Ziliun
  • Issuepedia
  • Workipedia
  • Inner Space
No Result
View All Result
  • Issuepedia
  • Workipedia
  • Inner Space
No Result
View All Result
Ziliun
No Result
View All Result

Tough Love: Jawaban Atas Semua Pencapaian Luar Biasa

PutribyPutri
27/03/2015
in Opinion
1
Tough Love: Jawaban Atas Semua Pencapaian Luar Biasa
Share on FacebookShare on Twitter

“There are no two words in the English language more harmful than good job.”

Gue punya beberapa teman yang ambisi dan prestasinya gila-gilaan. Say, mereka bisa dapat IP 4, jadi ketua organisasi sosial, dan menang lomba internasional, semua dalam satu semester yang sama.

And then we wonder, “How the fuck do they manage to live?”

Karena gue penasaran sekaligus iri, gue pun berusaha cari tahu apa yang bikin mereka kayak gitu. The problem is, saat lo nanya sambil lalu, mereka paling ngejawab dengan jawaban yang normatif.

Baca juga: All The Advices You Know in 14 Minutes

RelatedPosts

Sekali-kali Kita Keluar dari Zona Mimpi

Libra Cryptocurrency: Is it a Good Crypto (or Not)?

“Hahaha apa sih gue ga segitunya, kok.”

“Ya kerja keras aja, sih. Pinter bagi waktu. Hehe.”

Hell with these normative answers.

Karena gue ga puas, gue terus mencari sesuatu yang fundamental; akar penyebab dari segala over-achieving stuffs ini.

And I get the answer.

The answer is… tough love.

When you just spend enough time with the ambitious people, mereka pada akhirnya bakal cerita sendiri hal-hal kayak gini:

“Iya. Jadi dari gue SD, orangtua gue gak pernah memuji gue atau kasih hadiah. Kalau gue ranking 2, orangtua gue bilang ‘Kenapa gak ranking 1?’. Kalau gue ranking 1, gue dibilangin, ‘Kenapa lo gak juara umum?”

Baca juga: Work Hard, Learn Hard, Try Hard

Bahkan ada yang lebih parah kayak:

“Biasanya gue masuk 5 besar. Waktu gue masuk 10 besar, gue dikurung di rumah gak boleh keluar 2 minggu.”

Oke, mungkin bagi orang awam, lo mikir orangtuanya jahat banget, ga bersyukur, contoh parenting yang buruk.

Tapi, kalau lo sempat nonton film Whiplash kemarin, ada kutipan yang bilang:

“There are no two words in the English language more harmful than good job.”

Ada istilah yang namanya carrot and stick, atau reward and punishment. Istilahnya, lo bisa memotivasi orang dengan reward, dan juga dengan punishment. Dulu waktu era di mana orang-orang masih menghargai gaya yang otoriter, punishment bisa jadi cara yang efektif. Sekarang, dengan adanya demokrasi dan dengan dijunjungnya kebebasan berekspresi, orang beranggapan bahwa motivasi itu lebih bagus pakai reward atau carrot, bukan punishment atau stick.

Tapi menurut lo aja, orang harus dikasih reward terus gitu? Orang harus dikasih makan terus egonya dengan pujian-pujian dan kata-kata “Good job” jadi mereka cepet puas?

Baca juga: Raising the Standards

Image credit: news.jackpot4me.com

Tough love itu bukan jahat, tough love itu cara untuk bikin orang push their limit. Kalau gak ada tough love, sampai kapanpun lo akan melakukan apapun dengan standar yang sama. Dan lo juga akan terus memandang anak-anak berprestasi di atas sambil ngomong dalam hati, “Makan apa sih bisa kayak gitu?”.

Tanpa tough love, lo akan selalu berpikir orang-orang tertentu memang born exceptional, dan lo simply gak exceptional. Padahal, yang lo perlukan untuk jadi exceptional, hanyalah cambuk yang ngingetin lo kalau apa yang lo lakukan belum cukup.

Baca juga: Hidup untuk Bekerja, atau Bekerja untuk Hidup?

Dan kalau lo mikir “Ya, gue kan gak punya orangtua kayak gitu. Orangtua gue penuh kasih sayang, ga bisa kasih tough love”, lo harus tahu kalau “cambuk” itu bisa berupa apa aja. Bisa lingkungan yang kompetitif, bisa juga lo ngasih makan diri lo dengan success story, dan lain sebagainya.

So if you still wonder, “How the fuck do the over-achieving guys manage to live?”

Jawabannya: tough love.

Unless you want to stick with the same standard your whole life, mending cari “cambuk” lo dari sekarang.

Header image credit: nypost.com

Bagikan ini:

  • Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)

Menyukai ini:

Suka Memuat...
Tags: Articlespola pikirtough lovewhiplash
Previous Post

How a Small Favour to Others, Changed My Whole Life

Next Post

Yang Muda, Yang Cekatan?

Next Post
Yang Muda, Yang Cekatan?

Yang Muda, Yang Cekatan?

Comments 1

  1. Ping-balik: hukum(an) | Ziliun

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Yang Terbaru

  • Fenomena Media Alternatif: Efektif Tapi Bisa Bawa Dampak Negatif
  • Fenomena Konser Ramah Lingkungan, Gimana Praktiknya?
  • Mengenal Apa itu Chronically Online
  • Apakah Demokrasi Adalah Sistem Pemerintahan Terbaik?
  • Mengenal Filsafat Stoikisme
Ziliun

Media yang menemani perjalanan anak muda untuk menghadapi kehidupan dan memasuki dunia kerja, serta mendorong dan memotivasi anak muda untuk menjadi versi terbaik diri mereka.

  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Tentang Kami
  • Kerja Sama

Ruang & Tempo Coworking Space

Gedung TEMPO, Jl. Palmerah Barat No. 8, Jakarta Selatan 12210

Bikin kontenmu sekarang!

© 2025 Ziliun All rights reserved.

Ziliun

  • Issuepedia
  • Workipedia
  • Inner Space

© 2025 Ziliun All rights reserved.

%d