Selama ini kalo nyebut kolaborasi pasti mikirnya ga jauh – jauh dari konsep bagi hasil, sama – sama kerja, bagi untung, nanggung rugi bersama, dan sebagainya.
Sampai sekarang kolaborasi memang begitu adanya, tapi habis ngobrol bareng Chef Afit-nya Holycow, saya tersadarkan akan kolaborasi yang kekinian, kolaborasi yang ga melulu melibatkan hal yang sifatnya tangible.
Selain memberikan dampak bagi 450 karyawannya, Afit yang ditemui di acara Google Bisnis Go Online tadi siang mengungkap kalau kolaborasi itu sangat penting bagi Holycow. Mulai dari awal mula Holycow dibentuk hingga sampai detik tadi, kolaborasilah yang mendukung kesuksesan Holycow. Salah satunya nih, kalau kalian makan steak di tempatnya Afit (Iya nih, beliau ga mau dipanggil Chef, Kak, Mas, atau panggilan lainnya), side dish atau sayuran seperti buncis, wortel, dan jagungnya itu ga datang dari kebun sendiri atau hasil impor, melainkan datang dari Indonesia Berkebun, sebuah komunitas yang mengolah lahan tidur di perkotaan untuk berkebun sehingga lahan tersebut memiliki output ekonomi. Komunitas yang awalnya bersifat nirlaba dan hasil perkebunannya itu diberikan untuk konsumsi kalangan pribadi, menjadi supplier sayur segar untuk dapur Holycow. Melalui kolaborasi ini, Holycow dan Indonesia Berkebun sama – sama memberikan nilai tambah bagi kedua pihak namun tetap mendukung visi yang sama. Holycow di satu sisi mendapatkan suplai sayuran segar untuk bisnisnya sambil di sisi lain bisa mendukung kelangsungan pergerakan positif dari Indonesia Berkebun.
Menariknya, ga cuma Indonesia Berkebun aja yang jadi partner Holycow. Balik lagi, selama visinya sama, Holycow ga akan ragu untuk berkolaborasi, jadi partnernya ga cuma sesama yang ada di industri makanan aja. Kolaborasi Holycow Steak ada juga bareng Yayasan Pink Indonesia dan komunitas yang mengumpulkan buku dari masyarakat sekitar untuk didistribusikan ke daerah Indonesia yang memiliki akses yang sulit ke perpustakaan, di mana Holycow menyediakan tempat di restorannya sebagai tempat dropbox buku komunitas tersebut. Sementara untuk Yayasan Pink Indonesia, Holycow, selain dana, memberikan support awareness lewat social media.
Menurut Afit, sekarang ini ga melulu dana aja yang bisa kita berikan. Holycow punya peralatan, punya traffic yang tinggi, hal – hal ini bisa digunakan untuk mendukung partner kita. Di era modern ini, kita bisa berkolaborasi cukup dengan infrastruktur yang kita punya aja.
Dari Holycow, kalau saya kembangkan lagi, kolaborasi ga harus dengan orang yang ada di industri sejenis juga. Selama organisasi di luar bidang kita menjunjung nilai yang sama, kenapa ngga kolaborasi, dengan demikian kan kita jadi bisa turut berperan penting bagi kesejahteraan masyarakat dalam skala yang lebih besar dan beragam. Selain itu, kalau kita liat Afit dan Holycow, partner kolaborasi mereka bukan supplier sayur yang udah ternama gitu, tapi organisasi nirlaba.
Di era modern ini, siapapun, ga cuma korporasi besar aja yang bisa kita andalin untuk kolaborasi. Coba untuk berpikir kreatif dan mulai sekarang, buka pikiran kalau kita bisa partneran sama siapa aja yang bervisi sama.
Header image credit: foodgeeksid.wordpress.com