Satu semester sudah selesai kita lalui bersama dengan pembelajaran jarak jauh. Banyak pengalaman daring yang baru bisa kita rasakan sekarang karena kewajiban untuk physical distancing pandemi covid-19. Ada beberapa orang yang belum siap, juga ada orang-orang techy yang selalu siap dengan teknologi baru yang akan Ia gunakan. Kita mungkin termasuk ke dalam kategori yang kedua, tetapi guru-guru kita yang sudah berusia lebih tua dari kita biasanya termasuk ke dalam kategori yang pertama.
Dosen-dosen kita belum siap untuk melakukan perubahan pembelajaran ke dalam kelas daring, tapi keadaan kita sekarang memaksa beliau untuk bisa lebih mengerti teknologi untuk melanjutkan kegiatan belajar mengajar. Awal Maret tahun lalu adalah gelombang pertama covid-19 di Indonesia, hampir semua universitas dan sekolah terpaksa melakukan pembelajaran jarak jauh, dan sampai sekarang sudah terhitung 10 bulan kita melakukan kegiatan daring tersebut.
Pembenahan metode pembelajaran terus dilakukan agar dosen-dosen kita dapat menyampaikan materi dengan lebih baik, namun apakah kita sebagai mahasiswa sudah melakukan pembenahan terhadap diri kita sendiri? Apakah rasa empati kita semakin muncul ketika dosen kita menyampaikan di kelas? Apakah antusias kita mengikuti perkuliahan semakin tinggi?
Banyak mahasiswa yang beranggapan bahwa perkuliahan daring sangat membosankan, dan lebih parah lagi, ada juga yang mengatakan nggak ada yang bisa didapat dari perkuliahan daring. Sebenarnya, siapa juga yang menghendaki konversi perkuliahan ini ke dalam metode daring? Sepertinya setiap dari kita selalu ingin perkuliahan dilakukan secara tatap muka dan langsung di kelas.
Tapi apa boleh buat, engga ada satupun dari kita yang dapat mencegah adanya pandemi yang datang secara tiba-tiba ini. Dosen-dosen kita pun juga gue rasa lebih suka mengajar langsung di depan kelas ketimbang di depan laptop menatap layar hitam (karena mahasiswanya enggak ada yang menyalakan kameranya). Jadi sekarang kita tidak bisa menyalahkan satu dengan yang lain kalau nyatanya perkuliahan daring memang tidak seseru perkuliahan tatap muka.
Sebelum perkuliahan semester selanjutnya dimulai secara daring (lagi), ada baiknya jika kita berkaca pada beberapa pengalaman di semester sebelumnya agar dosen kita lebih semangat dalam memberi perkuliahan di dalam kelas.
Mulai dari hal kecil, membalas pesan
Engga usah susah-susah memahami materi dan berambisius terlebih dahulu, cukup membalas pesan di grup dan memberikan doa kepada dosen kita ketika beliau menyampaikan informasi ke dalam grup. B
ayangkan ketika kita mengirim pesan ke orang yang sedang kita sukai, sangat menyakitkan kan kalau ternyata pesan kita enggak dibalas :D. Begitu juga dengan dosen yang mengharapkan antusias yang besar dari mahasiswanya. Maka dari itu, mulai sekarang jangan malas untuk sekadar membalas pesan singkat dari dosen.
Bertanya membuat kita semakin paham
Sepeti kata pepatah: malu bertanya, sesat di jalan. Bukan hanya sesat di jalan kalau kita malu bertanya saat dosen memberikan waktu diskusi di dalam jam perkuliahan, justru ketika sama sekali engga ada yang bertanya, maka dosen kita akan beranggapan mahasiswa sudah paham seluruh materi yang beliau berikan.
Kalau sudah dianggap paham, jangan kaget kalau nanti ketika ujian diberikan soal yang susah. Untuk beberapa dosen yang baperan, mungkin ada juga yang sakit hati ketika mahasiswanya sama sekali tidak ada yang bersuara ketika diberikan kesempatan untuk bertanya.
Anggapan beliau bisa aja kita sedang tidur atau malah sibuk dengan yang lain. Nah di sini kita sebagai mahasiswa yang sedang menuntut ilmu, alangkah baiknya apabila kita aktif bertanya di dalam sesi perkuliahan. Selain membuat kita menjadi semakin paham materi yang dosen kita sampaikan, bertanya juga membuat dosen kita lebih percaya kalau kita sedang memperhatikan kuliah yang beliau sampaikan.
Hilangkan rasa penasaran dosen dengan menyalakan kamera
Kita ketahui bersama kalau sejak awal semester ganjil kemarin sampai UAS, kita tidak pernah bertatap muka langsung dengan dosen kita. Barangkali ada beberapa dosen yang ingin mengenal kita lebih jauh, tetapi tidak bisa karena belum pernah melihat wajah kita. Cara terbaik dengan menyenangkan hati dosen-dosen kita ini adalah dengan menyalakan kamera saat sesi perkuliahan secara daring dimulai (menggunakanvideo conference).
Bukan hal yang tidak mungkin jika kita menyalakan kamera dan membuat hati dosen kita senang, lalu beliau akan lebih bersemangat dalam memberikan perkuliahan kepada mahasiswanya.
Nah, ketiga cara di atas memerlukan sifat empati yang sangat besar. Menunjukkan rasa empati dengan memulainya dari dalam kelas merupakan ajang kita untuk dapat melatih empati yang ada di dalam diri kita.
Dosen-dosen kita juga manusia yang sama seperti kita, sehingga beliau juga memerlukan perhatian ketika sedang berhadapan dengan kita. Oleh karenanya, ayo mulai perkuliahan semester baru nanti dengan antusias dan empati yang lebih besar kepada dosen-dosen kita agar beliau lebih bersemangat dalam menyampaikan materi perkuliahan.