Ziliun
  • Issuepedia
  • Workipedia
  • Inner Space
No Result
View All Result
  • Issuepedia
  • Workipedia
  • Inner Space
No Result
View All Result
Ziliun
No Result
View All Result

Awie Wang: Sepatu yang Tepat Mendatangkan Kesempatan

Mauren FitribyMauren Fitri
15/10/2015
in Story
0
Awie Wang: Sepatu yang Tepat Mendatangkan Kesempatan
Share on FacebookShare on Twitter

Etalase mal yang menampilkan produk mode kerap didominasi oleh produk-produk untuk kaum hawa. Kalau ada produk fashion pria pun, kebanyakan adalah produk dari brand luar negeri. Padahal, kata siapa laki-laki tidak bisa bergaya?

Dari pemikiran tersebut, Awie Wang mengajak seorang temannya, David Hallim, yang merupakan kolektor sepatu, untuk mengerjakan proyek bersama, yaitu brand sepatu premium khusus pria. Pada tahun 2010 lalu, mereka mulai memproduksi sepatu berbahan dasar dari kulit sapi dengan label BNV yang berasal dari kata “Be eNVy”. Filosofinya adalah agar setiap orang yang memakai sepatu BNV memiliki kebanggan tersendiri yang membuat orang lain iri.

Image credit: tribunnews.com
Image credit: tribunnews.com

Nama brand BNV yang mulai harum di bazar-bazar lokal bukanlah diraih tanpa tantangan. Pada awal berdiri, BNV mengalami banyak hambatan, salah satunya terkait persepsi masyarakat umumnya bahwa brand lokal kualitasnya lebih inferior dibandingkan brand luar.

“Mindset masyarakat Indonesia pada umumnya beranggapan produk lokal kalah bersaing dengan produk atau brand negara lain. Dengan kata lain, otak mereka terprogram bahwa orang-orang yang tinggal di Indonesia tidak lebih maju dari masyarakat yang tinggal di negeri lain,” kata Awie.

Baca juga: Herman Tantriady dan Lima Watch: Membuat Ide Jadi Spesial Lewat Proses dan Eksekusi

RelatedPosts

Halosis 2.0 Bikin Usaha Kecil Jadi Lebih Maju Lewat Artificial Intelligence.

7 Strategi Marketing Online yang Dibutuhkan Entrepreneur

Lalu, untuk menjawab tantangan di atas mengenai mindset orang Indonesia yang masih memiliki persepsi negatif terhadap brand lokal, BNV lagi-lagi melakukan teknik “bercerita” pada kampanye pemasarannya melalui edukasi.

“Contohnya, kita membuat campaign bahwa sepatu harus dipakai pada saat yang tepat. Misalnya, dengan cerita-cerita bahwa kita seharusnya jangan memakai sneakers saat di acara formal. Kemudian, orang-orang yang menggunakan sandal sebagai alas kakinya sehari-hari berarti menutup kesempatan besar datang,” jelas Awie.

BNV-bnv-6am-sneakers-1
Image credit: maskool.in

Target BNV sendiri pada saat ini adalah konsumen yang melek dunia digital, yaitu orang-orang yang sering berinteraksi dengan internet dengan mengunggah foto aktivitas sehari-hari mereka termasuk foto-foto Outfit of the Day (OOTD). Untuk terus memuaskan segmen yang menjadi target, Awie dan tim selalu memasang objektif setiap tahunnya.

Baca juga: Giovanni Widjaja, Dari Menjual Pomade Vintage Hingga Membuka Barbershop

“Setiap tahun kita (BNV) pasti menentukan objektif yang harus dicapai. Minimal ada empat objektif besar. Kalau kita tidak bisa mencapai salah satu objektifnya, berarti ada sesuatu yang kurang yang harus kita kembangkan dan pelajari lagi, supaya kegagalan tersebut tidak terulang kembali.”

Untuk bertahan menjawab berbagai tantangan sebagai entrepreneur, menurut Awie, hal terpenting adalah passion, yang menjadi kunci untuk terus mengembangkan bisnis dan bertahan. Dengan passion, Awie tidak pernah menyerah untuk mengembangkan BNV.

“Perbedaan orang sukses dan belum sukses, adalah mereka tidak pernah menyerah untuk mencapai mimpinya,” tambah Awie.

Header image credit: indonesianbrands.com

 

Bagikan ini:

  • Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)

Menyukai ini:

Suka Memuat...
Tags: anak mudaawie wangbasha marketbnvbrand lokalcreative industryentrepreneurshipindustri kreatiflocal bazaarlocal brandyoung and rebellious
Previous Post

Herman Tantriady dan Lima Watch: Membuat Ide Jadi Spesial Lewat Proses dan Eksekusi

Next Post

Wilsen Novio dan Woodpecker Studio: Terus Belajar dan Terbuka Terhadap Kritik

Next Post
Wilsen Novio dan Woodpecker Studio: Terus Belajar dan Terbuka Terhadap Kritik

Wilsen Novio dan Woodpecker Studio: Terus Belajar dan Terbuka Terhadap Kritik

No Result
View All Result

Yang Terbaru

  • Fenomena Media Alternatif: Efektif Tapi Bisa Bawa Dampak Negatif
  • Fenomena Konser Ramah Lingkungan, Gimana Praktiknya?
  • Mengenal Apa itu Chronically Online
  • Apakah Demokrasi Adalah Sistem Pemerintahan Terbaik?
  • Mengenal Filsafat Stoikisme
Ziliun

Media yang menemani perjalanan anak muda untuk menghadapi kehidupan dan memasuki dunia kerja, serta mendorong dan memotivasi anak muda untuk menjadi versi terbaik diri mereka.

  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Tentang Kami
  • Kerja Sama

Ruang & Tempo Coworking Space

Gedung TEMPO, Jl. Palmerah Barat No. 8, Jakarta Selatan 12210

Bikin kontenmu sekarang!

© 2025 Ziliun All rights reserved.

Ziliun

  • Issuepedia
  • Workipedia
  • Inner Space

© 2025 Ziliun All rights reserved.

 

Memuat Komentar...
 

    %d