Pagi ini, mata saya terbuka setelah diberikan tautan video oleh teman saya. Video itu merupakan video dokumenter dari salah satu finalis Eagle Awards tahun lalu, yang berjudul Desainer Kampung.
Bayangin di suatu kampung yang koneksi Internetnya lelet dan listrik masih sering padam, ada sebuah komunitas desainer yang sebagian besar kliennya dari Australia. Kedengaran mustahil buat kita yang tinggal di kota. Tapi fenomena ini ada, didokumentasikan oleh Amron Muhazawai dan Muhamad Aprianto dalam film berjudul Desainer Kampung.
Di Desa Kaliabu di Kabupaten Magelang ini, dulu anak-anak mudanya rata-rata gak punya kegiatan positif di malam hari. Pagi-pagi, mereka bertani, jadi tukang batu, atau tukang bangunan. Malamnya, palingan mereka bikin onar–mencuri dan merampok lazim dilakukan.
Kemudian, tiga tahun lalu, dua pemuda kampung ini mulai belajar desain dan mengenal situs 99designs.com yang merupakan marketplace bagi proyek-proyek atau pekerjaan desain, dikemas dalam bentuk kontes. Dua orang ini kemudian mengajak teman-temannya ikut belajar juga, sampai terbentuk komunitas Rewo Rewo beranggotakan lebih dari 200 orang, yang beberapa kali mengundang desainer profesional dari kota untuk berbagi. Malam hari, pemuda Desa Kaliabu jadi punya kegiatan positif.
Baca juga: Hafiza Elvira, Berdayakan Kampung Kusta Sitanala Untuk Berkarya
Gak cuma positif, tapi juga menghasilkan uang! Dalam dua tahun, desa ini bisa menghasilkan ratusan ribu dolar hanya dari pekerjaan desain grafis. Pembayaran dari klien-klien pun diterima menggunakan PayPal (bahkan saya belum pernah pakai PayPal :D)
Ini cuma salah satu contoh kasus bagaimana teknologi bisa memberdayakan suatu komunitas. Kalian juga mungkin pernah dengar tentang “Kampung Cyber” di Jogjakarta. Kampung yang sebenarnya adalah sebuah RT ini menjadi lebih terberdaya setelah semua warganya memiliki koneksi Internet.
Awalanya, seorang warga iseng membuat blog yang berisi profil tentang RT ini. Lama-kelamaan, masyarakat sekitar punya rasa ingin tahu yang tinggi, dan mulai belajar menggunakan Internet. Hasilnya? Sekarang warga Kampung Cyber bisa berjualan hasil-hasil kerajinan, dan lain-lain, menggunakan Internet.
Baca juga: Lebaran Jangan Mudik!
Poinnya? Ya, selama ini mungkin banyak yang berpikir, kenapa banyak pihak, termasuk Ziliun sendiri, berusaha mendorong lebih banyak anak muda berkarya melalui teknologi? Memang gak ada cara lain untuk berkarya?
Jawabannya, karena dengan teknologi, karya yang kita buat bisa menjangkau lebih banyak orang, bikin semuanya efektif dan efisien. Seperti Desainer Kampung, kalau gak punya Internet, gak akan bisa mendapat klien dari luar negeri. Warga Kampung Cyber juga bisa lebih efektif dan efisien berpromosi karena ada teknologi.
Kalau yang di kampung aja bisa, masa kita hanya berdiam diri?
Baca juga: Jtoku, Dari Jogja Untuk Indonesia, Dari Indonesia Untuk Dunia
Header image credit: youtube.com