#Ziliun30 adalah rangkaian 30 profil tech entrepreneur yang berusia di bawah 30 tahun, yang berpikir dan bermimpi besar, melihat masalah sebagai peluang, menjunjung tinggi kolaborasi, memahami kegagalan sebagai bagian dari proses, serta membuat terobosan strategi marketing dalam bisnis. #Ziliun30 merupakan kerjasama Ziliun.com dengan the-marketeers.com selama September 2014.
Ya, apa yang dilakukan oleh gadis belia ini patut diacungi jempol. Sedari dini dirinya sudah membangun sebuah pertahanan diri untuk menjadi anak muda yang kreatif dan tidak hanya berpangku tangan. Saat kawan-kawan seuisanya sedang bersenang-senang, Dian Pelangi malah membangun sebuah bisnis turun temurun dari Ayah dan Ibunya. Tumbuh di keluarga yang sangat kental dengan tradisi Islam. Sang ayah adalah pengusaha garmen, dan ibunya adalah pemilik butik baju muslim, kini Dian berhasil membuat sebuah revolusi bagi kedua orang tuanya dengan membuat sebuah butik hijab. Tergabung dalam Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) menjadikan Dian sebagai anggota termuda pada saat tahun 2009 lalu.
Selain disibukkan dengan membuat rancangan desain baju, Dian Pelangi juga mempunyai sebuah komunitas yang biasa dikenal sebagai Hijaber Community. Komunitas muslimah muda yang produktif aktif dalam berbagi tips, pengalaman tentang dunia Islam dan hijab. Bentuk kegiatannya pun beragam, mulai dari fashion show, hijab tutorial, pengajian, dan tausiyah.
Baca juga: Jangan Terlalu Gampang Kagum
Tahun 2009 menjadi titik awal yang sempurna bagi Dian Pelangi karena Kementrian Pasiwisata mengajaknya join untuk menggelar fashion show di Melbourne, Australia. Pada saat itu Dian masih berusia 18 tahun, usia yang cukup fantastis!. Setelah menggelar fashion show di Australia, Dian mendapat kesempatan untuk mengisi pagelaran Jakarta Fashion Week sebagai desainer junior. Dari sinilah, Dian merasa batu loncatan kariernya semakin menanjak tinggi. Koleksi hijab miliknya yang universal, desainnya yang bergaya Eropa & Timur Tengah tanpa harus melupakan kaidah Islami membuat Dian Pelangi dikirimkan kembali ke luar negeri yaitu Abu Dhabi dan London Inggris pada tahun 2010 dalam acara “Indonesia Is Remarkable”.
Hingga sampai saat ini, Dian masih selalu menekankan corak warna-warni dalam desain pakaiannya, sesuai dengan label “Pelangi”. Minimal terdapat 2-3 warna dalam setiap rancangan buatannya yang kemudian di-mix and match dengan tenun, songket, batik, dan jumputan. Dengan keseluruhan jumlah karyawan yang mencapai 350 orang di Jakarta dan Pekalongan, Dian Pelangi dapat memproduksi hingga 1.000 potong baju per bulan. Produk Dian Pelangi dibagi menjadi beberapa jenis yaitu Batik Pelangi, Dian Pelangi, Bride Pelangi, dan Tenun Pelangi. Ada 3 kategori mass product dengan harga berkisar Rp 50.000 s/d Rp 400.000 dan untuk special product dibrandol Rp 500.000 s/d Rp 3jt. “Kalau lebaran, permintaan biasanya meningkat hingga 7x lipat dari jumlah produksi regular,” ungkap Dian.
Baca juga: Menjadi Lebih Bermakna
Dian mengakui bahwa gaya busanya banyak ditiru dan menjadi tren bagi hijabers lainnya. Namun, dirinya bersyukur jika dapat menginspirasi gaya berbusana kaum muslimah lainnya. Impian ke depan dari istri Tito Prasetyo ini adalah membuat Adibusana Muslim yang nantinya akan membuat fashion muslim dapat sejajar dengan fashion di Paris maupun Milan Fashion Week.
header image credit: deppys.wordpress.com