Bersyukurnya kita, hidup di jaman dengan berbagai resource. Teknologi membuat sesuatu yang tadinya tiada menjadi nyata. Butuh informasi, tinggal pencet tombol di smartphone, ngomong “Okay Google *keywords*”, dan dalam sekejap informasi ada di genggaman. Mau online shopping, bayarnya ngapain ke ATM? Pake i-banking, dong. Pencet token doang, dalam hitungan menit duit udah ketransfer. Perut keroncongan, ga usah cari makan di luar, delivery juga bisa!
Negatifnya, dengan adanya kemudahan ini, kita jadi mager alias males gerak. Diawali dari malesnya fisik buat gerak, takutnya nih, lama-lama nular ke otak. Jadi males mikir. Pengennya langsung jadi aja. Terus kalo mikir, seringnya ngelihat garis besarnya doang. Yang penting dapet intinya. Bukan mikirin detailnya gimana. Gue sendiri termasuk salah satu orang yang sering mikir secara garis besarnya. Bahasa kerennya, ‘thinking big’. Makanya gue nulis ini, juga buat introspeksi dan terapi diri sih sebenarnya.
Di seminar-seminar, pembicaranya sering gembar-gembor tentang pentingnya berpikir besar. “Seorang pengusaha itu harus bisa memandang jauh, berpikir besar”. Atau, “Anak muda, jadilah pemimpin! You just need to think big and have a great idea.” Kalimat-kalimat yang menggugah semacam itu, supaya kita bisa jadi orang yang berpikir besar.
Baca juga: Pemimpin Bodoh? Sudah Bukan Jamannya!
Apa adanya kita saat ini, dipengaruhi oleh keinginan kita sendiri. Kita dapat menjadi apa pun seperti yang kita inginkan. Kadang kita sering mikir pas denger berita dari public figure, kayak Microsoftnya Bill Gates yang bermula dari garasi rumah. Atau dari dalem negeri, Leonika Sari yang bikin aplikasi Reblood buat donor darah.
Setelah lihat fenomena tadi, kita jadi kena trigger dan berpikir besar, “Gue pengen bisa jadi yang pertama melakukan hal A”, atau “Di usia 20, gue udah harus melakukan perubahan besar B.”
Sayangnya, ide besar ini bukan jaminan buat sukses. Gue bukan ngomong kalo lo ga bakal bisa ngelakuin hal itu lho, ya. Cuma, di sisi lain, kita harus lebih hati-hati sama “berpikir besar.” Karena, kalo ini tidak ditreatment dengan benar, bisa malah jadi blunder atau kesalahan fatal.
Ide besar yang belum ditreatment sampe finish, akan jadi seperti ini:
- Gue udah jadi penyanyi karena punya follower Soundcloud banyak
- Gue udah jadi seorang writer karena udah bikin empat artikel
- Gue udah jadi dancer karena udah ikut les menari
Baca juga: Pemimpin itu Harus Kepo
Ketika lo mikir kayak gitu, mungkin ada bagian kecil dari hati yang bersuara kalo lo udah mencapai kesuksesan. Atau seenggaknya, menapaki anak tangga menuju kesuksesan. Hingga kadang menyelipkan label “founder”, “CEO”, “writer”, “filmmaker”, ato sebutan-sebutan kece lainnya.
Kalo kata dosen gue; There is no dream too big. There is no dream too small. It is Yours. Yours disini harus dijalankan dengan praktek. Karena doing something sama dreaming itu bedanya jauh banget. Ga peduli seberapa gede lo punya mimpi, seberapa besar cara berpikir lo, tapi kalo lo malah lupa sama hal yang esensial, mimpi dan thinking big lo ga akan pernah tercapai.
Apakah hal-hal esensial ini? Mulailah dari langkah terkecil.
Seorang Bill Gates bikin aplikasi, mecahin coding sulit, ngerjain printilan, sampe ngebangun perusahaan Microsoft yang udah autopilot. Bahkan Bill Gates sekarang malah lebih fokus ke filantropi dan aksi sosialnya di Bill & Melinda Foundation. Leonika Sari, dari mulai kesulitan belajar pemrograman, nilainya dapet C, sampe ditinggal sama semua anggota tim startupnya, menghabiskan banyak waktu buat riset dan bikin apps yang bermanfaat. Hingga masuk jadi salah satu dari 30 anak muda paling berpengaruh di Asia versi Forbes di usianya yang sangat muda, yaitu 22 tahun. Both deserve success.
Jadi, apakah berpikir besar itu salah?
Jawabannya, tidak.
Baca juga: Mimpi Anak Pemulung
Orang yang berhasil bukan orang yang angkuh. Orang-orang terpilih ini cepet move on dari keberhasilannya mengerjakan karya, kemudian berpindah untuk mengerjakan karya hebat lainnya. Mereka ga membanggakan terus apa yang udah diraih. Mereka tetep mau susah, macem ngerjain printilan dan hal sepele yang mungkin terlihat ga penting. Berhasil adalah doing something, bukan hanya thinking big.
Kalo semua orang para pemikir besar bisa berhasil sama apa yang dipikirkannya, gue yakin akan banyak orang jadi milyuner, tokoh terpandang, dan pemimpin dunia. Dan Forbes bakal kewalahan buat ngelist orang berpengaruh di dunia, karena yang tadinya hanya 30, sekarang menjadi sejuta.
Orang yang berhasil adalah para pemikir besar, diikuti being practical continuously. Keberhasilan bukan tentang berpikir besar. It’s all about You. Bekerja keras mewujudkan tujuan dan impian. Bahkan saat ga ada seorang pun yang peduli sama proses lo.
Baca juga: Alasan Nggak Masuk Akal Jadi Pemimpin!
Image header credit: fastcompany.net