#Ziliun30 adalah rangkaian 30 profil tech entrepreneur yang berusia di bawah 30 tahun, yang berpikir dan bermimpi besar, melihat masalah sebagai peluang, menjunjung tinggi kolaborasi, memahami kegagalan sebagai bagian dari proses, serta membuat terobosan strategi marketing dalam bisnis. #Ziliun30 merupakan kerjasama Ziliun.com dengan the-marketeers.com selama September 2014.
Siapa bilang jadi pengusaha harus nunggu pas udah punya seabrek pengalaman kerja? Beberapa anak muda yang modal nekat pun ternyata bisa jadi pengusaha.
Salah satu solusi yang dihadirkan untuk memajukan dan mengapresiasi kreator visual di Indonesia adalah Kreavi, sebuah wadah yang telah menghubungkan lebih dari 20.000 kreator visual dan desainer lokal per April 2014 ini. Di Kreavi, para kreator visual tersebut saling berjejaring dan berbagi portofolio desain.
Benny Fajarai, sebagai founder sekaligus CEO, memulai jejaring dan marketplace kreatif pertama di Indonesia ini sejak Agustus 2012 lalu. Kreavi menyatukan para pelaku industri kreatif visual di Indonesia, termasuk di dalamnya orang iklan, animasi, arsitektur, sinematografi, seni rupa, fotografi, sampe web desain.
Meskipun semua orang bisa sign up dan mendaftar jadi anggota, karya-karya yang masuk tetap melalui kurasi tim Kreavi, sehingga kualitas konten tetap terjaga. Setelah sign up dan masuk, kita bisa saling follow antar anggota, meng-upload karya, sampai cari inspirasi lewat masterpiece punya kreator-kreator lainnya. Nggak perlu takut terjadi pencurian konten karena resolusi pixel karya kamu dibatasi sampai nggak bisa dipakai buat kepentingan komersil.
Baca juga: Kreavi: Mengapreasiasi Kreator Visual Lokal Untuk Berkarya
Positifnya sih jelas, galeri digital ini ngebantu banget untuk desainer manapun yang lagi stuck dan seret ide, untuk ngelancarin inspirasi dan cari wangsit di sini. Semua anggota bisa saling komen dan bertukar pikiran juga. Setiap karya yang keren pun akan di-promote oleh Kreavi di berbagai channel social media mereka.
“Sebagai jejaring kreator visual di Indonesia, Kreavi percaya kalau desainer Indonesia tidak hanya mampu menghasilkan karya dengan kualitas internasional, tapi juga bisa berguna dan membawa manfaat yang besar bagi lebih banyak orang,” tegas Benny Fajarai, CEO Kreavi.
Sejak kuliah, Benny emang udah mikir kalo dia nggak mau kerja sama orang. Dia udah cita-cita banget pengen bikin perusahaan sendiri. Pemikirannya ini aja udah beda sama anak Indonesia kebanyakan yang impian terbesarnya ya jadi PNS atau kerja di perusahaan beken.
Baca juga: Bicara Ide dan Visi dengan CEO Kreavi
“Nggak mau jadi karyawan orang”-nya Benny beneran terbukti dari dia masih kuliah. Dia bikin yang namanya Cactus Project bareng beberapa teman yang programmer dan desainer. Agensi kecil-kecilannya ini sempet di-hire sama Nielsen dan klien-klien besar lainnya. Sayang, perusahaan pertamanya ini harus terhenti karena teman-teman yang terlibat punya visi yang beda. Beberapa project web yang dibuat pun gagal.
Tapi masalah begitu aja ngga bikin Benny patah arang. Benny malah jadi nyadar adanya kebutuhan buat mencari SDM kreatif. Apalagi nggak ada tempat yang nyediain informasi desainer atau profesional kreatif. Masalah inilah yang membawa Benny membangun Kreavi.
Baca juga: #ziliun17: Top Ilustrator Indonesia
Nggak berhenti sampai di situ. Kreavi pun sudah menginisiasi banyak aktivitas dan gerakan yang bertujuan memberikan kontribusi melalui karya-karya seni dan desain kreatif; dari Indonesia, untuk Indonesia. Salah satunya adalah Kumpul Kreavi, sebuah acara seminar yang dikemas dengan santai ini murni dibuat untuk membantu para insan kreatif muda Indonesia belajar. Ada macam-macam tema yang hadir di setiap episode-nya, mulai dari branding, typography, sampai creative company.
Berbagai pembicara kreatif dan berkompeten pun dihadirkan, mereka dengan sukarela berbagi pengalaman dan ilmu kepada hampir 300 peserta yang dateng di setiap episodenya. Dari profesional muda, sampai mahasiswa ada semua. Di Kumpul Kreavi, peserta yang hadir pun bisa saling memperluas network. Bayangin deh ketika 300 orang kreatif kumpul bareng dengan ide-ide yang luar biasa di dalem kepala mereka, kolaborasi macam apa yang bisa tercipta buat Indonesia.
Dengan membawa visi buat menghubungkan para desainer dan kreator visual lokal untuk berkarya dan berkontribusi kepada Indonesia, baik dari sisi sosial, budaya, maupun ekonomi. Benny paham betul kalo batik dan wayang adalah aset berharga yang harus dijaga kelestariannya. Baik produk maupun pelakunya. Untuk itu lewat Kreavi, Benny ngajak para desainer lokal buat nuangin ide mereka dalam memadukan batik, wayang, dan musik jazz ke dalam karya visual lewat ‘Kreavi Challenge: Pesona Batik dan Wayang’.
Karya-karya yang masuk lalu diterjemahkan menjadi batik oleh para pembatik senior Indonesia yang kemudian hasilnya akan dijual dan dilelang. Seluruh hasil yang didapatkan akan disumbangkan penuh untuk pelestarian batik dan wayang Indonesia.
Baca juga: Jadi Pekerja Digital Kreatif, Mau?
Awal Mei lalu, RupaNada digelar. RupaNada ini merupakan awal dari gerakan yang punya tujuan untuk menghidupkan kembali lagu tradisional asal Indonesia dan mengibarkan digital art dalam negeri. Bentuknya berupa pameran visualisasi lagu daerah Indonesia, hasil kolobarasi antara Kreavi, Fabula, dan Jogja Force, kelompok pionir digital art di Indonesia.
Kebukti kan nggak harus punya pengalaman seabrek dulu buat jadi pengusaha?
Benny took it as a good sign that he is excited and passionate in what he’s currently working on. A very good one. Udah seharusnya kita jatuh cinta pada kerjaan apapun yang lagi dilakukan, pada project apapun yang sedang kita garap.
“Because if we love what we do and do what we love then everything else is secondary,” tutup Benny.
Image header credit: gratisography.com