Tim pembuat aplikasi Masaku (kemudian jadi Delihome) akan berangkat ke Silicon Valley Amerika. Tim ini lolos terpilih dari proses panjang penjurian. Saya diundang saat penjurian akhir. Bukan cuma senang, tapi takjub dan terpukau dengan semangat inovasi teknologi dari anak-anak muda Surabaya ini.
Nama ajangnya adalah Startup Sprint Surabaya, mencoba mengajak anak-anak muda Surabaya untuk berburu ide-ide mutakhir yang kemudian dikembangkan menjadi sebuah aplikasi. Siapa yang sangka jika antusias anak-anak muda ini cukup memukau saya. Dari sekian banyak peserta tersaringlah sepuluh tim terbaik, lalu tersaring lagi menjadi tiga tim unggulan yang ketiganya akan memperoleh hadiah uang 50 juta rupiah. Satu dari tiga tim ini pun akan diberangkatkan ke Amerika guna melakukan start up trip ke Silicon Valley.
Kesadaran akan PROSES dan HASIL
Apa yang saya suka dengan mengikuti ajang seperti ini adalah saat menyaksikan pancaran energi positif dari anak-anak muda. Ide mereka meletup-letup, wawasan teknologi dan desainnya pun tidak ketinggalan. Sejak bertemu dengan 9 anak-anak muda dari 3 tim ini, saya sungguh sangat khawatir jika semangat mereka seketika pudar saat tidak terpilih sebagai duta start up Surabaya untuk melancong ke Silicon Valley.
Faktanya, proses panjang penjurian yang memakan waktu berbulan-bulan nampaknya melatih para anak-anak muda ini sadar bahwa nilai kemenangan sesungguhnya adalah perolehan pengalaman, pengajaran, kerjasama, dan kolaborasi antar peserta dan antar tim. Pemenang dan hadiah hanyalah kalung bunga penghias yang menyenangkan namun bukan goal sesungguhnya.
Hal ini terlihat dari betapa kompaknya anak-anak ini. Di saat malam terakhir pengumuman siapa yang akan terpilih mewakili start up Surabaya, banyak dari peserta yang sudah tidak lolos pun datang dan ikut bersama-sama menyemangati 3 tim finalis terakhir.
Inovasi, Kreasi, Kreativitas, dan Kolaborasi
Di saat waktu sengang penjurian, saya sering diajak ngobrol sama beberapa peserta tim. Mereka menanyakan banyak hal, mulai dari ide aplikasi yang mereka buat, masalah teknis, masalah prospek, hingga masalah kreativitas dan inovasi.
Saya merasa anak-anak muda ini memang memiliki masa dan peran yang pas untuk berfikir inovasi. Kita tahu bahwa tahun ini anggaran pemerintah untuk riset turun, yang mana jumlahnya sedikit sekali, hampir bisa dibilang setara dengan negara seperti Mongolia. Artinya apa? artinya masyarakat, pendidik, maupun pelajar tidak tidak bisa hanya diam dan menunggu kucuran dana untuk melakukan riset atau penelitian.
Inovasi, jelas bukan pekerjaan mudah. Di situ dibutuhkan tenaga, pikiran, waktu, dan tentu dana. Masa sekolah dan kuliah, adalah masa yang pas untuk melakukan riset, percobaan, dan penelitian. Jangan takut salah, karena salah adalah salah satu produk dari sebuah riset. Nah ajang-ajang semacam lomba kreasi dan inovasi seperti Startup Sprint Surabaya jelas dibutuhkan. Apalagi jika bisa diperbanyak dan tersebar di banyak kota di Indonesia.
Beruntung sekali Surabaya memiliki dukungan penuh dari walikotanya – Ibu Risma. Dukungan penuh ini yang mampu melancarkan jalannya lomba yang berlangsung setahun lebih dari awal hingga akhir. Semoga gebrakan kawula muda dan pemerintah kota Surabaya ini mampu menginspirasi anak-anak muda dan kota lainnya di Indonesia
Artikel ini ditulis oleh Anto Motulz dan sebelumnya dipublikasikan di blog pribadi Anto Motulz