Seperti yang yang sebelumnya pernah Ziliun bahas, ketika bikin startup setidaknya butuh tiga jenis orang ini: Hipster, Hustler, dan Hacker. Nah, kalau lo adalah seorang “Hacker” khususnya developer aplikasi yang masih pemula, pernah enggak sih ngerasa sulit mengelola server? Karena seperti yang kita tahu, membuat aplikasi dan mengelola server adalah dua profesi yang berbeda dengan spesifikasi yang berbeda pula.
Tapi sayangnya, banyak startup atau bahkan korporasi yang masih menganggap kalau developer aplikasi harus bisa men-setup dan me-manage infrastruktur juga. Padahal tidak banyak developer yang juga bisa merangkap sebagai system administrator sekaligus. Umumnya para developer yang sudah bisa menguasai kedua skill ini alias Developer Operations (DevOps) harus dibayar dengan gaji yang lumayan tinggi bila dibandingkan dengan gaji seorang developer aplikasi.
Untuk menjembatani knowledge gap antara dua profesi tersebut, Iskandar Seosman mendirikan Awanio. Misi dari Awanio ini adalah menyederhanakan proses pengelolaan server sehingga bisa mudah dikelola dan digunakan bahkan oleh developer pemula sekalipun. Jadi, seorang developer tidak perlu lagi menguasai skill tentang infrastruktur, karena hal-hal sifatnya operasional sudah dibuat otomatis oleh Awanio.
Dengan demikian developer cukup fokus ke kerjaan mereka saja yakni membuat aplikasi yang bagus. Para startup juga tidak perlu lagi mengeluarkan uang lebih untuk menggaji seorang DevOps.
“Service yang Awanio berikan istilah keren jaman sekarang adalah serverless,” ujar Iskandar..
Baca juga: Belajar Bangun Tim Startup dari Kisah Pendiri Bangsa
Memang sudah banyak penyedia jasa PaaS disini seperti Amazon Web Services, Microsoft Azure, Engine Yard. Namun yang membedakan Awanio dengan yg lainnya, adalah Awanio agnostic terhadap infrastruktur yang sudah ada. Jadi Awanio bisa berjalan di berbagai macam IaaS. Bisa di AWS, Google Cloud Platform (GCP), Azure, dan tentu saja di atas infrastruktur yang mereka kelola sendiri di Jakarta.
Untuk bisa menggunakan layanan AWS, pasti harus ada skill knowledge yang harus dipahami. Hal yang sama juga jika ingin menggunakan Azure, maka si developer harus belajar lagi cara penggunaannya. Dan semua cloud services yang ada memiliki dokumentasi yang berbeda-beda. Awanio, berusaha mengabstraksi semua layanan tersebut sehingga developer hanya perlu mempelajari satu teknikal dokumentasi saja, yaitu dokumentasi cara penggunaan Awanio.
Salah satu masalah yg sering kita dengar juga dari mereka yang menggunakan IaaS cloud adalah mahalnya biaya yang harus digunakan. Awanio ini mencoba membantu para developer untuk bisa menjalankan aplikasinya di atas infrastruktur yang sudah umum dikenal seperti AWS, GCP, Azure dan yang lainnya tetapi dengan harga yang lebih murah.
“Misi kami adalah membuat hidup developer menjadi lebih mudah. Maka dengan membuat Awanio kami berharap bisa membantu mengatasi permasalahan-permasalahan yang sering dihadapi para developer dalam menjalankan pekerjaanya sehari-hari,” tutur Iskandar.
Baca juga: Bulletinboard, Kolaborasi antara Pendidikan dan Teknologi