Salah satu pengalaman paling gak enak sebagai founder startup adalah saat kita gak bisa ngatur karyawan kita yang disorganisasi.
Eits, tapi apa sih disorganisasi itu ngomong-ngomong?
Jadi, disorganisasi adalah semacam adanya “perubahan” yang terjadi di perusahaan sehingga membuat karyawan yang ada di lingkungan perusahaan itu jadi frustasi dan kesal. Contohnya pernah ga sih ketika kamu mau pulang rumah terus ada meeting penting di luar jam kerja yang ga bisa kamu hindari? Jadi mau ga mau kamu harus ikut meeting dan ga bisa pulang.
Mungkin sulit untuk kita bisa ngerti bahwa setiap orang itu berbeda. Kita gak bisa nuntut hal yang sama sesuai dengan apa yang kita mau kalau dari awal kita enggak ambil bagian buat mengatasi perbedaan itu. Ketahuilah bahwa mengatasi masalah adalah tantangan yang sering kali perlu kita lakukan untuk mengingatkan karyawan kita atas dampak yang terjadi jika mengalami disorganisasi. Berikut beberapa faktor yang bisa membantu karyawanmu yang disorganisasi menjadi lebih cekatan untuk membantu tujuan bisnismu:
Renungkan ukuran masalah
Pertama adalah coba renungkan tentang apa sebab – akibat dari disorganisasi yang dialami karyawanmu, dimulai dari bagaimana mereka “mewujudkan” diri mereka akibat disorganisasi. Contohnya, apakah jika pekerjaan yang belum selesai tetapi sudah lewat deadline, mereka jadi mengganggu kinerja tim? Atau apakah akibat mereka selalu datang terlambat saat rapat penting, standar profesional tim menjadi menurun?
Lalu setelah itu, coba renungkan kembali apakah hal-hal dari disorganisasi itu bisa di diselesaikan? Dari sini kamu bisa cari tau masalah mana yang bisa di ”negosiasi” dan mana yang tidak bisa.
Bersikaplah empatik
Selanjutnya, cari tau apa penyebab utama yang mendorong karyawanmu menjadi disorganisasi. Tunjukkan rasa empatimu dan cobalah untuk memberikan pengertian karena setiap orang pasti berusaha untuk menjadi produktif dan hal itu perlu dibiasakan. Rasa empati dapat membantumu lebih dekat dengan karyawan di samping menilai atau mengkritik mereka. Ingatlah bahwa semua butuh proses dan bisa jadi itu sangat sulit bagi sebagian orang, jadi tetap asah rasa empatimu.
Bicaralah dengan karyawanmu
Jika disorganisasi karyawanmu telah merusak produktivitas tim, cobalah ajak mereka untuk duduk bersama dan diskusikan apa yang membuat mereka menjadi disorganisasi. Setelah mengumpulkan semua jawaban, bantulah karyawanmu untuk memahami apa dampak dan konsekuensi dari disorganisasi mereka dan cobalah untuk memberikan saran kepada mereka cara seperti apa yang bisa memperbaiki situasi itu. Semua berawal dari komunikasi, dan dari komunikasi diharapkan semua bisa tersampaikan dengan baik.
Berikan pelatihan yang terbaik
Untuk membantu mencapai tujuan bisnis, kita mungkin bisa menjelaskan kepada karyawan tentang apa saja yang biasa kita lakukan seperti membuat daftar proses proyek yang sedang dikerjakan menggunakan sistem arsip dokumen, membuat ulasan, dan lain-lain. Mungkin kita berpikir hal-hal sederhana yang kita lakukan bahkan tidak terpikirkan oleh orang lain. Tetapi satu hal yang perlu diingat bahwa ada orang-orang yang lebih “visual” akan cenderung melakukan sesuatu lebih baik dengan menggunakan kertas atau papan tulis sekalipun. Metode ini bisa kamu bagikan sebagai upaya peningkatan produktivitas tim, tetapi itu tidak harus menjadi arahan utama. Orang-orang mungkin bisa terhubung secara berbeda, tetapi diperlukan juga ruang untuk fleksibilitas.
Rekomendasikan saran terhadap karir mereka
Hindari menegur karyawanmu yang disorganisasi tanpa mencoba memberikan mereka solusi, karena hanya akan membuat mereka menjadi tidak produktif di lingkungan kerja, terlebih dalam tim. Daripada menegur, kamu bisa coba untuk merekomendasikan beberapa hal terkait kepentingan pribadi karyawanmu yang disorganisasi. Contohnya seperti membantu memberikan pemahaman terkait bagaimana peningkatan kinerja mereka dalam bidang yang dikerjakan agar mereka cenderung ingin melakukan perubahan.
Referensi: Harvard Business Review