Pernah kah ketika lagi me-time, lo merenungkan hidup lo sendiri? Entah itu mulai dari flashback ke masa kecil, sampai memikirkan masalah-masalah yang saat ini lo alami. Ketika dahulu hal terberat dari hidup hanyalah menyelesaikan PR mata pelajaran yang tidak disukai. Dari mainan di lapangan ngejar layangan putus, sampe main Mario Bros di Nintendo. Makan jajanan anak yang enak-enak, hingga bangun pagi banget di hari Minggu dan rela gak mandi karena mantengin televisi melulu demi nonton kartun kesayangan (generasi 90-an pasti tau banget hal ini).
Eh taunya sekarang kita udah kuliah aja, lagi berjuang ngelarin skripsi, atau malah udah kerja. Perasaan baru kemaren gue lulus SD deh, perasaan baru kemaren gue daftar kuliah, perasaan baru kemaren gue ikutan ospek, dan mungkin ‘perasaan-perasaan’ yang lain. Sebegitu cepatkah waktu berjalan?
Baca juga: Menjadi Filter Informasi untuk Diri Sendiri
Ketika lo kecil, masa lalu ini ternyata polanya sederhana. Mereka para anak hanya menyederhanakan hidup, dan membuatnya menjadi sesuatu yang bahagia. Tetapi, semakin lo beranjak dari sisi kanak-kanak ke fase dewasa, rasanya hidup akan semakin complicated. Seringkali ketika kita berandai-andai dan membayangkan suatu hal, fase selanjutnya biasanya diikuti dengan adanya beberapa pilihan, untuk kemudian diambil keputusannya. Gue ambil contoh beberapa diantaranya:
- Ketika hasil UN SD udah keluar, lo pasti akan memutuskan di SMP mana lo akan sekolah.
- Ketika lulus SMP, lo pasti akan milih, mau masuk SMA atau SMK? Mau IPA atau IPS? Mau ambil SMK jurusan teknik atau ekonomi? Atau mau ambil jurusan khusus kayak pelayaran dan tata boga?
- Setelah lulus sekolah lanjutan, terus mikir, mau kuliah atau kerja? Kalau kuliah, mau masuk universitas mana? Kalo ngelamar kerja, nanti bakal ditempatkan di kota mana?
- Kemudian lo berandai-andai dan menetapkan kriteria pasangan hidup yang cocok buat lo itu yang seperti apa?
Baca juga: Cuma Orang Lemah yang Berpikir Hidup Ini Tidak Adil
Hingga pilihan-pilihan dan andai-andai yang lainnya. Sampai suatu saat, lo akan berada di tahap, lo merasa jenuh banget sama pengandaian dalam hidup lo. Kemudian mempertanyakan why time so flies? Kenapa hidup begitu cepat berlalu? Kenapa lo gak berani mengejar dan mewujudkan impian? Selama ini apa yang lo pikirkan? Apakah pola pikir lo kurang tepat? Kenapa lo menjalani hidup ini? Dan kenapa lo banyak mengeluh?
Beribu pertanyaan hinggap di kepala, dan lo terus mempertanyakannya. Merenung itu boleh. Justru harus. Tetapi setelah merenung, nantinya jangan ada rasa penyesalan. Merenung itu untuk perbaikan, bukan penyesalan. Kenyataannya, hidup bukan hanya berkutat pada hal-hal itu aja. Bukan hanya berisi hal-hal yang sebagian besar adalah pengembangan hidup lo sendiri. Hidup itu gak bisa hanya sekedar andai-andai. Siapa yang akan tahu ke depannya kita akan jadi seperti apa? Setiap orang pasti berubah. Semua hal pasti tidak akan lagi menjadi sama. Just accept it. Don’t fight it. Kalo pun lo harus berjuang, berjuanglah dengan cara menciptakan apa yang sebelumnya lo bayangkan tadi. Seperti kata Bapak Manajemen, Peter Drucker, the best way to predict the future is to create it.
Baca juga: Bagaimana Membedakan Jenius dengan Pengekor
Lo bisa aja keliru dalam menetapkan pilihan dan mengambil keputusan. Di satu sisi lo bisa merasa aman karena memilih sesuatu yang menurut lo, benar dalam hidup. Di sisi lain, lo merasa gagal karena tidak tepat dalam memilih sesuatu. Bisa aja nilai mata kuliah lo sekarang banyak yang jelek, tapi siapa yang menjamin kalo masa depan lo jelek juga? Mungkin sekarang lo udah diterima di perusahaan bonafide dengan gaji yang cukup, tapi siapa yang menjamin besok lo tiba-tiba menerima surat PHK? Mungkin kesempatan yang bisa lo pilih, peluangnya kecil. Tapi kenapa gak lo ambil kesempatan itu? Kalo kesempatan gak datang, kenapa lo gak ciptakan kesempatan sendiri?
Seperti kata Darius Foroux, “because in life, there’s no figuring it out. You will never “figure it out.” There is no one road to happiness, wealth, or success. Life is just one long process that doesn’t always makes sense.”
Baca juga: Jangan Cuma Jadi Orang Pintar!