Pada pertengahan tahun 2015 ini, banyak sekali deretan startup-startup baru di Indonesia yang dibuat baik oleh orang yang berpengalaman maupun yang masih di bangku perkuliahan. Ada yang beranggapan bahwa startup yang dibuat oleh orang yang berpengalaman lah yang nantinya akan sukses. Namun, nggak sedikit juga mahasiswa yang mencoba-coba untuk membuat startup. Entah alasannya ingin memecahkan sebuah masalah, hanya ingin kelihatan keren, agar bisa menang lomba, bahkan ada juga yang berharap bahwa startup-nya akan di invest oleh seorang investor kaya agar ia bisa mendapatkan banyak uang. Buat yang belum tahu, Startup itu pada dasarnya adalah bisnis yang baru dirintis dari awal untuk mencari model bisnis yang sesuai dan pertumbuhannya cepat. Namun, arti dari startup ini sendiri udah mulai bergeser dan diasosiasikan sebagai bisnis yang berbasis teknologi. Contohnya pasti yang kalian udah tahu tuh kaya Gojek, YesBoss, Tokopedia, dan lain-lain.
Menurut Rei Inamoto, seorang panelis di SXSW Digital 2012, startup itu idealnya terdiri dari tiga jenis co-founder yaitu hustler (orang bisnis), hipster (orang desain), dan hacker (orang IT). Gue melihat bahwa kampus gue, ITB, mempunyai potensi yang sangat besar dalam dunia startup. Kenapa? Karena jelas-jelas ITB punya jurusan yang mewakili ketiga elemen tersebut. Namun, yang sangat disayangkan adalah semangat entrepreneurial mahasiswa di ITB terutama dalam bisnis yang berbasis teknologi ini masih sangat rendah sehingga potensi yang besar ini belum dimanfaatkan secara ideal. Konteks yang gue maksud di sini bukannya nggak ada sama sekali, tapi kolaborasi antar fakultasnya itu masih sangat kurang. Dan yang gue rasakan sendiri juga adalah eratnya mindset anak ITB dengan bekerja untuk korporat besar setelah lulus yang menyebabkan banyak mahasiswa yang malas untuk berkarya dan membuat startup-nya.
Nah, pada tulisan kali ini gue ingin sedikit membuka mata kalian tentang alasan kenapa harus memulai startup dari semenjak kuliah. Setelah melakukan sejumlah riset dan interview ke beberapa pelaku di industri startup, gue menemukan beberapa alasan yang menarik, yaitu:
Nothing To Lose
Ketika memulai dari saat kuliah, lo masih belum punya banyak tanggung jawab besar yang membebani ketika gagal. Karena orang-orang tahu kalo mahasiswa konteksnya masih belajar sehingga punya toleransi yang lebih besar terhadap kegagalan. Lingkungan yang ideal ini nggak akan terjadi kalo lo udah lulus. Akan ada banyak tuntutan-tuntutan yang harus dipenuhi seperti harus buru-buru menikah, harus udah bisa menghidupi diri sendiri seutuhnya dan hal lainnya yang menyebabkan jadi lebih berat menghadapi kegagalan.
Baca juga: Startup yang Gagal Itu Sering Berasumsi
Experience Is The Best Teacher
Jika lo punya mimpi ingin mengubah dunia dengan startup bikinan sendiri, segeralah mulai dari sekarang, raihlah mimpi itu perlahan-lahan, buatlah dampak yang besar dengan memulai langkah kecil. Kesempatan untuk dapet pengalaman sejak masih kuliah akan ngebuat lo menjadi lebih matang ketika nanti serius menggarap startup tersebut setelah lulus. Menurut gue, magang di perusahaan startup orang aja nggak cukup. Ketika magang, arah kemana perusahaan itu berjalan udah ada yang ngatur dan lo cuman ngikutin aja sehingga pengalaman yang didapetin itu bukan pengalaman bikin usaha, melainkan pengalaman kerja. Gue nggak bilang itu salah, tapi ada baiknya kalo emang pengen belajar asam garamnya membuat startup, buatlah startup lo sendiri.
Fail Fast, Succeed Faster
Kata-kata tersebut gue dapetin ketika mengikuti workshop Lean Startup Machine Bandung. Maknanya sederhana, gagal lah secepat mungkin agar bisa sukses lebih cepat. Kuncinya, jangan menyerah dan mau belajar. Lakukanlah evaluasi dari setiap kegagalan dan buatlah sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Contohlah Instagram, pada awalnya instagram merupakan aplikasi yang fokus kepada “check-in” di suatu tempat seperti foursquare. Namun pada kenyataannya orang-orang lebih menyukai untuk berbagi gambar menggunakan filternya dibandingkan untuk “check in“. Mereka nggak nganggep itu sebagai kegagalan, tapi sebagai opportunity buat pindah jalur dan ngembangin fitur filternya.
Doing Something is Better Than Doing Nothing
Banyak sekali masalah di negara ini yang masih belum terpecahkan. Daripada hanya diam saja dan kritik nggak abis-abis kepada pemerintah, mending bikin startup yang mecahin masalah tersebut sampe dapet dukungan dari pemerintah. Contohnya kalo di Bandung sendiri itu ada startup yang namanya X-Igent–sebuah aplikasi smartphone yang menyediakan tombol darurat ketika terjadi suatu kriminalitas. Startup tersebut udah official didukung oleh Walikota Bandung, Ridwan Kamil.
Membuat startup ketika menjadi mahasiswa itu nggak gampang. Lo harus sadar bahwa kegagalan itu akan datang. Tapi tenang, nggak ada yang salah dari kegagalan. Karena disana lo akan mengetahui salah satu cara agar nggak melakukan kegagalan yang sama. Apapun kegagalan yang dialami, sepahit apapun itu, teruslah belajar dari kegagalan tersebut.
Masih banyak alasan lain yang bisa lo tambahin sendiri kenapa harus bikin startup dari kuliah. Setelah punya alasan yang kuat, harus ngapain lagi sih? Buat yang kuliah di ITB, lo sangat beruntung! Kenapa? Karena di ITB itu ada matkul pilihan yang namanya Technology Based Business. Di kelas ini kita bakal diajarin step-by-step gimana caranya bikin startup.
Baca juga: Belajar Bikin Startup dari Cerita Superhero
Kalo merasa masalah lo sebagai anak ITB adalah masalah akademik yang ganggu buat garap startup, poin yang menariknya di kelas ini adalah lo bisa belajar bikin startup sambil dibimbing sama praktisi dari dunia startup itu sendiri tanpa khawatir akan mengganggu kegiatan akademik karena bikin startup di sini merupakan bagian dari kegiatan akademik di kelas juga! Gue tahu banyak karena gue juga salah satu mahasiswa dari kelas tersebut, haha. Kalo lo penasaran pengen daftar batch selanjutnya silahkan cek di http://itb.kibar.id/reg. Berhubung udah ada fasilitasnya, yuk dari sekarang mulai dicari masalah apa yang “worth it” buat dipecahkan, tetap semangat dan mulailah berkarya! Good luck!
Baca juga: Rebel #1: Gak Mau S2, Maunya Bikin Startup
Header image credit: blog.crowds.io
Comments 1