Meskipun lo belum punya anak, kemungkinan besar pasti tau apa itu Baby Shark–kecuali lo enggak punya teman, enggak punya kuota, dan enggak punya sumber listrik. Lagu anak-anak yang super catchy ini punya cerita yang sangat menarik, loh. Ziliun meliput cerita ini langsung dari sumber paling terpercaya. Siapakah dia? Temukan jawabannya di bawah ini.
Ngga Sengaja Nge-Hits
Sebelum menjadi hit global yang berhasil menduduki berbagai carta musik anak-anak di iTunes, Apple Music, Google Play, dan Amazon–bahkan kini sudah bertahta di daftar Billboard’s Top 40–Baby Shark adalah lagu yang diciptakan sebagai konten untuk kanal YouTube Pinkfong, sebuah anak perusahaan dari SmartStudy–bisnis yang berfokus pada hiburan dan pendidikan. Namun, Pinkfong khusus meluncurkan konten-konten hiburan bagi anak-anak kecil umur 1-5 tahun. Sebelum mengeluarkan Baby Shark, Pinkfong sendiri sudah memiliki banyak subscribers setia di kanalnya, dengan jumlah views yang cukup oke.
Di tahun 2016, Baby Shark dirilis dengan menampilkan karakter hiu balita, orang tua, dan kakek-nenek, plus dua anak kecil menggemaskan yang menari seiring lagu Baby Shark diputar. Awalnya, lagu ini memang hanya untuk sing-along saja, seperti 4000an konten Pinkfong yang lain. Meski terkenal di kalangan anak-anak di Korea (tempat Pinkfong bersemayam), pamornya biasa aja. Sampai akhirnya Baby Shark tiba di Indonesia dan Filipina dengan badai Baby Shark Challenge-nya yang berhasil viral di tahun 2017 via platform yang sama, yaitu YouTube. Kemudian, demam hiu balita ini mewabah ke negara-negara di Asia dan Asia Tenggara, dan kini telah berhasil menjadi fenomena global yang memiliki 100 variasi lagu dengan 11 bahasa berbeda.
Tiga Faktor yang Mendukung Ketenaran
Lalu, kenapa sih Baby Shark bisa segini hebohnya? Jawabannya Ziliun dapat langsung dari si empunya perusahaan Pinkfong, yaitu Ryan Lee, sewaktu beliau menjadi salah satu pembicara di Techsauce Global Summit 2019 yang diadakan pada 19-20 Juni lalu di Bangkok.
Ryan Lee sebagai kreator Baby Shark sendiri enggak menyangka bahwa lagu sederhana ini bisa meraih 3,3 milyar views di YouTube. Oleh karena itu, Ryan dan tim Pinkfong pun perlahan-lahan mulai menganalisis apa yang menyebabkan fenomena ini.
Menurutnya, lagu ini menjadi favorit anak-anak (yang kemudian menjadi favorit orang tua dan keluarga si anak tersebut) karena liriknya memiliki rima yang mudah untuk diingat dan adanya unsur repetisi yang menjadi hook lagu tersebut. Selain itu, salah satu hal yang paling ditekankan oleh Ryan Lee sebagai atribut kesuksesan Baby Shark adalah terkandungnya nilai paling utama dan penting bagi anak-anak dan orang dewasa di seluruh dunia, yaitu keluarga. Dengan menyertakan anak, orang tua, dan kakek-nenek, semua orang di dunia bisa relate dengan lagu ini.
Yang paling penting, menurut Ryan Lee, ini semua tidak akan terjadi kalau Baby Shark tidak hadir di waktu dan tempat yang tepat. Jika tidak melalui platform digital, di waktu anak-anak sudah mencari hiburan lewat gawai pribadi mereka, dan adanya berbagai macam challenge aneh-aneh, serta eksistensi platform lain yang ikut mengembuskan Baby Shark seperti TikTok, maka Baby Shark belum tentu bisa menjadi seperti sekarang ini.
Selain itu, Ryan mengaku bahwa Pinkfong sengaja membuat lagu mengenai hiu karena, setelah mengadakan survey via Google, timnya mendapatkan data bahwa anak-anak lebih tertarik dengan binatang-binatang buas. Buktinya, lagu Pinkfong populer lainnya bercerita tentang singa, yaitu The Lion.
Nggak bohong, Ziliun terkesima banget saat melihat Ryan Lee mengupas tentang karyanya yang bisa menjadi superbesar di panggung Techsauce Global Summit 2019 kemarin.
Bahasa Universal
Ternyata, lagu Baby Shark ini bukan sesuatu yang benar-benar baru, loh. Ryan Lee sendiri mengakui bahwa lagu ini merupakan remake dari sebuah nyanyian yang populer di Amerika Serikat sejak tahun 1900an, bahkan sering dinyanyikan di acara persami anak-anak sekolah sana. Pinkfong meramu nyanyian populer ini dengan tambahan rima yang berulang-ulang, plus nada yang berirama ala K-pop. Hal ini sengaja didesain oleh Pinkfong untuk beradaptasi dengan anak-anak generasi masa kini yang lebih suka lagu-lagu yang upbeat, bukan lagi pelan dan tenang seperti lagu pengantar tidur zaman dulu.
Menurut seorang penulis lagu bernama Jin Jin, lagu Baby Shark menjadi seterkenal ini karena kesederhanaan nada dan liriknya. Selain itu, penggunaan ‘doo doo doo do’ sebagai hook lagu ini merupakan hal yang brilian karena frasa tersebut merupakan bahasa universal yang dimengerti semua orang di seluruh dunia.
Desain Khusus untuk Penonton Cilik YouTube
Dari segi visual, Pinkfong memang mendesain konten-kontennya khusus untuk anak-anak yang mendapat interaksi melalui dunia maya. Oleh karena itu, karakter-karakternya dibuat berwarna cerah dan lucu yang menarik perhatian anak kecil. Selain itu, video-video yang dirilis oleh Pinkfong memang hanya berdurasi sekitar satu menitan agar lebih mobile-friendly dan nggak ngabisin kuota.
Pelajaran dari Ryan Lee dan Pinkfong
Dari pembicaraan Ryan Lee di Techsauce kemarin, Ziliun benar-benar dapat pelajaran berharga tentang pembuatan konten untuk di media. Sesuatu yang sederhana bisa viral karena berbagai macam faktor, tetapi yang paling penting adalah faktor relatability, di mana audiens merasa nyambung dengan konten yang disuguhkan. Selain itu, pemahaman yang mendalam mengenai target audiens kita sangat penting, supaya tepat guna dan tepat sasaran.
Kalau menurut lo gimana, guys?
—
Ditulis oleh: Indiena Saraswati, disunting oleh: Azwar Azhar