#popcon2015 adalah rangkaian artikel Ziliun selama bulan Juni mengenai profil kreator pilihan dalam rangka menyambut Popcon (Popular Culture Convention) Asia 2015. Festival komik, film, mainan, dan animasi terbesar di Asia ini akan diselenggarakan di Jakarta, 7-9 Agustus 2015. Rangkaian profil ini juga dimuat oleh majalah Marketeers edisi Juli 2015.
Pernah mengunjungi taman budaya Garuda Wisnu Kencana di Bali? Atau Nyoman Nuarta Sculpture Park di Bandung? Chris Lie, seorang komikus dan ilustrator, punya peran sebagai arsitek untuk kedua taman tersebut. Namun, lulusan Arsitektur ITB ini kemudian kembali ke cinta sejatinya, yaitu dunia komik dan ilustrasi.
Kesuksesan Chris Lie di dunia komik berawal dari hobi menggambarnya sejak kecil. “Petualangan Tintin”-lah yang menjadi inspirasinya ketika ia masih duduk di bangku kelas 3 SD. Sejak saat itu, keinginan untuk menggambar terus tumbuh, dan Chris terus belajar menggabar secara otodidak dengan mencontoh komik-komik yang sudah ada. Ia kemudian mulai terjun dalam pembuatan komik bersama teman kampusnya sejak duduk di semester 5. Kala itu, Chris bertekad untuk menjadikan komikus sebagai profesi, bukan sekadar hobi saja.
Baca juga: Sheila Rooswitha, Bercerita dengan Sederhana Lewat Komik
Setelah lulus kuliah, ia sempat terlibat di beberapa proyek arsitektur seperti yang disebutkan sebelumnya. Karya arsitekturnya memang tidak kalah berkualitas, tapi Chris kemudian memutuskan untuk melepas profesinya sebagai arsitek dan kembali ke komik. Ia mendirikan Bajing Loncat, sebuah studio komik bersama teman-temannya. Lewat studio ini, Chris menerbitkan beberapa komik seperti Katalis, Amoeba, Petualangan Ozzie, Iphir, dan 16 judul buku lain. Karena tak banyak “menghasilkan”, akhirnya Bajing Loncat ditinggalkan olehnya dan personil lain.
Ia kemudian menjadi juara di ajang International Art Festival tahun 2001. Mendapat tiket ke Singapura, ia pun bekerja selama 2 tahun di sana. Beberapa kali ia memenangkan kompetisi gambar dan ilustrasi, termasuk hadiah Exhibition Designer dalam Parade Nasional Singapura. Tahun 2003, Chris berhasil mendapatkan beasiswa Fulbright Scholarship untuk program Master of Fine Arts di Savannah College of Art and Design, Amerika Serikat.
Selama kuliah di Amerika Serikat, Chris magang di perusahaan penerbitan ternama, Devil’s Due Publishing, sebuah penerbitan komik independen di Chicago. Selama magang tersebut, Chris berkesempatan menggarap action figure, ilustrasi untuk cover DVD, kemasan, serta media promosi lain yang berkaitan dengan komik GI Joe Sigma 6 di akhir 2004. Karyanya mulai dikenal oleh banyak orang.
Nama Chris Lie tidak asing di kalangan penggemar komik di Amerika Serikat. Ia telah menghasilkan 40 komik yang telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, dan karyanya beredar di beberapa penerbit komik di Amerika Serikat. Bahkan, karyanya yang berjudul “Return to Labyrinth” habis terjual dalam waktu dua hari di San Diego Comic-Con tahun 2006. Chris juga menjadi co-creator serial komik “Drafted One Hundred Days” edisi khusus Barack Obama yang diedarkan di seluruh dunia.
Baca juga: Never Too Old for Toys
Namun, komikus kelahiran Solo, 5 September 1974 ini kemudian punya keinginan untuk kembali ke Indonesia dan mengembangkan komunitas komik lokal. Dalam suatu wawancara, Chris pernah bilang kalau di negara seperti Jepang, komikus bisa jadi selebriti, dan ia ingin comic scene di Indonesia bisa semaju itu. Ia pun mendirikan Caravan Studio, studio ilustrasi dan komik yang berbasis di Jakarta.
Menurut Chris, agar intellectual property lokal bisa go global, harus ada rencana bisnis dan rencana pemasaran yang tepat sasaran. Kini, selain mengurus Caravan Studio, bersama Andik Prayogo dan Yudhanegara Njoman, Chris membangun reoncomics.com yang menerbitkan komik fisik karya dari komikus lokal secara berkala.
Baca juga: Beng Rahadian, Mengangkat Harkat Martabat Komik Indonesia
Header image credit: majalahkabari.com. Cover serial komik "Return to Labyrinth"
Comments 1