Hari ini, 21 September, diperingati sebagai International Day of Peace alias Hari Perdamaian Dunia.
Buat apa sih?
Iya mungkin banyak yang ignorant dan gak paham banget buat apa ada hari-harian kayak gini. Paling orang long march, bikin macet.
Yang mikir gitu pasti yang hidupnya terasa damai-damai aja.
Saya sendiri orangnya gak terlalu percaya sama hal-hal yang sifatnya seremonial. Bukannya apa. Kalau ada peringatan terus orang lupa, ya ngapain. Sama kayak tulisan saya awal tahun ini tentang resolusi tahun baru. Kalau cuma bikin resolusi terus cuma dilakuin di beberapa bulan pertama aja, ngapain? Mending kita bikin daily target. Kecil tapi konsisten, lebih baik.
Baca juga: Tau Gak, What You Post Shapes the Nation!
Sama kayak International Day of Peace ini. Memang bagi daerah-daerah perang, hari ini sangat berarti karena PBB mewajibkan adanya baku tembak. Stop dulu peperangannya sementara, biar semua pihak yang terlibat bisa dapet peace education. Iya, hari ini juga didedikasikan PBB buat melakukan edukasi tentang perdamaian, ngajarin berbagai hal seperti alternatif cara untuk menyelesaikan konflik tanpa pakai perang atau kekerasan.
Nah, balik lagi, buat yang hidupnya aman sejahtera di daerah yang gak rawan konflik, buat apa kita mengambil momen sejenak untuk mengingat pentingnya peace? Toh kita gak tinggal di Israel atau Palestina *walaupun bisa aja di daerah strategis mana tiba-tiba ada suicide bombing :’(.
IMHO sih, Hari Perdamaian Dunia ini mengingatkan saya akan satu hal: jangan suka stereotyping atau judgmental.
Baca juga: Soft Power: Jadi Powerful Gak Harus Pake Cara Keras
Seperti yang pernah dibahas di Ziliun juga, kita itu masih suka kebiasaan kayak gini:
“Cina sih. Makanya pelit.”
“Batak sih. Makanya keras.”
Tanpa kita sadari, ucapan-ucapan kayak gitu bikin kita menilai orang bukan dari the way a person is, tapi dari label-label dan stereotipe yang udah dibawa turun-temurun di masyarakat. Memang gak bikin perang juga sih, cuma gak bikin kehidupan bermasyarakat jadi lebih harmonis juga.
Jadi menurut saya esensi dari Hari Perdamaian Dunia adalah memulainya dari diri sendiri. It’s good if you care to donate to the conflict zone, atau ikut long march yang mendeklarasikan pesan-pesan cinta dan perdamaian.
Tapi kalau masih nge-judge dari stereotipe, do you even know what peace is?
Mari berdamai!
Baca juga: No Stereotype, No Judging!
Header image credit: herts.sch.uk