Balada anak magang selalu menjadi cerita yang cukup menarik dan menggelitik. Kenapa? Karena, ada saja hal-hal lucu hingga memprihatinkan, yang terjadi sama mereka selama menyandang status sebagai “anak magang”. Satu hal yang sering terjadi dari tahun ke tahun, tapi sepertinya di tahun 2021 ini belum ada perubahan adalah tugas anak magang sebagai tukang fotocopy. Tapiii, sebagai disclaimer, gak semua perusahaan memperlakukan anak magang seperti itu. Di artikel ini, kita bahas sesuai dengan konteks di judul, yaa.
Oh iya, alasan kerjaan mereka cuma sebatas fotocopy, karena mereka masih belum bisa mengurusi tanggung jawab pekerjaan yang barangkali memang sangat penting. Jadi, harus orang-orang dengan pengalaman dan jam terbang tinggi yang harus turun tangan.
Merasa ada yang salah dengan hal di atas? Tentunya. Sejatinya anak magang hadir bukan sebagai mbak atau mas fotocopy. Mereka juga harus belajar tentang dunia kerja dan tanggung jawab di bagian tertentu.
Sayangnya, apa yang terjadi di lapangan berbeda ceritanya
Balada anak magang yang diminta buat fotocopy atau scan dokumen memang sering terjadi di berbagai perusahaan. Jadi, poinnya adalah pelajaran apa yang bisa mereka ambil selama di perusahaan? Tentunya, selain dari mahir mengoperasikan mesin fotocopy.
Gak cuma urusan di fotocopy, mereka juga “harus ahli” menjadi asisten dadakan si atasan. Maklum, apalagi kalo atasannya udah tua dan gak terlalu melek teknologi. Kehadiran anak magang ini jelas sangat membantu. Ya, minimal ada yang bisa bantu bikinin bahan presentasi.
Bye-bye ekspektasi untuk terlibat aktif di kegiatan perusahaan
Barangkali banyak anak magang yang terlanjur senang dan gak sabar untuk memulai hari pertamanya di perusahaan. Udah ada di bayangan, mereka bakal ikutan meeting dan diskusi bareng atasan, terus ngerjain ini dan itu kayak pegawai beneran.
Sayangnya, ekspektasi tersebut harus terhempas dengan kenyataan. Kadang anak magang hanya dianggap sebagai “tim hore” saja dan jarang terlibat di hal-hal yang bersifat strategis. Perusahaan pun seharusnya sudah aware apabila program magang ini adalah kesempatan bagi pesertanya untuk belajar. Artinya, mereka harus menyiapkan sebuah kurikulum atau arahan yang jelas, apa yang akan anak magang lakukan selama periode tertentu. Jangan-jangan, banyak perusahaan yang gak punya kurikulum atau arahan buat anak magang?! Bisa jadi, sih.
Baca juga di sini: Jangan Cuma Keren, Magang Juga Harus Sesuai Karir Impian!
Balada anak magang yang gak tau kapan berakhirnya
Ya, gimana mau berakhir, kalo misalnya minat menjadi anak magang masih tinggi, walaupun persoalan kayak gini bukan jadi rahasia umum lagi. Sayang banget, padahal selama periode kurang lebih tiga bulan, ada banyak hal yang bisa anak magang pelajari. Mereka bisa belajar skill baru, bahkan dapet mentor juga.
Semoga artikel ini bisa jadi “bahan renungan” buat perusahaan yang masih kekeuh untuk memperlakukan anak magang dengan cara seperti itu. Di sisi lain, buat anak-anak muda yang lagi nyari informasi magang, harus banget riset dulu. Jangan sampai pas keterima, baru nyesel. Mau keluar? Sayang juga kalo dipikir-pikir.
Akhir kata, sekali lagi semoga di waktu yang akan datang, kebijakan mengenai anak magang ini bisa lebih bijak, ya.