Tidak terasa, beberapa hari yang lalu tanggal 17 Agustus 2018 Indonesia sudah berumur 73 tahun!
Kita sebagai bangsa Indonesia harus bersyukur. Berkat perjuangan para pahlawan, kita bisa hidup dan merasakan kebebasan yang tidak bisa kita miliki tanpa pengorbanan mereka. Sebagai bangsa yang merdeka, kita mempunyai kewajiban agar nama Bangsa Indonesia menjadi nama yang disebut-sebut di kancah global.
Kita terus berjuang untuk mengharumkan nama Indonesia dengan terus membuat karya. Lihat saja karya Indonesia yang sudah terkenal di luar negeri seperti wayang, batik, dan angklung. Ini merupakan karya setiap anak bangsa yang sudah terkenal di luar Indonesia. Tapi, sekarang anak bangsa sudah menembus batas untuk mengharumkan nama Indonesia. Sekarang nama Indonesia juga terdengar sebagai salah satu ekosistem startup terbesar di Asia Tenggara.
Startup di Indonesia selama 8 tahun terakhir benar-benar bertumbuh pesat dan banyak mendatangkan investor asing untuk menanamkan investasi di Indonesia. Berkat startup kita mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat dan semakin mensejahterakan bangsa ini. Tapi, bagaimanakah detail dari perkembangan ekosistem startup di Indonesia?
Pertumbuhan Ekosistem Startup di Indonesia
Perusahaan-perusahaan startup di Indonesia bisa terbentuk ekosistemnya akibat salah satu bubble terparah di millennium baru: Dot-com Bubble tahun 1995 – 2001.
Walaupun Dot-com Bubble tidak begitu mempengaruhi Indonesia secara negatif. Dot-com bubble membuat masyarakat sadar terhadap penggunaan Internet dan manfaatnya. Dari era itu pula modal ventura mulai bermunculan. Modal ventura merupakan salah satu komponen penting yang bisa menunjang ekosistem startup.
Titik awal terbentuknya ekosistem investasi startup digital mulai sejak 2010. Bermula East Ventures mengguyur Tokopedia dengan dana segar. Tahun yang sama, PT. Telekomunikasi Indonesia menyuntikkan modal ke Plasa.com yang sekarang adalah Blanja.com.
Dengan semakin banyaknya modal ventura yang bermunculan, Ekosistem startup Indonesia semakin matang dan akhirnya muncullah nama GO-JEK di aliran mainstream pada tahun 2014. GO-JEK pada tahun 2014 menerima pendanaan dari Northstar Group dan dalam 2 tahun berhasil menempatkan dirinya sebagai startup Unicorn pertama di Indonesia.
Berkat pendanaan GO-JEK, modal ventura dan startup digital semakin melaju pesat. Muncul berbagai modal ventura, inkubator, angel investor, dan accelerator seperti 500 startup, east venture, softbank, dan lainnya.
Perkembangan ekosistem startup di Indonesia sangatlah besar sehingga Google dan Temasek menghitung pada kurun waktu 2016 hingga 2017 sebanyak US$ 4.07 miliar telah masuk ke perputaran uang Indonesia untuk industri Startup. Dengan perputaran uang sebanyak itu mulai lah bermunculan startup bertaraf unicorn di Indonesia.
4 Startup “Unicorn” asal Indonesia
Indonesia mempunyai empat Startup bertaraf unicorn yaitu:
- GO-JEK
- Tokopedia
- Traveloka
- Bukalapak
Ke-empat startup tersebut merupakan jejeran “Superstar” startup tanah air. Berkat mereka banyak investor datang ke Indonesia untuk menanamkan modal. Berikut sejarah perkembangan mereka:
GO-JEK
Pada 4 Agustus 2016, hanya dalam waktu 6 tahun setelah kelahirannya, GO-JEK berhasil menarik minat 8 investor yang diwakili oleh Sequoia Capital dan Warburg. Mereka menanamkan dana sebesar 550 juta dollar kepada Gojek. Investasi inilah yang membuat banyak Investor melirik pasar Asia Tenggara.
Dilanjutkan pada 4 Mei 2017, Gojek kemudian meluncur meraih posisi unicorn pertama di Indonesia berkat investasi 1.2 miliar dollar dari Tencent Holding dan JD.com. Total pendanaan GO-JEK menjadi 1.75 miliar dollar, nilai tertinggi dari semua unicorn di Indonesia.
Tokopedia
Tokopedia menjadi unicorn kedua di Indonesia. Pada tanggal 17 Agustus 2017, 6 tahun setelah kelahirannya, Tokopedia berhasil memperoleh dana sebesar 1.1 miliar dollar dari Alibaba. Total pendanaan mereka sekarang tercatat menjadi 1.347 miliar dollar.
Traveloka
pada 27 Juli 2017 lalu Traveloka meraih posisi ketiga sebagai unicorn Indonesia. Dengan total pendanaan sebesar 500 juta dolar, Traveloka meraih valuasi di atas 1 miliar dolar dan memposisikan mereka sebagai unicorn ketiga Indonesia. Pendanaan terbesar traveloka datang dari Expedia, startup yang mempunyai layanan yang sama. Expedia menanamkan uang sebesar 350 juta dolar kepada Traveloka. Mereka mendapat gelar unicorn lebih cepat dibandingkan ke 4 startup lainnya, yaitu setelah 5 tahun berdiri.
Bukalapak
Terakhir yang menempati posisi unicorn adalah Bukalapak. Chief Executive Officer Bukalapak, Achmad Zaky, memberikan pernyataan pada Digital Economic Briefing bahwa mereka telah menembus 1 miliar dolar dalam valuasi yang membuat dirinya menjadi unicorn. Walaupun begitu, tidak tertulis berapa pendanaan yang sebenarnya telah mereka dapatkan untuk mendapat valuasi tersebut.
Bukalapak sebagai unicorn terakhir juga merupakan startup terlama dalam hal mencapai posisi unicorn. Bukalapak lahir pada tahun 2010 sama seperti gojek namun mereka menembus 1 miliar dolar dengan waktu 7 tahun. Walaupun begitu, Bukalapak menunjukkan kondisi ekosistem startup di Indonesia masih mempunyai potensi besar untuk kedepan.
Berkat para startup unicorn di atas, Indonesia bisa merasakan pertumbuhan ekosistem startup hingga sekarang. Walaupun begitu, persaingan antara startup juga semakin ketat karena harus bersaing dengan sesamanya. Untuk itu, Dengan ekosistem startup yang terus berkembang, maka para startup founder harus mengambil kesempatan ini untuk mengembangkan startup mereka dan terus berinovasi agar bisa merebut posisi menjadi unicorn selanjutnya.