Kalo denger nama atau logo apel kegigit, apa bayangan yang langsung muncul di ingatan kamu? Yappp, udah langsung kebayang salah satu produknya ya. Ini yang dikenal sama brand identity atau identitas dari sebuah merek. Dengan adanya brand identity, harapannya konsumen udah tau dan inget sama produk kita dengan tanpa perlu penjelasan lagi.
Tapi, sebelum menentukan identitas untuk brand, kita harus kenal lebih dulu sama target market dan menentukan value yang mau kita bawa. Jadi gak sekadar pilih elemen buat brand identity hanya karena selera pribadi. Selain akan lebih mudah diterima oleh target market, brand identity yang khas dan otentik juga bakal bikin brand kita lebih mudah dikenal dan diingat.
Ada apa aja?
Nama
Nama udah pasti jadi pertimbangan pertama kita saat menentukan brand identity. Pemilihan nama gak melulu harus identik dengan produk. Nama produk juga bisa terinspirasi dari pengalaman yang kosumen dapatkan, singkatan, atau hal-hal lain yang mewakili brand itu sendiri. Pastinya ini harus berdasarkan value yang mau kita bawa.
Buat nama yang benar-benar melambangkan apa produk dan pengalaman yang bisa konsumen dapatkan dari produk itu. Misalnya, sebuah aplikasi kesehatan mental yaitu Riliv. Nama yang ini merupakan harapan dan pengalaman yang bakal pengguna dapatkan yaitu bisa merasa lega (relief).
Logo
Elemen satu ini bisa dibilang yang paling krusial untuk sebuah brand identity. Hal yang pertama kali konsumen lihat dan ingat tentang suatu brand adalah logo. Bahkan banyak orang juga yang beranggapan kalo logo itu adalah brand. Logo yang berdiri juga seharusnya udah bisa ngasih bayangan tentang produk sampai pengalaman yang konsumen dapatkan dari brand itu.
Contohnya logo ini:
Cuma dengan liat logo ini aja pasti kita udah kebayang dong sama nama brand, produknya bahkan mungkin sampai kisaran harganya. Sepenting itu makna logo karena jadi representasi sebuah brand.
Warna
Selain 2 hal tadi, warna juga jadi elemen yang mewakili nilai dari sebuah brand. Tiap segmen konsumen punya karakteristik warna yang beda-beda, lho. Misalnya kita punya produk yang targetnya anak muda dengan value semangat muda. Nah, warna merah bisa banget buat mewakili nilai yang mau kita sampaikan ke target kita yang anak muda tadi. Dari sisi psikologis, warna juga terbukti sangat mempengaruhi penyampaian value pada sebuah brand. So, jangan asal pilih warna karena cute aja ya!
Tipografi
Tipografi lebih mengacu pada penggunaan font untuk kebutuhan branding. Walaupun terkesan remeh, tapi kita gak bisa asal pilih font. Sama kayak warna tadi, setiap jenis font juga punya karakter dan ciri khas masing-masing. Selain itu, pastikan juga jenis font yang kita gunakan mudah untuk terbaca dan bisa kita gunakan untuk berbagai hal.
Penyampaian pesan
Biasanya penyampaian pesan ini bakal digunain banget buat kepentingan promosi dan pengenalan produk. Gaya bahasa dan media yang kita gunakan untuk menyampaikan pesan sebuah brand juga harus menyesuaikan dengan target market. Selain itu, hal ini bisa jadi brand identity juga saat konsumen berinteraksi dengan brand itu sendiri contohnya di media sosial. Misalnya, target market kita adalah anak muda jaksel yang you know lahh yaa. So, penyampaian pesan dengan bahasa inggris bakalan akan eye catching. Gitu juga buat target market yang lain.
Pastikan semua brand identity membawa nilai dari produk yang kita tawarkan. Jadi, waktu konsumen liat logo atau nama brand kita, udah ada bayangan deh dan inget sama produk ataupun pengalaman yang kita bawa ke konsumen.
Baca juga : Ide Buat Branding Startup Lo? Kenapa Enggak!