Beruntung ketika banyak tugas yang harus dikerjakan, gue menemukan artikel ini. Rasanya kaya gue habis minum obat, kemudian merasakan efeknya. Seperti menyembuhkan.
Sebuah artikel yang ditulis oleh Cam Mi Pham, seorang digital marketer. Apa yang ditulis oleh Cam Mi Pham diantaranya udah gue pelajari di kampus, tapi di kehidupan nyata gue sering lupa sama prakteknya. Itulah sebabnya muncul lah sebuah diksi yang diberi nama ‘kepepet’. Lo mungkin tahu, tapi kalo gak kepepet, lo gak akan pernah benar-benar paham. Berdasarkan riset, di bawah ini ada 7 cara yang harus lo biasakan kalo pengen hidup lebih produktif (bukan hanya sibuk gak jelas):
Berhenti Lembur
Henry Ford, pemilik dari Ford Motor Company menginisiasi ’40-hour work week’ di perusahaan yang telah ia bangun. Terapan ini berdasarkan dari riset menarik yang telah dilakukan bahwa, ketika lo menurunkan jam kerja dari 10 jam ke 8 jam, dan mengurangi hari kerja dari 6 hari ke 5 hari kerja dalam seminggu, maka produktivitas lo akan meningkat. Sepertinya ini akan menjadi bullshit menurut para anak muda yang ngerasa punya energi berlebih dan menyalurkannya untuk lembur kerja.
Sekilas lo akan terlihat lebih struggle kalo kuat melek dan rela memangkas jam tidur untuk menyelesaikan tugas yang menumpuk (entah karena emang tugasnya yang overload atau lo nya aja yang procrastinator). Padahal itu salah kaprah. Dengan istirahat yang cukup membuktikan bahwa peningkatan kualitas kerja akan terjadi jika hal ini dibiasakan (sumber: The Secret World of Sleep: The Surprising Science of The Mind at Rest).
Beberapa orang sukses seperti Leonardo da Vinci, Thomas Alfa Edison, F.D. Roosevelt, dan lain-lain memiliki waktu istirahat yang cukup. Mungkin mereka mengerjakan karyanya dengan lembur, tetapi sebelumnya mereka udah istirahat lebih dulu (take a nap) agar bisa menghasilkan masterpiece dengan maksimal.
Baca juga: Less is (always) More
Berhenti Jadi ‘Yes Man’
Mulai biasakan untuk bilang ‘tidak’ untuk suatu hal yang gak akan memberikan hasil apa pun. Seperti kata Warren Buffet, “The difference between successful people and very successful people is that very successful people say “no” to almost everything.” Prinsip Paretto 80/20 menyatakan, 20% dari usaha yang lo lakukan akan memberikan hasil sebesar 80%. Jadi baiknya adalah fokus sama effort sebanyak 20% tersebut agar hasilnya maksimal. Kenapa jadi yes man itu lebih mudah? Karena bilang ‘tidak’ justru lebih susah (mungkin pada awalnya). Entah karena gak enak hati, takut dibilang sombong, dan sebagainya. Tapi kalo iya-iya aja ternyata ujungnya malah PHP gimana? Nah lo.
Berhenti Terlalu Mandiri
Menangani semua hal seorang diri mungkin terlihat lebih efisien karena gak perlu buang waktu untuk mencari bantuan orang atau mungkin bisa lebih irit ongkos. Tapi ternyata, kuncinya ada pada ‘delegasi’. Minta tolong sama orang yang tepat hasilnya akan jauh lebih bagus daripada mengerjakan seorang diri tapi output nya cuma setengah. Waktu yang lo alihkan tadi dapat dipakai untuk lebih fokus menangani hal yang lebih penting yang lebih lo kuasai. Hal ini diteliti oleh David Nowell, Ph.D., seorang neuropsychologist dari Worcester, Massachusetts yang menyatakan bahwa “Distractable people get more done when there is someone else there, even if he isn’t coaching or assisting them.”
Baca juga: OPTIMISTIC PEOPLE DO THIS: THEY’RE ALWAYS LATE
Berhenti Jadi Perfeksionis
Butuh waktu lebih banyak dari target, menunda dan selalu menanti waktu yang tepat, terlalu fokus sama hal detail sampai lupa sama konsep besar merupakan beberapa ciri dari perfeksionis. Kalo sifat-sifat itu ada di dalam diri lo, artinya lo harus lebih bisa kontrol diri sendiri. Riset menemukan fakta bahwa semakin perfeksionis seorang profesor, maka tingkat produktivitasnya justru semakin rendah. Hal ini diungkapkan oleh Dr. Simon Sherry, seorang profesor psikologi dari Universitas Dalhousie. Dr. Sherry menyimpulkan bahwa terdapat korelasi kuat antara peningkatan perfeksionisme dan penurunan produktivitas.
Berhenti Mengulang-ulang Kegiatan yang Sama
Capek gak sih mengulang-ulang kegiatan yang sama? Kalo lo ngerasa iya, berarti penelitian yang dilakukan oleh Tethys Solution menghasilkan fakta yang sama. Menurut studi penelitian yang diuji pada sebuah tim yang terdiri dari 5 orang, mereka menghabiskan 3%, 20%, 25%, 30% dan 70% dari waktu mereka pada tugas yang berulang sehingga waktu mereka berkurang sebesar 3%, 10%, 15% , 15% dan 10% setelah 2 bulan meningkatkan produktivitas. Banyak orang yang udah terbiasa melakukan suatu hal, menjadi lupa bahwa waktu masih terus berjalan sehingga justru malah lebih lama dalam menyelesaikan pekerjaan. Jadi bagaimana solusinya? Stop doing repetitive tasks and start automating it. Lo bisa membuat sistem atau patokan untuk hal yang sering lo lakukan. Walapun ini sedikit menyita waktu, tetapi hasilnya akan lebih efisien karena waktu untuk mengerjakan hal tersebut akan menjadi lebih singkat.
Baca juga: #ziliuntrip: Indonesia: Jadi Konsumtif atau Produktif?
Berhenti Kerja Sejenak
Saat kita berusaha untuk fokus, maka secara tidak langsung kita membatasi dengan dunia luar melalui sekat yang telah dibuat sendiri. Sesekali keluarlah dan berhenti bekerja sejenak untuk refleksi. Banyak versi dari refleksi seperti contohnya dengan cara menyendiri, beribadah, atau pergi ke tempat favorit. Waktu yang diluangkan untuk diri sendiri (alone time) akan baik untuk otak dan spiritual menurut sebuah artikel dari The Boston Globe.
Salah satu studi Harvard menemukan bahwa orang-orang akan lebih banyak membentuk kenangan dan pikiran yang jernih saat mereka sedang refleksi atau mengalami sesuatu seorang diri. Penelitian lain menunjukkan bahwa dengan meluangkan waktu sejenak untuk diri sendiri akan dapat membuat perasaan lebih peka dan empati terhadap orang lain.