“Success in life is all about how you deal with failure,” Carol Dweck.
Waktu Maudy Ayunda curhat lewat Instagram soal diterima di dua universitas kece sekaligus, enggak sedikit warganet yang kagum dan bangga akan prestasi doi. Tapi banyak juga yang respon ala “aku mah apa atuh…”
Hmm kenapa ya orang yang pinter banget bisa bikin minder? Emangnya dunia ini adalah tempat pertempuran, dan orang yang enggak terhitung pintar pasti kalah?
Ternyata hasil penelitian dari Carol Dweck enggak mengamini kalimat di atas.Penelitian terbarunya menunjukkan bahwa sikap adalah indikator yang lebih baik untuk kesuksesan daripada IQ.
Dweck adalah seorang psikolog dari Stanford University yang telah 40 tahun mempelajari soal sikap dan performance. Dia menemukan bahwa inti dari sikap kita itu ada dua; fixed mindset dan growth mindset.
Para fixed mindset adalah orang-orang yakin akan siapa mereka dan tidak bisa berubah. Sayangnya, ketika mereka menghadapi tantangan yang lebih besar dari kemampuannya, para fixed mindset akan kesulitan untuk menanganinya sehingga mudah merasa putus asa dan kewalahan.
Sedangkan para growth mindset, adalah orang-orang yang percaya bahwa diri mereka akan berkembang karena usaha mereka. Misalnya jika orang dengan growth mindset memiliki IQ yang rendah, maka hal itu akan mereka anggap sebagai tantangan dan kesempatan bagi untuk mempelajari hal yang baru.
Pintar, percaya diri, dan menginspirasi, tiga faktor itu sering ditangkap akal sehat manusia sebagai sumber kesuksesan. Tapi jika hanya memiliki tiga hal itu, tidak selamanya perjalanan menuju kesuksesan akan mudah. Faktor penentu dalam hidup yang sebenarnya adalah bagaimana kita mengatasi masalah dan tantangan. Dan para growth mindset akan menyambut kegagalan dengan tangan terbuka.
“Failure is information—we label it failure, but it’s more like, ‘This didn’t work, and I’m a problem solver, so I’ll try something else.’” said Dweck.
Tulisan ini bukan ditulis untuk bikin rival antara orang-orang growth mindset versus fixed mindset. Terlepas dari kategori mana kita berada, kita bisa bikin perubahan dan mengembangkan pola pikir kita. Ada beberapa strategi yang bisa menyempurnakan pola pikir kita semua dan membantu kita memastikannya untuk berorientasi pada growth mindset:
Don’t stay helpless!
Semua orang pernah ngerasa enggak berdaya waktu dapet masalah yang nggak kelar-kelar. Jadi perasaan helpless itu sebenernya enggak se-spesial itu. Hal yang paling signifikan adalah gimana reaksi kita terhadap perasaan itu.
Ada banyak orang sukses yang tidak akan pernah berhasil jika mereka menyerah pada perasaan tidak berdaya. Misalnya Walt Disney yang dipecat dari Kansas City Star karena dia dianggap kurang imajinasi dan tidak punya ide bagus. Ada juga Oprah Winfrey yang dipecat dari pekerjaannya di Baltimore karena dinilai terlalu banyak berinvestasi secara emosional dalam cerita-ceritanya, dan Henry Ford memiliki dua perusahaan mobil yang gagal sebelum berhasil dengan Ford.
Bayangkan apa yang akan terjadi jika salah satu dari orang-orang itu memiliki pola pikir yang tetap alias fixed mindset?
Be passionate!
Ok, kalau lo muak disuruh ngejar passion karena belum tau apa sebenernya yang lo miliki, Warren Buffet punya cara unik untuk tahu apa passion lo. Doi ngasih tau teknik 5/25, yaitu tuliskan 25 hal yang paling lo peduliin. Terus, lo coret poin dari 20 ke bawah. Buffet percaya kalau 5 poin teraraslah yang sebenernya passion kita sedangkan yang lainnya cuma gangguan aja.
Take action and go the extra mile (or two)
Salah satu murid Bruce Lee berlari tiga mil setiap hari bersamanya. Suatu hari, mereka akan mencapai batas tiga mil tapi tiba-tiba Bruce mengatakan, “Ayo kita lari dua mill lagi.” Muridnya kelelahan dan menjawab, “Aku akan mati jika berlari dua mil lagi.” Tanggapan Bruce? Dia malah tetep nyuruh muridnya itu lari lagi sampai si murid marah dan akhirnya dia lari lima mil penuh.
Capek dan pengen marah-marah, dia ngomel tuh sama si Bruce. Akhirnya Bruce menjelakannya seperti ini: “Quit and you might as well be dead. If you always put limits on what you can do, physical or anything else, it’ll spread over into the rest of your life. It’ll spread into your work, into your morality, into your entire being. There are no limits. There are plateaus, but you must not stay there; you must go beyond them. If it kills you, it kills you. A man must constantly exceed his level.”
Jika kita tidak menjadi sedikit lebih baik di setiap harinya, maka kemungkinan besar kita akan menjadi sedikit lebih buruk, bukan?
Ada banyak strategi lainnya yang bisa bikin kita jadi para growth mindset, tapi sekarang saatnya kita tanya sama diri kita sendiri, “Apa masih ada yang bisa bikin kita enggak berdaya?” We have to think differently.