Beberapa waktu yang lalu saya menonton film Everest besutan Baltasar Kormakur yang dirilis tahun 2015 lalu. Di sana saya mendapatkan gambaran yang sangat jelas bagaimana panjang, sulit, serta penuh tantangannya mendaki hingga sampai ke puncak Everest. Menjalani hidup sebagai seorang entrepreneur, khususnya saat mendirikan dan membesarkan sebuah startup kurang lebih sama seperti perjalanan mendaki gunung Everest ini.
Mendaki Gunung Everest bukan Perjalanan yang Sebentar dan Ringan
Dalam film Everest tersebut diceritakan tim yang dipimpin oleh pemandu bernama Bob Hall tiba di Nepal dan melakukan koordinasi pertama tanggal 30 Maret, kemudian prediksi mencapai puncak Everest baru di tanggal 10 Mei. Mereka membutuhkan waktu 40 hari untuk mempersiapkan fisik dan pikiran sehingga benar-benar siap untuk melakukan pendakian hingga ke puncak Everest. Dan ke-40 hari ini diisi dengan kondisi yang tidak mudah, di sana sangat dingin, lelah, banyak keterbatasan, dan tantangan.
Oleh karena itu dibutuhkan perencanaan dan strategi yang dipersiapkan baik-baik. Mereka berada dalam sebuah tim, dengan peran masing-masing, membawa banyak bekal dan peralatan perjalanan yang diperlukan. Mereka juga membangun basecamp dengan menempatkan seseorang sebagai operator komunikasi dan seorang dokter untuk memantau kesehatan para pendaki.
Baca juga: Membangun Startup Anti Mainstream dari Inspirasi Lokal (1)
Begitu pula dalam perjalanan membangun bisnis, dibutuhkan strategi, perencanaan, dan persiapan yang matang karena perjalanan yang akan mereka arungi bukanlah perjalanan yang singkat. Mungkin membutuhkan waktu 5, 10 atau 25 tahun mendirikan, membesarkan startup, hingga merubahnya menjadi bisnis besar.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh US Small Business administration berjudul “The Promise of High Impact Companies”, dikatakan bahwa rata-rata perusahaan yang telah besar dan bisa memberikan impact yang besar (jumlahnya 2-3% dari semua perusahaan di dunia) membutuhkan waktu 25 tahun untuk mencapainya. Tentunya di era dotcom saat ini angka tersebut tampaknya semakin sedikit.
Di buku Scaling Up karya Verne Harnish diceritakan beberapa contohnya. Misalnya, Apple yang didirikan tahun 1976, hanya punya 9600 pegawai saat meluncurkan iPod di tahun 2001 saat ulang tahun ke-25 nya, lalu mereka mengalami perkembangan yang signifikan setelah itu hingga di tahun 2013 pegawainya sudah 80 ribu orang di seluruh dunia, dan kini menjadi bisnis dengan valuasi terbesar sedunia.
Atau Starbucks yang saat berulangtahun ke-20 tahun 1971, mereka baru saja punya 100 gerai dan menyempurnakan bisnis modelnya, hingga di ulang tahunnya yang ke-25 mereka telah punya 1000 gerai dan melebarkan bisnisnya ke luar US, terus hingga punya 18 ribu gerai di 62 negara dengan lebih dari 150 ribu pegawai.
Jangan pernah berespektasi perjalanan kita akan mudah dan sebentar, dibutuhkan kesabaran dan motivasi kuat untuk terus bertahan dalam panjangnya perjalanan tersebut. Tapi dalam panjangnya perjalanan, justru disitu kita berproses untuk menjadi lebih baik hingga pada waktunya, bisa berakselerasi dengan sangat cepat dan mencapai puncak.
Baca juga: Membangun Startup Anti Mainstream dari Inspirasi Lokal (2)
Checkpoint dan Adjustment sepanjang Pendakian
Perjalanan mendaki gunung Everest bukan perjalanan sekali tempuh dari kaki gunung hingga ke puncak. Mereka membangun pos-pos sepanjang perjalanan. Di film tersebut saya mengetahui bahwa mereka sampai membutuhkan 4 pos peristirahatan sepanjang perjalnan untuk bisa mencapai puncak.
Selain beristirahat, di sana mereka juga mempersiapkan dan menyesuaikan strategi untuk melanjutkan pendakian keesokan harinya. Hal itu dilakukan karena kondisi perjalanan bisa sangat berubah sepanjang perjalanan, baik dari sisi cuaca, rute perjalanan, kondisi kesehatan anggota tim, dan banyak parameter-parameter tak terduga lainnya. Sehingga penyesuaian strategi selama perjalanan adalah sebuah keniscayaan, namun tujuan bersama tetap sama tak berubah, menyentuh puncak tertinggi Everest.
Di dalam perjalanan perusahaan, kita juga menemui banyak kondisi tak terprediksi dalam perjalanan. Hampir mustahil semuanya berjalan mulus sesuai dengan prediksi dan asumsi di awal, sehingga semua itu membutuhkan adjustment sepanjang perjalanan. Semua itu kita lakukan di “pos pos peristirahatan” kita dalam bentuk perencanaan dan evaluasi berkala perusahaan, bisa per quarter, per tahun, per 5 tahun dan sebagainya.
Dan setiap fase-fase waktu tersebut tentunya punya tantangan tersendiri, saat perusahaan kita masih kurang dari 3 orang mungkin kompleksitasnya masih sedikit, namun saat perusahaan kita berkembang dan menginjak fase 10 orang, 40 orang, hingga diatas 100 orang, tentunya membutuhkan sistem manajemen dan infrastruktur yang lebih memadai. Di situlah kita menyesuaikan ulang strategi perusahaan dengan kondisi dan konteks kekinian.
Milikilah beberapa checkpoint untuk melakukan evaluasi dan adjustment strategi perusahaan secara berkala, serta yang tidak kalah penting, mari disiplin melakukannya.
Baca juga: Mengapa Pengembangan Produk Startup Sering Kali Gagal Menghasilkan Growth?
Keinginan yang Kuat Menyentuh Puncak Everest
Untuk mendaki gunung Everest bukanlah perkara yang mudah. Hanya orang-orang dengan keinginan yang sangat kuat yang bisa meyakinkan dirinya untuk melakukannya, bahkan mencapai puncak Everest mungkin adalah mimpi terbesar dalam hidup bagi orang tersebut.
Dalam perjalanan mendirikan bisnis, kita masing-masing juga punya visi dan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut harus menjadi fokus utama dan menjadi tujuan setiap orang di dalam bisnis sehingga menumbuhkan keinginan yang kuat untuk mencapainya. Keinginan kuat menjadi hal yang sangat krusial karena dengan ialah kita bisa terus memelihara motivasi ketika menghadapi situasi-situasi sulit. Keinginan kuat tersebut yang juga membuat kita berani mengambil langkah demi langkah ke depan seberapapun sulit dan lelah yang sudah kita rasa.
Seberapa kuat keinginan kita untuk meraih sesuatu tergambar dari seberapa kuat kita bertahan menghadapi beragam tantangan dan cobaan dalam langkah-langkah ikhtiar menuju tujuan tersebut.
Kita mungkin bisa membayangkan betapa kuat keinginan seorang pendaki untuk mencapai puncak, mereka membayangkan untuk menancapkan bendera negara mereka di puncak, mengirimkan pesan kepada orang tercinta dari sana, sujud syukur, berfoto, atau hal-hal yang lainnya yang nilainya jauh berlipat karena proses perjuangan yang mereka telah tempuh.
Coba kita visualisasikan juga saat visi perusahaan kita tercapai, kemampuan kita memvisualisasikannya menggambarkan seberapa jelas visi tersebut telah kuat menjalar dalam hati kita.
Baca juga: Sudah Benarkah Cara Kita Mengukur Kinerja Startup?
Membangun Habit Sepanjang Pendakian
Sepanjang perjalanan mendaki gunung Everest tubuh dan pikiran kita akan menyesuaikan diri dengan keadaan. Selama 40 hari menjadi waktu yang cukup panjang untuk membentuk habit atau kebiasaan yang efektif mendukung perjalanan. Kebiasaan-kebiasaan kecil yang kita manipulasi untuk mendukung perjalanan tersebutlah yang sedikit demi sedikit membuat tujuan yang saat ini terasa berat menjadi mungkin untuk ditaklukkan.
Semula kita tidak mampu berjalanan mendaki jauh lebih dari 2 jam misalnya, dengan pembiasaan mendaki naik dan turun gunung maka kita sedikit demi sedikit bisa melampauinya. Semula tubuh kita mudah lelah dengan kadar oksigen yang minim serta udara yang dingin, dengan 40 hari hidup di sana membuat sistem sirkulasi dan pernapasan kita sedikit demi sedikit beradaptasi.
Kebiasaan ini juga penting kita miliki dalam menjalani perjalanan membesarkan bisnis kita. Kita tentukan kebiasaan-kebiasaan yang ingin kita bentuk untuk membuat jalannya operasional bisnis kita menjadi semakin efektif dan optimal.
Kita biasakan untuk menetapkan target, memonitornya sepanjang perjalanan, lalu mengevaluasinya. Kita biasakan disiplin mengendalikan pengeluaran dan pemasukan kita, menganalisisnya, dan memprediksi kemungkinan-kemungkinan ke depan dengan data tersebut. Kita biasakan untuk memastikan semua yang kita rencanakan dan kerjakan selesai dengan kualitas yang melebihi espektasi. Kebiasaan-kebiasaan ini akan menjadi tangga-tangga proses pengembangan diri dan bisnis kita.
Pada akhirnya kita semua punya gunung Everest masing-masing yang kita ingin lalui dan taklukkan. Pegang kuat keinginan mencapai puncaknya, mulailah mendaki langkah demi langkah, lakukan adjustment strategi sepanjang perjalanan hingga kita bisa menikmati satu dua langkah terakhir menuju puncak. Mari mulai mendaki!
Artikel ini ditulis oleh Andreas Senjaya, dan sebelumnya dipublikasikan di blog pribadi Jay.
Image header credit: gadventures.com