#popcon2015 adalah rangkaian artikel Ziliun selama bulan Juni mengenai profil kreator pilihan dalam rangka menyambut Popcon (Popular Culture Convention) Asia 2015. Festival komik, film, mainan, dan animasi terbesar di Asia ini akan diselenggarakan di Jakarta, 7-9 Agustus 2015. Rangkaian profil ini juga dimuat oleh majalah Marketeers edisi Juli 2015.
Belakangan ini komik hasil karya tangan kreatif anak bangsa mulai berdetak kencang. Kalau dulu kita banyak disuguhi komik-komik impor, sekarang berbeda. Komikus lokal kini semakin bebas bereskperesi, salah satunya adalah Beng Rahadian.
Passion Beng pada komik dimulai sejak ia duduk di bangku kuliah. Selama kuliah ia sudah aktif membuat komik pendek dan menerbitkannya dengan format fotokopian hingga terbit sampai beberapa edisi. Ia juga tidak pernah absen menghadiri acara-acara yang berkaitan komik.
Setelah lulus, Beng mengambil kesempatan bekerja sebagai animator di Malaysia. Merasa tidak banyak yang ia bisa dapatkan di negeri tetangga, ia memutuskan kembali pulang ke tanah air. Selepas kepulangan, Beng aktif mengisi workshop komik dan sempat menerbitkan komik berjudul Selamat Pagi Urbaz yang menjadi batu loncatan popularitas Beng di panggung komik Indonesia. Sejak itu, Beng kerap ditawari oleh koran nasional untuk mengisi kolom komik strip yang dimuat tiap hari Minggu.
Baca juga: Hal-Hal Menarik Seputar Komik Indonesia
Beng tidaklah cepat merasa puas kalau hanya berprestasi sendiri. Beng ingin komikus lokal lain juga bisa berprestasi, agar bisa mengangkat derajat komik Indonesia.
Berangkat dari situ, pada tahun 2005, Beng bersama dua orang temannya membentuk komunitas komik bernama Akademi Samali. Kegiatan komunitas yang lebih akrab disebut Aksam ini tidak hanya sekadar sharing soal dunia komik saja, tetapi juga mencakup workshop, pameran komik, festival komik, dan mendukung awarding untuk komik-komik lokal, seperti Kosasih Award.
“Sekarang Aksam lagi fokus untuk kegiatan pendataan terbitan-terbitan komik lokal untuk keperluan perpustakaan, jadi orang-orang yang mampir ke Aksam bisa sambil baca koleksi perpustakaan kita,” ujar Beng di salah satu wawancara Oktober 2014 lalu.
Baca juga: Mengenal Pop Culture dan Cara Merayakannya
Lewat Aksam, Beng yakin kalau potensi komik lokal dapat dikembangkan. Baginya, mutu komik lokal tidak kalah dengan komik impor dan bisa maju asal mereka berani berekspresi. Maka, Beng menitipkan pesan tersebut ke dalam motto Aksam yang berbunyi “Bersama kami, membuat komik menjadi mudah” dengan harapan agar murid Aksam bisa menghasilkan komik yang berkualitas tanpa kesulitan yang berarti.
Beng sendiri pada awal tahun ini baru saja menerbitkan komik baru berjudul 101 Canda Kopi, sebuah hasil eksplorasinya terhadap budaya, adat, dan kebiasaan seputar kopi. Agar intellectual property lokal bisa go global, ini pesan Beng: “Perbanyak pergaulan internasional dan munculkan nilai-nilai universal yang bisa diterima masyarakat dunia.”
Header image credit: Artwork bertajuk "Jalan Sempit" di bengrahadian.com
Comments 1