#Ziliun17 adalah 17 rangkaian infografik atau data dalam bentuk visual seputar teknologi dan Indonesia. #Ziliun17 dipersembahkan untuk menyambut HUT Republik Indonesia di tanggal 17 Agustus.
Bahwa Indonesia super kaya itu, semua orang juga tahu sih. Sumber daya alam, keanekaragaman hayati, dan potensi pariwisata kita juara. Orang Indonesia nggak akan pernah kehabisan tujuan untuk berlibur. Meski emang, sebagian kita masih milih melipir ke negara-negara tetangga untuk weekend getaway, istilah kerennya.
Banyak juga sih yang udah ngerti bener soal apa yang negeri ini tawarkan di setiap gugus pulaunya. Traveling dengan rute domestik mulai jadi pilihan bergengsi! Keliling Indonesia udah jadi mimpi sebagian kalangan. Nama-nama wisata dewa macam Pulau Komodo, Semeru, atau Wakatobi, udah santer di level lokal maupun internasional.
Tapi, berapa banyak yang tau kalo ketiga destinasi wisata kelas dunia tadi punya embel-embel “Taman Nasional” di depan namanya? Kalaupun tau juga, nggak semua paham apa maksudnya. Taunya ini indah, bagus, aja gitu. Sekedar datengin, terus nyampah di situ. Haha miris.
Baca juga: Work Hard, Learn Hard, Try Hard
Embel-embel “Taman Nasional” ini bukan perkara remeh sih. Banyak kriteria yang harus dipenuhi sebelum satu kawasan bisa dapet judul kayak gitu. Entah itu dari aspek keutuhan ekosistem, keunikan sumber daya alam, sampai soal luasnya kawasan dan pembagian zona. Jadi kalau sampai tempat tersebut menyandang judul sebagai “Taman Nasional”, sudah seharusnya diperlakukan dengan respek lah.
Kalau menurut definisi Undang-Undang, taman nasional (TN) berarti kawasan pelestarian alam yang punya ekosistem asli. Yang dikelola dengan sistem zonasi, dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.
Nah, yang poin pariwisata dan rekreasi ini nih yang suka bikin polemik sendiri.
Baca juga: Berguru pada Pemilik Dagadu
Tau nggak? Indonesia punya 50 taman nasional yang tersebar mulai dari Sumatera sampai Papua. Data Departemen Kehutanan tahun 2006 bilang, total kawasan taman nasional kita ini mencapai 16.375.253,31 hektar, yang terbagi jadi taman nasional darat dan laut.
Luas taman nasional pun bener-bener beragam. Kita punya mulai dari yang luasnya paling minimalis macam TN Gunung Kelimutu dengan Danau Tiga Warna di Ende, NTT yang cuma 5,000 hektar, sampai TN Lorentz di Papua dengan lebih dari 2,5 juta hektar, yang merupakan Taman Nasional kita yang terbesar.
Kalau soal persebarannya sih, ada 6 taman nasional di Bali dan Nusa Tenggara, 12 di Pulau Jawa, 8 di Kalimantan, 5 di Maluku dan Papua, 8 di Sulawesi, dan 11 sisanya tersebar di Pulau Sumatera. Sebanyak 6 di antara 50 taman nasional kita ini, diakui sebagai World Heritage oleh UNESCO.
Baca juga: #Ziliun17: Fakta Kepemimpinan Jokowi – Ahok di Jakarta
Ini 17 taman nasional keren yang tersebar di nusantara. Baru 17, dari total 50 yang kita punya!
1. TN Gunung Leuser, Sumatera Utara | 2. TN Kerinci Seblat, Sumatera | 3. TN Bukit Barisan Selatan, Sumatera | 4. TN Komodo, Nusa Tenggara | 5. TN Ujung Kulon, Jawa Barat | 6. TN Lorentz, Papua | 7. TN Bunaken, Sulawesi Utara | 8. TN Taka Bonerate, Sulawesi Selatan | 9. TN Wakatobi, Sulawesi Tenggara | 10. TN Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat | 11. TN Tanjung Puting, Kalimantan Tengah | 12. TN Betung Kerihun, Kalimantan Barat | 13. TN Siberut, Sumatera Barat | 14. TN Alas Purwo, Jawa Timur | 15. TN Baluran, Jawa Timur | 16. TN Meru Betiri, Jawa Timur | 17. TN Bantimurung-Bulusaraung, Sulawesi Selatan
Taman nasional ini kawasan yang dilindungi negara. Dilindungi dari apa? Manusia. Dan segala kerusakan yang dibuat oleh kita. Mulai dari polusi, dan semua hal yang bikin kawasan dan biodiversitas di dalamnya nggak lestari. Salah satu yang paling utama: sampah.
Iya. Sampah emang jadi satu momok industri pariwisata Indonesia. Objek wisata secantik apapun nih ya, kalo udah mulai ramai manusia pasti kotor-kotor juga.
Ada 3 gunung di Indonesia yang diklaim memiliki sampah terbanyak. Dan ketiganya adalah kawasan taman nasional! Silakan mangap. Gunung-gunung malang ini adalah TN Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat, TN Bromo Tengger Semeru di Jawa Timur, dan TN Gunung Gede Pangrango di Jawa Barat. Taman nasional lho statusnya, emangnya layak jadi Bantar Gebang? Yekali.
Kita bisa apa?
“Jangan tinggalkan apapun kecuali jejak, jangan bunuh apapun kecuali waktu, jangan ambil apapun kecuali gambar.”
Di samping nyalahin pengunjungnya yang udah jelas-jelas salah sih, ada baiknya kalimat peringatan di atas itu nggak cuma sekedar nampang di plang-plang kawasan taman nasional kita.
Sebagai pengunjung, cobalah lebih tau diri! Manusia seharusnya bisa lebih berbudi, apalagi orang Indonesia yang katanya terkenal akan keramahtamahan dan hospitality. Masak giliran sama alam nggak ada ramah-ramahnya sama sekali?
Baca juga: Bikin Sesuatu yang Bermanfaat Buat Orang Lain, Bukan yang Ngeselin
Sebagai “tuan rumah” dengan tugasnya sebagai penjaga taman nasional, ranger dan relawan yang terlibat di bawah naungan Balai Besar Taman Nasional seharusnya berbuat lebih dari itu sih. Lebih dari masang plang dan basa-basi ngadain operasi bersih sesekali dan tutup gunung untuk konservasi, seharusnya bisa ada kebijakan lebih tegas. Entah itu ngasih satu trashbag untuk masing-masing pendaki untuk diisi penuh kek.
Atau naikin tiket masuk kawasan taman nasonal dan mengalokasikannya untuk menggaji tenaga kebersihan yang proper dari segi skill dan jumlah, bisa juga. Daripada nge-charge kemahalan untuk kamera pengunjung, mending charge biaya kebersihan.
Saya sempat denger sih ada kebijakan check packing di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Entah bener terlaksana, atau jadinya cuma wacana. Soalnya saya pribadi nggak pernah dicek-cek kayak gitu. Diinisiasi oleh relawan, pada setiap check packing ini, bawaan pendaki diperiksa satu-satu. Yang berpotensi jadi sampah itu didata, dicocokkan ketika turun.
Butuh effort ekstra, tapi kita emang nggak bisa lah nyerahin semuanya ke tangan wisatawan Indonesia yang meski kebanyakan ngaku pecinta alam pun ternyata nggak lebih dari sekedar penikmat alam.
Jadi jangan cuma ngeluh doang kenapa pariwisata Indonesia ngga pernah take off, kalau ternyata kelakuan kita sendiri sebagai pejalan masih sembarangan dan ngga mau turut ngejaga aset yang kita punya.