa kita dapatkan dari orang lain. Kita harus merasakan sendiri bagaimana mendapatkan gempuran negativity, bahkan dari diri sendiri. Sadari potensi diri sendiri dan kembangkan. Dunia nggak sempit!