Tanggal 11 November 2015 yang lalu saya berkesempatan untuk menjadi salah satu mentor teknologi di acara Google Launchpad, sebuah kegiatan yang bertujuan membantu startup mengembangkan ide dan mengeksekusinya menjadi sebuah bisnis. Acara ini berlangsung selama 5 hari dan mendapatkan pembekalan lengkap dari berbagai mentor mulai dari urusan ide, UX, teknologi, marketing, hingga presentasi/pitching. Pada hari ke-3 tersebut, saya pun berkenalan dengan rekan sesama mentor. Beberapa ada yang sudah saya kenal seperti Ibun dari GITS, Siddiq dari Nusantara Beta, Yohan dari FOWAB dan beberapa nama yang saya hanya tahu nama tanpa pernah bertemu secara langsung seperti misalnya Daniel Armanto, CTO Adskom yang sebelumnya juga menjadi CTO Koprol, startup asal Indonesia yang diakusisi oleh Yahoo! beberapa tahun yang silam.
Namun, tulisan kali ini bukan untuk membahas mengenai acara Google Launchpad tadi. Tulisan kali ini akan membahas sesuatu yang lebih mendasar lagi. Saya akan bercerita bagaimana kedua orang yang saya temui pada event Google tersebut, tanpa mereka sadari, sudah memberikan pengaruh mengenai jalan hidup yang saya ambil hingga hari ini.
Beberapa saat berkenalan dan ngobrol langsung dengan Mas Daniel, pikiran saya kembali ke lima tahun yang lalu, di mana saya menghadiri acara Fowab 3, salah satu dari beberapa alasan yang akhirnya berkontribusi terhadap pilihan hidup saya mendirikan Radya Labs. Fowab 3 diselenggarakan oleh Fowab yang diinisiasi salah satunya oleh Yohan, dan acara tersebut dihadiri oleh Koprol, startup di mana Daniel bekerja.
Baca juga: Menyelesaikan Masalah Gak Selalu Butuh Teknologi Canggih
Waktu itu, sekitar bulan Juli 2010, persis setelah saya menyelesaikan masa sidang sarjana saya. Layaknya mahasiswa yang sudah hampir lulus, jelas saja pertanyaan tentang masa depan menjadi suatu bahan obrolan yang acapkali menjadi perbincangan. Ngobrol sama dosen, ngobrol sama teman, ngobrol sama pacar, ngobrol sama orang tua…semuanya tidak luput dari pertanyaan “Habis ini mau ngapain?”.
Saat itu, logika yang sudah saya bangun sejak sebelum kuliah di Bandung adalah: lulus tepat waktu – mencari pekerjaan di bank/konsultan/oil company – hidup bahagia selamanya. Logika sederhana yang mungkin juga dimiliki oleh sebagian besar dari kita. Bagi saya, yang 17 tahun hidup di Pekanbaru, kota yang sangat jauh dari pengaruh modernitas dan kreativitas tanah Jawa, logika tadi adalah gabungan informasi yang kami miliki dari orang tua, harapan dari lingkungan sekitar, serta kebiasaan yang memang sudah ada. Habis kuliah, cari pekerjaan dengan penghasilan layak, lalu hidup bahagia selamanya.
Berdasarkan logika itu pula, setelah sidang skripsi saya, meskipun belum resmi diwisuda saya mulai melakukan gerakan mencari pekerjaan ke beberapa perusahaan–sebut saja Bank BRI, Bank Mandiri, dan Telkomsel. Hasilnya cukup menggembirakan. Logika pun hampir terimplementasi. Hidup bahagia selamanya ada di depan mata.
Baca juga: Vina Zerlina, UX Designer Amazon yang Pulang Kampung untuk Berkontribusi (1)
Rekan saya, Aloy, pada suatu kesempatan memberikan informasi bahwa akan ada acara Fowab 3 yang membahas kebangkitan startup di Indonesia. Karena memang setelah masa sidang kita punya banyak waktu kosong, maka ajakan untuk menghadiri acara tersebut pun saya terima. Selidik punya selidik, Aloy pun ternyata mengetahui informasi acara ini dari Ariauakbar, kolega yang ia ‘temui’ dari Twitter. Mereka pun ternyata bersepakat untuk kopdar di acara Fowab tersebut. Jujur, saya tidak punya ekspektasi apa-apa dari acara tersebut. Startup? I don’t know anything about that. Daftar pembicaranya? Saya tidak kenal. Rama dari DailySocial? Satya dari Koprol? Selina dari Urbanesia? Mario Teguh saya tahu. Mereka? I don’t have a clue.
Siapa sangka, di acara tersebut saya mendapatkan ‘sesuatu’. Dunia lain. Bahwa ada sisi lain dari yang selama ini saya ketahui. Sesuatu yang membuat saya bersemangat. Sisi lain yang membuat saya tergerak untuk mencoba. Itu adalah entrepreneurship.
Dalam diam, saya mendengarkan Rama, Selina, dan Satya membagikan pengalaman mereka masing-masing dalam memulai usaha di bidang internet. Ini bukan sesi kuliah, jadi formatnya tidak formal. Mereka berbicara apa adanya, lancar sekali, tanpa maksud menggurui. Yang saya rasakan adalah ketika mereka membagikan pengalaman mereka tersebut, saya mendapati kesan jujur, kecintaan yang amat dalam dengan hal yang mereka lakukan tanpa rasa tinggi hati karena telah sampai pada posisi saat itu. Kata passion hari itu belum terlalu sering didengungkan sebagai alasan untuk mendirikan perusahaan. Tanpa mendengar kata passion, saya mendapati kesan mereka benar-benar menyukai hal yang mereka lakukan. Dan mereka menceritakan hal itu semua bukan dengan nada sombong tapi ingin membagikan personal experience mereka. Menggunakan perspektif orang pertama. Bagaimana seseorang bisa memilih pekerjaan yang ingin mereka kerjakan dan mecintai pekerjaan itu sekaligus? Bagaimana mereka tidak pernah mengajak untuk jadi seperti mereka tapi tanpa sadar mereka menyalakan api semangat untuk menjadi seperti mereka? Kenyataan itu benar-benar sesuatu hal yang baru bagi saya.
Baca juga: Kerja di Bidang Keuangan, Bikin Startup di Akhir Pekan (1)
Pada akhir sesi acara Google Launchpad, saya sempat mengobrol dengan tim panitia acara yang berasal dari Yogya. Saya penasaran bagaimana dengan kondisi disana, bagaimana antusiasme para mahasiswa dan developer disana. Entah guyon entah tidak mereka ingin sesekali mengundang untuk datang ke sana untuk berbicara hal teknis pembuatan aplikasi dan sistem. Namun, saya teringat bagaimana Fowab 3 dan para pembicara yang hadir pada waktu itu bisa menjadi inspirasi baru bagi para hadirin. Dan saya pun memberikan ide bagaimana kalau sebelum masuk hal-hal teknis, perlu dibangkitkan dulu semangatnya. Perlu diberikan suntikan motivasi yang akan menjadi nyala api bagi mereka yang akan menempuh dunia lain ini.
Menurut saya, tantangan di dunia lain ini berbeda. Karena itu, perlu kesadaran langsung dari seseorang itu sendiri jika ingin mengambil jalur ini. Dan kesadaran itu menurut saya tidak bisa dipaksakan namun harus lahir dari diri sendiri. Kesadaran bisa lahir jika ada inspirasi. Kesadaran bisa lahir jika ada inception, yang menjentikkan sepotong ide sederhana hingga akhirnya menyala menjadi semangat pribadi. Dan inception dapat hadir jika diberikan potongan cerita yang lahir dari orang yang mencintai apa yang dilakukannya.
Fowab 3 dan para pembicara hari itu telah sukses menjentikkan ide baru ke dalam hidup saya. Dari situ dan rangkaian peristiwa lainnya telah membuat saya masuk ke dunia lain tersebut. Dulu dunia lain. Tapi, sekarang sudah menjadi dunia saya juga.
Baca juga: How 5 Founders Describe Entrepreneurship
Karena hidup adalah hasil dari rangkaian keputusan yang kita buat. Keputusan yang mudah. Keputusan yang sulit. Keputusan yang berani. Keputusan yang menakutkan. Keputusan yang belum pernah terbayangkan.
Hari itu, saya berpamitan dengan Erica Hanson, developer relation Google untuk regional Indonesia lalu bersalaman dengan Mas Daniel dan berjanji untuk terus keep contact. Pengalamannya membangun Sky8, lalu Koprol, lalu masuk Yahoo! dan sekarang merintis Adskom memberikan tambahan pelajaran baru lagi bagi saya. Lalu saya pulang dari lokasi acara, bareng Yohan menggunakan Uber ke Kelapa Gading. Dari sana, kami menumpangshuttle Cititrans dan pulang ke Bandung, tempat di mana segalanya bermula.
Puja Pramudya adalah co-founder dan Technology Director di Radya Labs, sebuah perusahaan pengembangan piranti lunak mobile. Tulisan ini sebelumnya dimuat di blog pribadinya, Limaapril
Header image credit: fastcompany.com