“Untuk mencapai impian, harus berani mengambil langkah pertama.” – Devina Sugono.
Di Jakarta, udah banyak banget local bazaar yang diperuntukkan bagi merek-merek lokal untuk unjuk gigi. Udah gak asing lagi sekarang ngelihat anak-anak hipster dengan bangga memakai brand lokal. Tapi, gimana dengan kota lain?
Devina Sugono, anak muda Indonesia lulusan University of San Fransisco, ngelihat kalau bahkan di Surabaya, belum banyak event yang bisa menaikkan industri kreatif. Padahal, Surabaya adalah kota terbesar kedua di Indonesia. Ini yang jadi latar belakang Devina, bersama co-founder-nya Erin, membuat Basha Market.
“Ide memulai Basha Market muncul waktu ngobrol dengan Erin. Dia sendiri dari Surabaya, dan waktu itu belum banyak event kreatif di sana, jadi kita ingin membuat sebuah event yang bisa membawa hiburan serta membantu mengembangkan industri kreatif juga,” kata Devina.
Baca juga: #ziliunPoll: Brand Lokal vs Brand Luar
Devina dan Erin sendiri udah sering kerja bareng sejak dulu. Waktu kuliah di San Fransisco, mereka berdua gabung jadi anggota PERMIAS (Persatuan Mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat). Di organisasi ini, memang sering organize event untuk murid-murid Indonesia. Event-nya sendiri beragam, dari acara-acara budaya, sampai ke clubbing.
“Setelah kuliah, memang kerjaan kantoran kita tidak ada relasi sih dengan event, aku sendiri konsultan finance, dan Erin dari sales. Sekarang kita berdua udah berhenti kerjaan kantor untuk fokus di Basha Market.”
Saat ditanya tentang perbedaan Basha Market dengan local bazaar lainnya yang terus bermunculan, menurut Devina, Basha Market bukan sekadar event ritel.
Baca juga: Rani Nelasari, Angkat Local Brand Lewat Nomaden Market
“Basha Market adalah platform di mana berbagai komunitas kreatif dan talenta lokal bisa mempertunjukkan karya mereka, dan juga bertemu dengan konsumen secara langsung. Banyak brand lokal tidak punya dana untuk membuka toko sendiri, jadi Basha Market bisa membantu untuk meningkatkan brand awareness mereka kepada konsumen. Di Indonesia, konsumen juga masih belum terlalu sreg dengan online shopping, jadi dengan mempertemukan vendor-vendor online ini dengan konsumen secara offline, konsumen bisa lebih menerima brand mereka.”
Gak hanya tentang mempertemukan vendor dan konsumen, ternyata Basha Market juga punya misi mempertemukan sesama vendor, supaya bisa saling berbagi tips untuk berkembang bersama.
Devina sendiri datang dari latar belakang keluarga pengusaha. Dari kecil, ayahnya selalu mendorongnya untuk selalu mencari kesempatan memulai bisnis sendiri. Prinsip hidup yang bikin Devina semangat membuat Basha Market, adalah ‘Untuk mencapai impian, harus berani mengambil langkah pertama.’
Terus, apa yang diharapkan dari Basha Market ini?
“Masih kurang dukungan dari pemerintah untuk program-program yang bisa mengembangkan industri kreatif di Indonesia. Di negara-negara dunia pertama, industri kreatif adalah sesuatu yang di-celebrate dan digiatkan, tapi di Indonesia belum seberapa. Kami berharap untuk menjadi inkubator, di mana industri kreatif dan juga talenta lokal bisa berkembang, tidak hanya di Surabaya dan Indonesia, tapi juga di skala global,” tutup Devina.
Baca juga: Bangga Sama Indonesia itu Ngaku Lokal, Bukan Sok Internasional
Header image credit: bashamarket.com
Comments 2