Apa yang menarik dari produk buatan Apple? Mahal, berkelas, prestige, apalagi?
Sederhana!
Kalau kita mau menelaah lebih lanjut, ada hal yang seringkali kita lupakan dari produk keluaran Apple yaitu, sederhana. Steve Jobs berhasil mengemas produk inovasinya menjadi sebuah produk yang terasa sangat simple dan nyaman untuk digunakan penggunanya.
Apa untungnya untuk Steve Jobs dengan inovasinya yang demikian? Jelas, dia bisa menembak pasar kelas menengah ke atas untuk produk premiumnya.
Saya suka satu hal dari buah pemikiran Steve Jobs, yaitu
Membuat suatu hal menjadi sederhana lebih sulit daripada membiarkannya tetap rumit. Kamu harus bekerja keras membuat pikiranmu bersih dari hal lain untuk membuat hal itu menjadi sederhana. Steve Jobs
Baca juga: Risalah Perut
See, Steve Jobs menciptakan produk-produknya berdasarkan buah pemikiran yang ‘dirasa’ terlalu rumit. Iya, ia juga pernah menerangkan satu hal yang cukup menyindir orang-orang yang mengaku dirinya cerdas. “Seseorang yang cerdas, selalu bisa meringkas sesuatu yang rumit menjadi sesuatu yang sederhana,” It means that kalau kamu pintar soal logaritma matematika, rumus kimia dan fisika yang segambreng ribetnya, bukan berarti kamu cerdas. Kamu, baru akan dirasa cerdas jika kamu bisa menjabarkan pada temanmu yang bertanya secara sederhana, lebih sederhana dari rumus penjabaran yang bukan kepalang panjangnya.
Sama seperti startup! Banyak yang berpikir bahwa diri tak punya cukup inovasi untuk bisa bersanding dengan beberapa inovator kelas atas yang telah sukses dengan ide-ide mereka. Faktanya, para founder startup bisa berinovasi karena sebuah masalah yang ada di lingkungan sekitar mereka. Mereka melihat, merasakan dan menelaah sendiri masalah apa yang ada di negeri kita. Mereka lalu berpikir, mengamati, dan kemudian membuat to do list yang kira-kira bisa mereka lakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Di tengah perjalanan tenyata sudah ada yang memiliki ide yang sama dengan yang telah mereka buat. Lantas, apa kalian pikir mereka berhenti sampai disitu saja? ENGGAK!
Baca juga: Invest Banyak Buat Startup, Tapi Hasilnya Belum Maksimal?
Mereka melanjutkan langkah mereka dengan proses mengamati. Mereka mencoba, mengamati dan akhirnya menganalilis apa yang kurang pada sistem yang telah ada. Akhirnya, mereka mendapatkan sebuah kekurangan pada sistem yang telah ada dan membenahinya. Sistem yang ada tetap dipakai, mereka hanya memodifikasinya menjadi sesuatu yang lebih maksimal. Apakah mereka melakukan tindakan plagiarisme? Saya rasa tidak!
Hal ini adalah proses wajar dalam sebuah konsep ATM — Amati, Tiru, Modifikasi. Sesuatu yang baru tidak harus muncul dengan ide yang benar-benar baru. Ide boleh saja muncul untuk melengkapi ide lama, tentu saja setelah melalui proses modifikasi dan pengecekan yang menunjukkan bahwa produk kita lolos uji. Bukankah demikian?
Kita bisa mulai dari melihat produk yang telah ada yang sejalan dengan visi problem solving yang telah kita pikirkan. Lalu, tugas kita adalah melengkapi produk tersebut supaya produk tersebut semakin sempurna dan akhirnya ada benefit lebih yang bisa dirasakan oleh masyarakat luas. Dan ingat, semua orang bisa melakukannya tanpa harus berpikir bahwa ia harus punya ide baru untuk bisa menyaingin produk lawan, right?
Selamat, atas ide yang telah ada di kepala kalian. Tugas kalian selanjutnya adalah menjadikan diri kalian sebagai seorang target user yang nanti akan menggunakan produk kalian sendiri. Pantaskah jika produk kalian dikenal oleh semua orang? Jika belum, lakukanlah perbaikan, lebarkan koneksi. Dan yang paling penting adalah, jangan pernah menyerah!