Apa yang akan lo lakukan ketika bos lo nyuruh dateng ke ruangannya, basa-basi bentar, lalu bilang, “Sebaiknya kamu resign aja.” Halah basa-basi banget kan, itu sama aja namanya dipecat.
Tapi serius deh. Situasi kayak gitu sering terjadi di zaman sekarang. Temen gue termasuk yang mengalami itu. Dengan begitu abu-abunya kalimat si bos, temen gue ini sempet bingung dan akhirnya baru nyadar kalo itu cara si bos untuk memecat dia.
Temen gue sempet sedih berhari-hari. Apalagi dia sebenernya sayang banget sama pekerjaannya. Pas dia merenung mikirin kok si bos tega memecat dia, ternyata alasannya karena dia mau kerja sambil S2. Sebelumnya dia menyangka perusahaan tempat dia kerja sejalan dengan value dirinya.
Tak lama setelah kejadian itu, ternyata rame juga pembahasan soal pemecatan alias dipaksa resign ini. Ada beberapa startup yang udah ternama dan juga sebuah media besar nasional yang kabarnya melakukan pemutusan hubungan kerja alias PHK.
Ok, gue mau nanya nih. Kalo lo dipecat, apa yang akan lo lakuin?
Nangis? Takut enggak ada perusahaan yang mau nerima karena label “dipecat”?
Dipecat itu enggak seburuk itu kok, guys!
Dipecat bisa jadi cerita awal menuju impian lo. Mungkin di antara pembaca di sini ada yang punya impian yang selama ini tertahan karena harus ngerjain setumpuk tugas. Padahal itu tugas atau project kalau berhasil pun benefit-nya nggak ngaruh sama gaji lo. Bahkan sekarang lo punya kesempatan untuk masuk ke dunia baru yang bisa jadi lebih cocok dengan lo.
So, apa yang harus kita lakukan ketika kita dipecat?
Forbes menulis poin-poin penting yang perlu dilakukan setelah kita dipecat.
Jangan langsung cari kerja
Beberapa hari setelah kamu keluar kerja, coba untuk enggak langsung kontak teman-teman, keluarga, atau siapapun untuk mencari informasi lowongan kerja. Karena di beberapa hari setelah dipecat, kemungkinan besar lo masih punya perasaan “dibuang”. Lebih baik memulai hal baru dengan rasa percaya diri.
Jangan sampai lupa hak kita: pesangon
Kita perlu tahu berapa rata-rata pesangon di industri yang sedang kita geluti sekarang. Negosiasikan soal pesangon ini dan minta semaksimal mungkin. Pelajari terlebih dahulu soal pesangon yang ditawarkan perusahaan, jangan langsung menandatanganinya karena kesal. Kalau lo kasusnya sama kayak temen gue “disuruh resign” padahal mecat, jangan mau resign! Karena secara hukum, hak orang yang resign berbeda dengan hak orang yang dipecat.
Buat perencanaan keuangan yang baru
Sehabis dipecat, kita enggak akan tahu seberapa lama kita akan menjadi pengangguran. Oleh karena itu, perlu yang namanya re-budgeting. Ketika kita sudah enggak bekerja di perusahaan sebelumnya, maka seharusnya (selain pemasukan berkurang atau hilang sama sekali) pengeluaran kita juga berkurang. Maka coba hitung-hitung berapa kas yang kamu miliki, tabungan, dan perkiraan pengeluaran yang akan terjadi.
Jangan berbohong soal “dipecat”
Ketika sudah dapat panggilan interview di tempat kerja baru, jangan pernah bohong soal dipecatnya lo dari perusahaan sebelumnya. Inget, kita enggak boleh melupakan fakta dan bertindak hanya karena emosi. Ketika ditanya soal itu, kita bisa secara jujur mengungkapkan pernyataan seperti; “Saya tidak cocok dengan budaya kantor saya sebelumnya,” atau, “ Saya dan bos saya memiliki perbedaan pendapat.” Tunjukkan pada pewawancara bahwa kisah lo yang otentik adalah hal yang penting dan dapat menjadi pembelajaran untuk lo di tempat kerja yang baru.
Kalau lo merasa dipecat merupakan pengalaman buruk, coba kita ubah mindset itu. Mark Manson, penulis buku best seller The Subtle Art of Not Giving a F*ck bilang, ketika kita bisa melewati pengalaman negatif, maka itu merupakan pengalaman yang positif. Bahkan dalam penelitian Harvard Business Review dipecat bukan berarti akhir dari karier kita. Selamat mencoba lagi!