Kayaknya makin ke sini, profesi sebagai content writer itu makin menjanjikan ya. Banyak banget lowongan yang nyari posisi ini, dan yang dilihat itu skill menulis, dan enggak perlu pertimbangan jurusan kuliah.
Data dari LinkedIn aja menunjukan, di Indonesia selama pandemi ada 5 profesi yang dicari oleh perusahaan: Graphic Designer, Software Engineer, Sales Manager, Content Writer, dan Project Manager.
Berdasarkan pengalaman pribadi, posisi yang chance-nya besar untuk dilamar oleh semua orang itu Content writer, dan Project Manager. Tapi, kayaknya untuk fresh graduate, lowongan untuk menjadi Content writer lebih banyak tersedia.
Posisi menjadi Content writer juga sering dikaitkan dengan kerjaan yang palugada. Gak cuma bikin konten, terkadang Content writer mengerjakan pekerjaan media sosial, SEO, copywriting, terjemahan, email blast, hingga bikin kebutuhan tulis menulis kayak bikin press release, bikin presentasi, dan masih banyak lagi. Gak heran, banyak para content writer yang sambat di media sosial, hehe.
Tapi, bagi penulis sendiri yang bisa dikatakan udah 3 tahun lebih bergelut di bidang ini, kerjaan-kerjaan di atas yang banyak banget, sebenernya berguna-berguna aja kalau kita bisa bikin dan paham itu semua. Ya karena gak ada ruginya buat bisa dan paham, buat kapasitas skill diri dan lot kerjaannya masih manusiawi, it’s fine.
Era baru: pertarungan melawan bot
Mengamati tren juga, mungkin Ziliun udah sering bahas ya, pekerjaan ini, alhamdulillah-nya, udah makin terspesialisasi. Udah banyak perusahaan yang sadar kalo untuk 1 bidang pekerjaan, dibutuhkan orang-orang yang emang spesifik ahli di bagian itu. Udah semakin banyak lowongan yang makin spesifik, seperti: UX Writer, Copywriter, Translator, Digital Media Marketing, Web Writer, Script Writer, Chatbot Writer dan banyak lagi.
Lalu, tren yang patut diikuti lagi itu adalah, penerapan teknologi kecerdasan buatan atau AI dalam konteks pekerjaan tulis menulis. Dilansir dari apacentrepreneur.com, di tahun 2017 aja, udah ada novelis bot yang melakukan perjalanan keliling Amerika Serikat. Novelis ini bukan orang, melainkan bot yang berupa mikrofon, GPS, kamera, yang diisi berbagai bahasa pemrograman.
Gak cuma itu, kalau yang sering mengamati berita luar, Washington Post udah mengkaryakan si bot ini buat bikin ratusan artikel pendek dalam waktu yang cepat. Untuk Indonesia sendiri, penulis cuma tahu baru Tech in Asia yang pakai teknologi ini yaitu si TiaBot, bot yang bisa bikin rangkuman dari berita-berita yang lagi rame tentang dunia teknologi dan startup.
Tibalah waktu-waktu overthinking
Dari alasan pribadi di atas, penulis pun mikir, kira-kira masa depan Content writer itu gimana ya? Asik gak ya? Apakah profesi yang mulai berjamur ini bakal digantikan sama bot? Hehe
Ternyata, udah banyak yang bahas bahwa kehadiran teknologi itu gak bisa ditangkis oleh kita-kita ini. Justru peran masih dibutuhkan, beriringan dengan memanfaatkan teknologi.
Titik terang tentang masa depan
Selain ke depannya content writer makin terspesialisasi, ternyata masih ditemui beberapa kelemahan dari teknologi AI di dunia kepenulisan ini. Yaitu:
AI lemah dalam Story telling dan Imajinasi
Manusia itu makhluk yang sangat terpikat oleh yang namanya storytelling atau cerita. Banyak orang termotivasi, meyakini sesuatu, tergerak, membeli sesuatu karena disajikan dengan story telling yang bagus.
Untuk saat ini, AI belum bisa bercerita dan berimajinasi layaknya manusia. Seperti menyelipkan emosi, sarkas, pujian, atau slang. Gak heran, untuk inilah alasan dibutuhkan UX Writer dalam setiap aplikasi yang kita pakai, untuk memberikan sentuhan manusia.
Penulis ngambil studi kasus beberapa tulisan yang dimuat oleh The Washington Post yang dirangkum oleh apacentrepreneur.com. Penggalan tulisan di bawah ini, 1 tulisan dibuat oleh AI, 1 tulisan dibuat oleh manusia. Mari kita cek!
“Things looked bleak for the Angels when they trailed by two runs in the ninth inning, but Los Angeles recovered thanks to a key single from Vladimir Guerrero to pull out a 7-6 victory over the Boston Red Sox at Fenway Park on Sunday.”
“The University of Michigan baseball team used a four-run fifth inning to salvage the final game in its three-game weekend series with Iowa, winning 7-5 on Saturday afternoon (April 24) at the Wilpon Baseball Complex, home of historic Ray Fisher Stadium.”
Sepintas, gak ada bedanya tulisan yang di atas sama yang di bawah. Tapi kalo mau diperhatikan lebih jeli lagi, kita akan lebih nyaman untuk membaca tulisan yang kedua.
Yups, tulisan yang kedua itu masih dibuat oleh manusia.
Akhir dari tulisan ini
Intinya sih tergantung kita menyikapinya ya? Karena penggunaan teknologi macem AI itu udah enggak bisa dihindari. Kalo bicara terancam atau enggak terancam, pekerjaan di luar sana atau pabrik yang menerapkannya.
Sebenarnya, ini jadi tantangan yang bagus juga buat para Content writer buat makin bagus lagi kalo nulis, lebih imajinatif, dan lebih bikin tulisan yang kayak ngobrol sama orang.
Ini sekaligus mengingatkan buat orang yang nulis artikel ini, Kalo enggak ada perubahan yang besar atau enggak bikin tulisan yang bagus, jangan marah kalo kerjaan kita digantikan AI.
Fiyuuuh~ (menghela nafas).