“The creative adult is the child who survived.” – Ursula K. Le Guin
Industri kreatif adalah industri yang paling terkena pengaruh alias disruption dari adanya teknologi. Sekarang, muncul profesi-profesi baru yang sebelumnya gak pernah ada. Say, Youtuber, terus selebtwit/selebgram or the so-called buzzer/influencer. Orang-orang ini mungkin awalnya emang suka ngeksis aja di social media. Siapa sangka, akhirnya mereka bisa dibayar mahal banget oleh banyak brand untuk promosiin berbagai produk.
Salah satu alasan kenapa profesi ini terus emerging, adalah karena cara kerja para influencer gak kayak media konvensional. Kalau media konvensional, TV atau koran misalnya, hanya menyediakan slot bagi advertiser untuk memasang iklannya. Sementara, para influencer hanya diberikan suatu objective, misal: brand A mau brand-nya dikenal oleh anak muda sebagai brand yang g-a-u-l. Para seleb-seleb social media ini pun ngebikin suatu konten orisinil, tapi yang melibatkan brand tersebut. Istilahnya, lebih soft-selling dan subtle dalam jualannya (gak kayak iklan busuk yang biasa ada di infotainment).
Baca juga: #ziliun17: Youtuber Indonesia dengan Subscriber Terbanyak
Satu pertanyaan pun muncul, kalau misalnya these guys can make money out of it, apakah jadi Youtuber atau selebtwit atau selebgram sebuah karir? (Eno Bening, seorang Youtuber, sempat mempertanyakan hal itu di videonya yang berbagi cara-cara menjadi Youtuber).
What we often consider as a career biasanya adalah karir kantoran (yang jelas hierarkinya). Pekerjaan artis di dunia entertainment juga bisa disebut karir, karena jelas pekerjaannya (ya lo dibayar untuk manggung atau main pelem). Tapi, profesi sebagai buzzer/influencer jelas gak punya hierarki, dan kadang gak jelas juga pekerjaannya apa (I mean like, main sinetron udah pasti dibayar, bikin web series atau video lucu gak jelas, malah ngabisin duit).
Tapi, buat pada aspiring social media seleb di luar sana, kalau ada orang yang bikin lo gak pede dengan profesi lo (itu kan bukan karir!), ada istilah yang mungkin bisa bikin lo lebih feel good about yourself: content creator.
Baca juga: Gara-gara Jerome Jarre, Bintang Vine dan Snapchat Sekarang Punya Agensi!
Lihat diri lo jangan sebagai pengangguran yang karena gak ada kerjaan jadi ngetwit atau bikin video gak jelas. Jangan juga lihat diri lo sebagai orang-orang caper sok ngeksis yang ga berhenti nge-post. Lihat diri lo sebagai pekerja kreatif yang berkarya, dengan membuat konten yang either menghibur atau informatif atau inspiring, konten yang punya value sehingga merek-merek gede mau ngebayar lo untuk itu.
Content creator bukan profesi baru. Udah ada dari dulu. Mereka ada di perusahaan-perusahaan media, agensi-agensi kreatif, dan juga di divisi kreatif berbagai perusahaan. Bedanya, dengan teknologi dan Internet yang disruptive saat ini, content creator gak perlu kerja di tempat-tempat tersebut, tapi bisa independen dengan memanfaatkan social media yang ada. Jatohnya, kayak punya bisnis kecil aja (ngomong ke orang-orang: I’m in the business of making content!)
This is 21st century, this kind of job does exist, man. Jadi, kalau ditanya ‘Is Being a Youtuber a Career?’. Jawabannya, IYA.
Baca juga: Joko Anwar: Online Itu cuma Media, yang Penting Kontennya!
Header image credit: videojeeves.com
Comments 1