Komikus asal Tenggarong ini berhasil menyisihkan ratusan komikus lainnya dalam kontes komik digital skala nasional.
Tahun 2015 ini sepertinya menjadi tahun produktif bagi Annisa Nisfihani, karena banyak karya komiknya yang bermunculan, seperti Pasutri Gaje, My Prawedding, Notice (dalam Love Mate, komik kolaborasi dengan Sweta Kartika), dan Our Teachers are Artist (dalam re:ON berkolaborasi dengan Faint*Star IDOL. Tentunya dari semua itu, hal yang paling disorot adalah komik My Prawedding-nya yang menjadi juara pertama LINE Webtoon Contest. Annisa sendiri tidak menyangka komik yang berawal dari keisengan itu malah menang, padahal sebelumnya dia belum pernah memenangkan kontes atau lomba komik.
Sepertinya keisengan yang serius adalah hal yang paling cocok untuk menggambarkan sosok Annisa Nisfihani.
“Dari iseng coret-coret sketsa nggak jelas, terus jadi komik Pasutri Gaje. Terus tahu-tahu udah di-inking jadi hitam-putih. Terus ikut Webtoon sekarang, udah jadi komik My Prawedding yang berwarna. Mungkin di sinetron-sinetron udah ada yang kayak Pasutri Gaje atau My Prawedding, tapi kan kalau dalam bentuk komik rasanya lain. Sampai sekarang juga nggak nyangka keisenganku banyak yang suka”, cerita Annisa.
Baca juga: Semakin Khas Indonesia, Komik Semakin Bisa Go International
Keisengan yang berujung serius ini juga dibarengi dengan kenekatannya. Dengan skill-nya yang minim, sudah banyak komik yang Annisa kirim dengan nekat ke penerbit dan berakhir dengan penolakan. Tidak hanya sekali, bahkan tiga sampai empat kali, komiknya ditolak sampai akhirnya tahun 2011 Elex Media menerbitkan komik pertamanya yang berjudul The Power of School Geng Bokek. Perjalanannya dalam menerbitkan komik pertamanya ini pun terbilang tidak mudah. Komikus asal Tenggarong ini menghabiskan tiga tahun dalam pembuatannya.
“Aduh zaman Geng Bokek itu repot yah. Semua manual dan kirim pake pos. Terus rada kesendat karena kuliah dan sempat mau diberhentikan sama Elex. Karena itu saya buru-buru ke Jakarta untuk bilang kalau saya tidak mau berhenti, saya mau lanjut. Baru deh 2010, kenal email dan jadinya tektok lewat email,” tutur Annisa.
Bagi Annisa, komik pertamanya itu adalah batu loncatan. Karena dari situlah, dia mengerti proses pembuatan komik, berkenalan dengan banyak orang yang mengantarkannya pada pekerjaan ilustrator, hingga menerbitkan dua komik pada tahun 2014 yaitu Burung (dalam Bubble Pop vol. 3 featuring Marsella Azuela) dan Me vs Big Slacker Baby (dalam re:ON vol.6-10).
Baca juga: Industri Komik Filipina dan Singapura: Rumput Tetangga Gak Selalu Lebih Hijau
“Aku ingin liat komikku dalam bentuk buku dan dipajang di rak. Dan akhirnya Geng Bokek terbit. Dari situ lah aku ingin ada pencapaian lain,” kata Annisa.
Perempuan kelahiran 9 Maret 1990 ini memiliki pola pikir bahwa menjadi anak daerah luar Jakarta bukanlah alasannya untuk berhenti berkarya. Apalagi, sekarang zaman sudah lebih mudah. Segalanya sudah bisa dikerjakan secara digital, sudah ada internet, dan penerbit juga sudah lebih fleksibel menerima karya. Annisa sendiri sempat merasa down ketika melihat karya teman-temannya yang bagus, tetapi hal itu malah membuatnya tertantang untuk melihat sampai mana batas kemampuannya.
“Kalau ingin bikin sesuatu itu ya bikin aja. Entah diterima atau nggaknya nanti aja dipikirkannya. Kan kita nggak tahu ini berhasil atau nggak. Intinya terus mencoba dan percaya diri aja.”
Baca juga: 3 Hal yang Dibutuhkan Industri Komik Indonesia
Header image credit: campusdiaries.com