Buat para startup founder, berkolaborasi dengan perusahaan besar bisa menjadi perkara yang sangat menguntungkan sekaligus merugikan untuk lo. Loh kok gitu?
Kalau lo pertama kali bekerja sama dengan perusahaan besar, lo pasti senang karena bisa membagi sumber daya. Bayangan kesuksesan jadi kerasa deket karena kemungkinan yang lo bayangkan bakal kewujud. Tapi apa iya?
Kalau lo seorang entrepreneur yang terbiasa bergerak cepat untuk berinovasi, lo akan kaget dengan betapa lambatnya perusahaan korporat untuk bergerak. Bayangkan, untuk mendapatkan persetujuan untuk satu proyek, mereka perlu persetujuan dari atasan mereka. Kemudian atasan mereka ternyata perlu persetujuan lagi dari atasannya. Begitu terus dan prosesnya bisa berlangsung terus hingga proyek disetujui….. 6 bulan kemudian!
Kejelasan itu nomor 1
Cuma mau ngingetin bahwa kerja sama antara startup dan korporat harus didasari oleh kejelasan. Perusahaan korporat sudah mempunyai visi dan misi mereka sendiri sehingga mereka akan memilih-milih pasangan startup mereka sendiri. Begitu pula dengan startup, mereka harus bisa menyelaraskan tujuan mereka dengan tujuan korporat. Jika perjanjian tidak jelas maka startup dan korporat akan saling memakan sumber daya satu sama lain.
Menjadi Penengah Antara Korporat dan Konsumen
“Mendapat traction (daya tarik) di pasar yang besar, dengan produk yang tepat, dengan skala dan proporsi yang tepat pasti sangat susah. Namun, perusahaan korporat mempunyai basis data konsumen yang mereka kumpulkan untuk mempelajari konsumen mereka. Startup bisa memanfaatkan basis data tersebut untuk bekerja sama membangun solusi kepada konsumen mereka.
Memutuskan Platform mana yang Sesuai.
Korporat juga aktif membuka jalan untuk startup bisa bekerja dengan mereka. Dengan Inkubator, mereka bisa membantu entrepreneur membangun startup dari awal. Dengan accelerator, mereka mencari startup yang sesuai dengan visi mereka. Banyak cara untuk bekerja sama dengan perusahaan korporat.
Namun, setiap perusahaan korporat mempunyai metode mereka sendiri untuk bekerja sama. Yang terpenting adalah startup harus bisa membuat riset dan mencari informasi tentang sebelum bekerja sama dengan suatu korporat.
Membuat Produk yang “Netral”
Banyak korporasi mengizinkan perusahaan luar untuk mendapat akses kepada application programme interface (API). API ini bisa dimanfaatkan oleh korporasi untuk mendapatkan data dari konsumen. Namun, startup juga harus menyesuaikan peraturan bisnis mereka dengan peraturan perusahaan korporasi agar bisa membuat kolaborasi (yang berarti membuat pivot menjadi lebih sulit).
Pilih Korporasi yang Sesuai.
Hati-hati dalam memilih perusahaan korporasi. Entrepreneur bisa tergoda dengan sumber daya yang dimiliki korporasi. Namun visi misi korporasi juga penting. Jangan sampai korporasi yang lo pilih mempunyai niat tersembunyi. Carilah informasi dari network startup lo dan juga dari berita yang beredar.
Mereka Mendapat Keuntungan apa?
Startup harus mengerti niat kerjasama dari perusahaan korporat. Baik itu mendapatkan exit, mencari equity perusahaan, atau mencari celah pasar baru. lo berhasil mencapai keseimbangan yang sama jika korporat merasa hasil kolaborasi dengan startup lo berharga dan lo juga bisa menggunakan sumber daya korporat dengan optimal.
Hati-hati Terjebak Sumbangan.
Singh memperingatkan jangan sampai startup terjebak dana sumbangan corporate social responsibility (CSR). CSR dari korporat hanya berfungsi untuk memberikan bantuan dana. Walaupun sudah rahasia umum kalau startup selalu tertarik untuk duit, namun CSR tidak membantu dengan aspek lain dari startup yang jauh lebih banyak (mentoring, database, dan sumber daya lain yang sangat dibutuhkan oleh startup). Untuk itu, startup harus selalu menjauh dari dana sumbangan. Walaupun tawaran ini sangat menggiurkan.
Start small, think big
Begitu startup sudah mulai bekerja sama dengan korporat maka penting untuk memulai secara bertahap. Dimulai dengan proyek kecil, startup bisa membangun rapport pekerjaan dengan korporasi. Lama kelamaan, hasil pekerjaan tersebut menjadi kredensial yang berguna untuk membangun brand startup lo.
Setelah lo Mulai Tumbuh, Siap-siap masuk fase baru.
Seiring pertumbuhan startup lo, maka valuasi lo akan semakin naik. Tidak hanya di mata calon-calon investor namun juga untuk partner korporat lo. Korporat bisa melihat nilai startup lo akan semakin naik dan korporat akan tertarik masuk sebagai salah satu jajaran direksi. Disini lo harus mencari informasi (atau wahyu) apakah lo akan memasukkan perusahaan besar sebagai salah satu jajaran direksi. Keputusan itu bukanlah keputusan yang mudah jadi pastikan lo siap sebelum mengambil keputusan.
Bikin jalan yang gampang buat exit.
Di setiap kerja sama, maka pasti ada akhirnya. Kerja sama lo dengan korporat akan berakhir baik secara baik atau buruk. Singh selalu mengingatkan agar kerja sama dengan korporat harus selalu bertahap. Jika startup masih kecil, maka janganlah mengincar untuk menjual saham kepada korporasi. Karena mereka juga belum tentu ingin menerima startup lo. Namun, startup juga jangan tergiur untuk mengambil serta merta dana dari korporat, siapa tahu mereka mempunyai agenda tersembunyi sehingga lo malah terkena buntutnya.
Namun, ada saatnya semua berjalan baik dan lo memutuskan untuk membawa hubungan lo dengan korporat lebih tinggi. Pada saat seperti ini, mending lo pastiin startup lo berhati-hati dalammemberikan equity. Jika terjadi apa-apa, maka equity lo akan tetap aman dari korporat. Karena jelas kalau lo pikirkan, lo pasti tidak ingin melawan korporat di jenjang peradilan.
Referensi: Solution Space