Bulan sudah berganti dan yang selalu dipikirkan sudah selesai dinanti-nanti. Iya, hari gajian! Begitu angka di rekening berubah menjadi lebih tinggi, perasaan lega akan hadir tanpa bisa dipungkiri. Mungkin kita jadi mikir, untunglah, akhirnya lepas dari tanggal tua dan bisa senang-senang lagi! Nah, tunggu di situ dan tahan hawa nafsu untuk menghamburkan uang kembali.
Sebenarnya ini adalah salah satu penyakit bulanan gue, berasa sultan di awal gajian yang berakhir meringis di penghujung bulan. Akhirnya, gue mikir, gimana ya cara mengatur keuangan biar bisa sehat sejahtera sepanjang bulan. Sempat juga kepikiran, “Ah, gaji gue belom dua digit, susah buat nyisihin duit!”. Ya… pernyataan tersebut gak sepenuhnya salah sih. Tapi ternyata bukan berarti kita gak bisa mengatur keuangan sama sekali lantaran besaran gaji! Terus, gimana?
Simpel aja, jawaban yang akan keluar dari mulut banyak orang ketika ditanya cara mengatur keuangan, mungkin adalah satu kata yang gak asing didengar; budgeting. Dengan melakukan hal tersebut, kita bisa keep track pemasukan dan pengeluaran kita. Gak berhenti sampai di situ, kita juga bisa menyisihkan beberapa persen uang kita untuk hal-hal tak terduga. Jadi, gimana caranya?
Kategorikan Pengeluaran
Hal pertama yang harus dilakukan ketika kita budgeting adalah mengerti pengeluaran kita sendiri. Putuskan bahwa suatu pengeluaran yang akan dilakukan itu termasuk dalam kategori kebutuhan atau keinginan.
Setelah kita bisa membedakan kedua hal tersebut, langkah selanjutnya akan menjadi lebih mudah untuk dilakukan, yaitu mengalokasikan uang ke kategori-kategori tersebut.
Gak usah pusing-pusing mikirin cara pembagiannya. Bankruptcy expert dari Harvard- Elizabeth Warren punya rumus jitu yang bisa kita gunakan, yaitu 50/30/20 Rule.
Batasi Pengeluaran Kebutuhan Sebanyak 50 persen dari Penghasilan
Masih ingat istilah sandang-pangan-papan, dong? Hanya tiga itulah yang sebenarnya masuk ke kategori kebutuhan kita. Di luar itu, seperti rumah mewah, baju-baju branded, dan lain sebagainya sudah masuk ke kategori keinginan. Tapi kalau kita punya kewajiban pembayaran di luar tiga hal itu, misalnya cicilan mobil, biaya berobat, dan premi asuransi jiwa, maka itu masuk ke kategori kebutuhan.
Batasi Pengeluaran Keinginan Sebanyak 30 persen dari Penghasilan
Oke, semua hal di luar ‘kebutuhan’ berhak masuk menjadi ‘keinginan’. Hati bergembira memikirkan alokasi uang untuk foya-foya. Say hello to langit biru awan putih di kepulauan pribadi! Eits, tunggu dulu. Gak sembarangan keinginan kita bisa dapat jatah 30% penghasilan kita. Hal-hal mendasar yang memberikan kesenangan, seperti perawatan kulit, subscription entertainment, dan internet adalah hal-hal yang bisa dimasukan kedalam daftar keinginan.
Terus gimana caranya ngumpulin uang buat liburan? Gak perlu panik.
Alokasikan 20 persen Penghasilan ke Tabungan
Ingin beli game console terbaru atau mobil sport impian? Bisa! Masih ada 20 persen penghasilan yang tersisih dan bisa masuk ke tabungan. Tapi jangan lupakan hal-hal kecil lainnya seperti tabungan hari tua dan biaya tak terduga, ya!
Catat Setiap Pengeluaran
Oke, sekarang kita udah punya rencana, tapi kok, rasanya masih suka kecolongan? Hal itu paling rentan terjadi kalau kita gak punya catatan keuangan harian.
Kita sering banget ngegampangin uang receh. Hmmm perlu dihayati lagi nih, kiasan “sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit”. Bayangin deh, kalau kita punya keinginan untuk beli jajanan seharga 5.000 rupiah, dan kita punya uang sebesar 15.000 rupiah. Dengan senang hati kita pergi ke minimarket mengendarai motor tanpa mempermasalahkan biaya parkir sebesar 2.000 rupiah. Jajanan yang diinginkan sudah terbeli, biaya parkir sudah terbayar, tapi ternyata, lupa beli minuman! Ah, bukan masalah, kita bisa mampir ke minimarket lainnya. Uang sebanyak 3.000 rupiah keluar, dan sekali lagi kita harus bayar abang parkir sebesar 2.000 rupiah. Santai! Kita lalu pulang ke rumah, keluarin dompet, dan kaget, uang yang kita punya ‘kok tinggal Rp 3.000?
Ya, itu terjadi karena menyepelekan uang receh! Coba bayangin kalau itu terjadi setiap hari, bisa jadi yang keluar dalam sebulan mencapai ratusan ribu bahkan jutaan. Karena itulah, penting banget buat mencatat pengeluaran kita.
Jangan keburu males buat catatan keuangan karena kebayang effort yang harus dikeluarkan. Sekarang, ada banyak kemudahan yang membantu kita dalam pencatatan. Mulai dari catat di buku tulis, bikin spreadsheet, sampai menggunakan aplikasi.
Nah, sekarang kita udah tau cara mengatur penghasilan dalam sebulan. Sekarang, bulatkan tekad supaya rajin mencatat keuangan yuk!
Ditulis oleh Amalya Adyannisa, disunting oleh Riani Sanusi Putri