Ziliun
  • Issuepedia
  • Workipedia
  • Inner Space
No Result
View All Result
  • Issuepedia
  • Workipedia
  • Inner Space
No Result
View All Result
Ziliun
No Result
View All Result

Bagaimana Basha Market Dimulai: 960 Brand Dihubungi, 10% Berhasil Didapat

PutribyPutri
29/08/2015
in Story
4
Bagaimana Basha Market Dimulai: 960 Brand Dihubungi, 10% Berhasil Didapat
Share on FacebookShare on Twitter

Satu fakta unik yang tim Ziliun temukan saat ngobrol dengan Devina Sugono–co-founder Basha Market–adalah bahwa Basha Market pertama kali dimulai dengan cara yang sama seperti startup teknologi pada umumnya: acquire users one by one.

“Aku message [brand] satu per satu. Jadi kalo di Whatsapp gak dibalas, coba di Line, kalo Line gak dibalas coba di BB. Di BB gak dibalas, telepon aja.  Kalo telepon gak dibalas, ya di-SMS. Kalo sms juga gak dibalas, ya udah berarti mereka gak mau.”

Devina dan Erin memang mencari satu per satu kontak dari brand lokal yang mereka ingin ajak, lalu mereka kirimkan dokumen berupa proposal. Determinasi ini yang membuat Basha awalnya berhasil mengajak 95 vendor, dari 960 vendor yang mereka hubungi. Setidaknya, 10 persen dari brand lokal yang menjadi prospek berhasil didapatkan. 10 persen inilah yang kemudian mengantarkan Basha Market bisa jadi seperti sekarang, dengan rangkaian event mulai dari market-nya sendiri, arcade, pop up, dan initiatives.

Baca juga: Basha Arcade: Mad Lab, Udah Saatnya Go International Bukan Lagi Wacana

RelatedPosts

Halosis 2.0 Bikin Usaha Kecil Jadi Lebih Maju Lewat Artificial Intelligence.

7 Strategi Marketing Online yang Dibutuhkan Entrepreneur

IMG_0065
Devina Sugono di Konferensi Pers Basha Market

Mengajak brand lokal untuk bergabung ke Basha Market juga gak gampang. Masalahnya, Basha Market diadakan di Surabaya, sementara local bazaar seperti Basha biasanya lebih lazim diadakan di Jakarta dan Bandung, yang industri kreatifnya sudah terbukti potensinya.

Devina mengaku banyak keraguan dari brand lokal saat ditawarkan membuka booth di Basha Market, “Untuk bazar di Surabaya kan kita memang yang pertama untuk skala sebesar ini. Jadi vendor-vendor yang dari Surabaya maupun Jakarta tuh masih ragu, ‘Kenapa kita harus ikut Basha Market? Aku di Jakarta enak-enak aja kok. Bazar ada tiap minggu’.”

Jalan keluar yang diambil Devina bersama co-founder-nya, Erin, adalah mengedukasi para vendor bahwa Surabaya juga punya buying power yang besar.

Baca juga: Devina Sugono dan Basha Market, Merayakan Industri Kreatif Surabaya

“Nah itu, kita harus educate mereka. Kayak [kota] ini tuh populasi terbesar kedua di Indonesia, buying power-nya itu sangat gede. Makanya personal communication itu sangat penting untuk di awal. Jadi awalnya mereka ragu, kemudian mereka ikut dan kemudian lihat market Surabaya, kan jadi word-of-mouth ya.  Dari satu vendor, ke satu vendor, ke satu vendor. Jadi sekarang lebih mudah juga, orang udah bisa ngomong ‘Basha Market bagus market-nya’,” kata Devina.

Sebagai entrepreneur muda, Devina dan Erin menganut prinsip kalau semua usaha harus dicoba.

“Kita promo lewat Instagram. Sosmed yang kuat. Terus kita pasang billboard, baliho. Itu lumayan banyaklah. Dan minta teman-teman untuk minta ajakin yang lain. Whatsapp. Email blast. BBM Broadcast. Pokoknya semuanya deh dicoba.”

Baca juga: Masa Depan Industri Kreatif Ada di Bazaar-Bazaar Lokal

Bagikan ini:

  • Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)

Menyukai ini:

Suka Memuat...
Tags: basha arcadebasha marketdevina sugonoerin harsonoeventindustri kreatifkreativitaslocal bazaarmad labsurabaya
Previous Post

Saat Video Games dan Sains Berkolaborasi Memecahkan Masalah

Next Post

Homework Furniture, Brand Asal Pekanbaru yang Memberdayakan Pengrajin Lokal

Next Post
Homework Furniture, Brand Asal Pekanbaru yang Memberdayakan Pengrajin Lokal

Homework Furniture, Brand Asal Pekanbaru yang Memberdayakan Pengrajin Lokal

Comments 4

  1. Ping-balik: Homework Furniture, Melawan Arus Global Untuk Mengangkat Harkat Lokal | Ziliun
  2. Ping-balik: Woodpecker, Ketika Nyasar Lebih Baik Daripada Jalan Biasa | Ziliun
  3. Ping-balik: Herman Tantriady dan Lima Watch: Membuat Ide Jadi Spesial Lewat Proses dan Eksekusi | Ziliun
  4. Ping-balik: Theria Sofa dan Jasmine Tease: Ketika Tidak Ada Produk Menarik, Mari Ciptakan Sendiri | Ziliun
No Result
View All Result

Yang Terbaru

  • Fenomena Media Alternatif: Efektif Tapi Bisa Bawa Dampak Negatif
  • Fenomena Konser Ramah Lingkungan, Gimana Praktiknya?
  • Mengenal Apa itu Chronically Online
  • Apakah Demokrasi Adalah Sistem Pemerintahan Terbaik?
  • Mengenal Filsafat Stoikisme
Ziliun

Media yang menemani perjalanan anak muda untuk menghadapi kehidupan dan memasuki dunia kerja, serta mendorong dan memotivasi anak muda untuk menjadi versi terbaik diri mereka.

  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Tentang Kami
  • Kerja Sama

Ruang & Tempo Coworking Space

Gedung TEMPO, Jl. Palmerah Barat No. 8, Jakarta Selatan 12210

Bikin kontenmu sekarang!

© 2025 Ziliun All rights reserved.

Ziliun

  • Issuepedia
  • Workipedia
  • Inner Space

© 2025 Ziliun All rights reserved.

 

Memuat Komentar...
 

    %d