#Ziliun30 adalah rangkaian 30 profil tech entrepreneur yang berusia di bawah 30 tahun, yang berpikir dan bermimpi besar, melihat masalah sebagai peluang, menjunjung tinggi kolaborasi, memahami kegagalan sebagai bagian dari proses, serta membuat terobosan strategi marketing dalam bisnis. #Ziliun30 merupakan kerjasama Ziliun.com dengan the-marketeers.com selama September 2014.
Baru 29 tahun tapi sudah punya hotel chain sendiri? Itulah Billy Dahlan, CEO Dafam Group, entrepreneur muda yang berhasil mendobrak pakem bisnis keluarga dan mewujudkan mimpinya.
Siapa sebenarnya Billy Dahlan? Ia adalah pemuda asal Pekalongan, anak dari Soleh Dahlan, pemilik bisnis keluarga bernama Dafam Group. Billy bisa dibilang beruntung dengan background pengusaha di keluarganya. Namun, di sisi lain, Billy sudah dipaksa struggle sejak dulu. Saat duduk di bangku SMA di Australia, ia telah menjalani berbagai pekerjaan part-time sebagai tukang cuci piring, menjaga tiket bioskop, menjadi kasir di bar, sampai berjualan tiket konser.
Lulus SMA, Billy mengambil kuliah D3 di bidang Marketing and Communication di Cavendish College, London, UK. Tapi, sebenarnya passion Billy ada di desain dan arsitektur. Sejak dulu, ia selalu menyukai gedung-gedung tinggi.
Baca juga: Crowdfunding: To Try or Not To Try
Sepulang dari Inggris, Billy menghabiskan enam bulan membantu bisnis sarang burung walet keluarganya di Pekalongan. Pengalaman ini mengajarkannya dasar-dasar berbisnis, sebelum akhirnya memutuskan untuk berbisnis properti.
Cerita tersebut mungkin terlihat seperti kisah sempurna dari seorang pengusaha muda. Jangan salah, jalan Billy tidak selalu mulus, bahkan sempat beberapa kali ditentang orangtua saat ingin meminjam uang ke bank untuk mendirikan hotel pertamanya. Orangtua Billy menganggap properti adalah bisnis berisiko tinggi dan sejak dulu mereka selalu menghindari hutang dalam bisnis.
Baca juga: Ketika Senioritas Mengalahkan Meritrokasi
Saat mempresentasikan proposalnya ke bank pun, ia kerap ditertawakan karena dianggap terlalu nekat untuk terjun ke bisnis properti di usia semuda itu. Akhirnya, setelah 12 bank disambangi, Billy berhasil mendapat pinjaman dari sebuah bank sebanyak 40 miliar. Uang itu digunakannya untuk membangun Hotel Dafam Semarang pada awal 2010, dan ia berhasil mengembalikan modal tersebut dalam jangka waktu satu tahun.
Baca juga: Are entrepreneurs born or made?
Usaha membayar hutang ke bank pun sempat mengalami jalan buntu. Tahun 2011, bisnis Billy membutuhkan setidaknya 2 miliar tiap bulan untuk dapat bertahan. Di tengah situasi “kepepet” seperti itu, Billy yang tidak menyerah untungnya mendapatkan kesempatan untuk menyediakan jasa operator hotel. Dari jasa ini, bendera Dafam mulai berkibar dimana-mana.
Pernahkah seorang Billy Dahlan gagal? Tentu iya. Ia sendiri pernah menceritakan jatuh-bangunnya mencoba berbagai macam usaha. Lebih dari 80% usaha yang dijalaninya pernah gagal, bahkan satu waktu pernah uang yang dimilikinya hanya tersisa 600.000 rupiah. Ia pun kemudian berpikir untuk menerima semua itu sebagai pelajaran dan bersikap legowo. Katanya, kerugian yang ada dianggap sebagai biaya kuliah. Toh nyatanya, ketika dia bisa menjadikan kesalahan sebagai pelajaran, sukses akan mengikuti.
Prinsip nomor satu Billy adalah tidak menyerah. Prinsiplah itulah yang megantarkan Dafam dari bisnis properti lokal menjadi entitas bisnis nasional saat ini.
Baca juga: Belajar dari Kedai Kopi Bernama Starbucks
Image header credit: gratisography.com