PopCon Asia 2015 yang diselenggarakan akhir pekan kemarin, 7-9 Agustus 2015, bisa gue bilang adalah a melting pot of various creativity and beauty, crammed into one awesome event.
Para pelaku industri kreatif lokal maupun luar negeri berkumpul dalam satu acara untuk memperkenalkan, menunjukkan, dan mempromosikan karya mereka. Di sini lo bisa ketemu dengan banyak sekali orang orang berbakat seperti para komikus, kartunis, desainer, animator, sampai toys designer! Karya yang mereka buat memang menurut gue hampir semuanya bagus banget, sampai gue merasa diselimuti oleh aura keindahan and a lot of cool, artsy things—yang bikin gue agak kalap dan bengong berdecak kagum.
Di sini para pelaku industri kreatif menyebutkan karya mereka sebagai work of art, terutama beberapa sketsa, action figure, atau toys dibuat dengan jumlah yang sangat sedikit, dan kadang hanya satu-satunya! Eksklusivitas ini diciptakan untuk menambah nilai seninya, apalagi membuatnya membutuhkan detail dan ketilitian yang tinggi. Harga yang dibanderol pun cukup tinggi.
Mungkin kebanyakan orang yang awam tentang seni dan industri kreatif bakal berpikir “Iya sih bagus, tapi buat hiasan doang paling” atau “The price is ridiculous! Mending buat beli yang lain deh” atau mungkin lo bakal denger sesuatu seperti “Ntar juga kebuang”.
Baca juga: Art vs Design
Tapi kalau emang sedangkal itu, kenapa sekarang banyak pihak termasuk pemerintah gencar banget untuk menaikkan industri kreatif? Padahal mungkin kalau lo orang yang lumayan serius, bakal berpendapat kalau ada hal yang jauh lebih penting daripada tetek bengek kesenian, seperti infrastruktur negara, kesehatan masyarakat, atau pertumbuhan ekonomi. Atau mungkin sempat terlintas di pikiran lo hal-hal seperti ini ga lebih dari hobi orang-orang kurang kerjaan atau ga sadar situasi.
Di sini gue ga bakal ngebahas soal profit dalam segi keuangan dari industri kreatif, dibanding sektor-sektor lainnya yang lebih “serius” . Gue bakal ngebahas sesuatu yang fundamental, yang kerap kali memang ga terlalu diperhatikan kebanyakan orang atau cuman disimpan di alam bawah sadar – but when it’s gone, people will lose their mind.
Seperti sebuah quote dari John Keating, dari film Dead Poets Society : “We don’t read and write poetry because it’s cute. We read and write poetry because we are members of the human race. And the human race is filled with passion. And medicine, law, business, engineering, these are noble pursuits and necessary to sustain life. But poetry, beauty, romance, love, these are what we stay alive for.”
Baca juga: Sparking Innovation Through Art in Facebook, Inc.
Sebuah video berjudul “What is Art For” dari The School of Life ngebahas 5 poin utama kenapa seni atau estetika itu penting. Prettiness is important, because it’s an emblem of hope. Bukannya kita mengabaikan hal yang jauh lebih serius atau membahayakan di luar sana, tapi ini menyelamatkan kita dari keputusasaan karena melihat banyak hal buruk di luar sana.
Seni juga membuat kita merasa ga kesepian, karena lewat pernyataan dalam bentuk entah lukisan, musik, atau tulisan, we can relate to its artwork and it’s humane to feel various emotions.
Seni juga membantu kita untuk tetap seimbang. Biasanya, jenis seni yang kita sukai itu hal yang kurang bisa kita dapatkan, misalkan kalau lo demen sama lukisan atau musik yang tenang, mungkin karena di keseharian lo udah cukup hectic.
Baca juga: Human Connection: Seni Meminta Tanpa Mengemis
Ga cuman itu, seni juga membuat kita untuk lebih menghargai banyak hal. Kita yang hampir tiap hari terpapar oleh informasi dari media dan disuapi dengan hal hal yang kita kira penting dan wah, padahal kita lupa hal hal sesimpel rerumputan patut untuk dinikmati.
Terakhir, seni juga bisa menjadi suatu alat propaganda untuk hal-hal yang positif dan penting. Seperti kita harus tetap punya harapan, atau harus tetap seimbang, atau mengundang kita untuk menjelajah dunia.
Jadi, ternyata kesenian/estetika mempunyai peran yang vital di kehidupan kita, walaupun seringkali kita abaikan.
Comments 1