“Chase the vision, not the money. The money will end up following you.” – Tony Hsieh, founder dan CEO Zappos
Banyak banget entrepreneur newbie yang gagal atau langsung nyerah walau baru berada di proses awal berbisnis. Kok bisa sampe begini ya? Faktanya, entrepreneur model kayak gini rajin bohong. Bohongnya bukan ke siapa-siapa, tapi ke diri sendiri.
Coba introspeksi diri, pernah gak kalian punya ide bisnis yang kalian yakin seratus persen bakalan sukses? Saking yakinnya, masalah-masalah kecil dikacangin dan ujung-ujungnya numpuk jadi masalah besar yang malah jauh lebih ribet untuk diselesain. Kalo pernah mikir kayak begini, hati-hati nih. Coba mindsetnya diubah. Bisa-bisa kalian keteteran sendiri, usahanya hancur, dan akhirnya ngerugiin diri sendiri plus semua orang yang terlibat.
Emang sih lebih gampang ngebohongin diri sendiri dan bilang everything will be fine daripada ngakuin bahwa jalan kesuksesan kalian dipenuhi masalah dan kesulitan. Mungkin bahasa kekiniannya tuh, denial. Mendingan masalah itu dilawan face-to-face dan cari solusinya, daripada ngehindar dan pura-pura gak tau. Dari situ, sifat itu bakal berlanjut dan disalurkan ketika sedang komunikasi sama klien atau partner bisnis. Kalo kalian mulai jujur sama diri sendiri, kalian akan mulai jujur ke orang lain juga.
Berikut ini beberapa kebohongan yang sering ‘diderita’ oleh entrepreneur pemula dan tips cara ngehindarinya yang dirangkum dari portal Inc.com.
“Jadi entrepreneur pasti bikin gue kaya”
Yang pertama ini satu kebohongan yang paling sering dialami seorang entrepreneur, dan juga yang paling nggak bener. Baru buka bisnis, langsung berkhayal: produk laris di pasaran, banyak investor, dompet tebel, rekening bank berlimpah, beli mobil baru, orangtua bangga, calon mertua seneng, nikahin pacar, beli rumah besar, hidup sejahtera dan berkeluarga.
Kalo dari awal udah begini, udah bisa dipastikan bisnis bakal gagal. Kalo kalian sebegitu yakin, kalian bakal jadi males, karena kalian percaya bahwa semua masalah bakal hilang begitu aja dan semua bakal berakhir dengan happily ever after. Jadi terlalu banyak santai-santai dan berkhayal, semua problem masuk kuping kanan keluar kuping kiri.
Daripada begitu, mending dari awal kalian akuin bahwa, mau gak mau, bakal ada banyak rintangan yang harus dilewatin. Coba prediksi dari sekarang kira-kira masalah apa aja yang bisnis kalian akan hadapin dan gimana kalian bisa mecahin masalah-masalah tersebut. Cari cara buat terus improve bisnis kalian dan gimana hal yang kalian tawarkan bisa jadi manfaat bagi semua orang.
“Gue akan ngatur semuanya”
Pasti ada beberapa dari kalian yang control freak, jenis orang yang maunya ngontrol segala aspek, dan kalo ada yang gak sesuai sama kemauan atau ada yang beda pendapat langsung baper. Mungkin pernah kerasa pas ngerjain tugas kelompok pas sekolah atau kuliah.
Kalo mau jadi pemilik bisnis, gak bener nih kayak begini. Emang bener seorang CEO itu harus bisa ngatur dan mempengaruhi bisnis secara penuh. Tapi sehebat apapun seorang CEO, dia bukan Tuhan.
Kalian harus sadar bahwa kalian gak mungkin bisa sukses tanpa bantuan orang lain. Seiring bisnis berkembang, kalian akan mempekerjakan lebih banyak staf. Jadilah seorang pemimpin yang bisa kompromi dan gak langsung buang muka kalo ada masukan atau ada yang nggak setuju sama kalian.
“Semuanya akan selalu begini”
Semua bisnis pasti berawal dengan sebuah ide atau gambaran, dan mungkin dari awal kalian udah punya target atau bayangan bisnis itu bakal jadi apa. Bisa aja jadi idealis yang yakin kalo bisnis itu akan jadi persis kayak yang terbayang di awal. Tapi apa faktanya begitu?
Bisnis itu udah seperti makhluk hidup, tumbuh dan berkembang. Kalo kalian gak mau ikut berubah dan berkembang juga, gimana mau jadi entrepreneur sukses?
Seorang entrepreneur harus bisa lebih fleksibel, dan nggak boleh takut sama yang namanya perubahan. Perubahan gak semuanya buruk, dan bisa membawa usaha kalian ke tahap selanjutnya. Mengutip seorang filsuf Yunani, Heraclitus, katanya change is the only constant in life.
“Cuma perlu kerja keras”
Untuk sukses dalam apapun, kerja keras itu wajib. Tapi nggak semuanya bisa diselesaikan dengan kerja lebih keras. Kerja seharian atau malah overtime tiap hari gak selalu berarti semua bisa dikelarin. Yang ada malah kecapekan, kesehatan drop, dan akhirnya kerjaan nggak jalan sama sekali.
Kita harus bisa tau limit badan kita sendiri, karena mau otak atau otot, semua ada batasnya. Banyak lho nasihat yang bilang kalo lebih baik work smart dibanding work hard. Biar kerja lebih optimal dan efisien, mendingan buat jadwal pribadi. Ikutin jadwal itu, kapan kerja, kapan main, kapan harus keluar dan nyari suasana baru. Kadang juga lebih baik nyari prespektif baru dengan diskusi bareng entrepreneur lain, daripada terus suntuk sama kerjaan sendiri.