Jarang ngeliat karya-karya anak bangsa di pasar industri kreatif? Misalnya komik, game, ilustrasi, film, atau animasi anak bangsa. Sebenarnya tuh banyak banget karya-karya beken anak bangsa, tapi kenapa sulit ditemukan di pasar ya?
Nah, ternyata hasil karya yang bagus aja gak cukup untuk bisa masuk pasar industri kreatif. Jadi menurut Thomas A Crowell dalam bukunya yang berjudul The Pocket Lawyer for Comic Book Creators: A Legal Toolkit for Comic Book Creator, suatu karya yang sudah dibikin oleh para kreator harus mengalami tahap publikasi, baik dengan publikasi sendiri kayak pake media sosial, atau melalui kerjasama dengan publisher.
Bisa sih sukses dengan publikasi sendiri, tapi emang lebih ribet karena biasanya para kreator punya tenaga atau modal yang terbatas. Jadi emang lebih baik kalo kerja sama dengan publisher karena mereka lebih mengerti cara publikasi yang baik. Di sisi lain, sebenarnya para publisher juga butuh karya-karya yang bagus untuk dipublikasikan dan dipasarkan hingga tingkat internasional. Dari sini, keliatan kan sebenarnya kreator dan publisher itu saling membutuhkan dan perlu ketemu untuk memajukan industri kreatif Indonesia.
Baca juga: Game di Indonesia, Sekarang dan Akan Datang
Menurut Crowell, masalahnya adalah sulit banget bagi kreator dan publisher untuk ketemu karena berbagai alasan misalnya karena jarak yang berbeda, kesibukan, atau satu sama lain memang tidak saling mengenal. Contohnya seorang kreator yang memiliki karya yang bagus gak bisa ketemu publisher karena gak punya akses untuk ketemu publisher tersebut. Sedangkan, si publisher yang ingin menerbitkan karya yang bagus sulit untuk ketemu dengan kreator bertalenta.
Sebagai konvensi budaya populer terbesar di Asia, Popcon Asia ngelihat melihat masalah ini dan memberikan solusi dengan membuat acara Portfolio Review dalam rangkaian acara Popcon Asia selama tiga hari berturut-turut. Di sini para publisher akan hadir berdasarkan jadwal yang sudah ditentukan. Jadi para kreator bisa datang untuk berbincang dengan para kreator dan menyerahkan porfolio mereka sesuai dengan publisher yang dituju. Publisher yang hadir di antaranya adalah Line Webtoon, ReOn, Giggle Garage, Xilam, Penerbit Haru, Cendana Art Media, Bukune, Moutarde & Wasabi, Shonen Fight, Digital Capult, dlan lain-lain.
Kadang, talenta dan karya keren aja gak cukup. Supaya industri bisa maju, layaknya musisi yang butuh produser dan startup yang butuh mentor, kreator dan publisher cuma perlu ketemu.
Mau ikut? Lihat jadwal Portfolio Review di Popcon Asia 2015.
Baca juga: Ami Raditya, Lulusan Hukum yang “Gatal” Ngebikin Media Game
Header image credit: wired.com
Comments 1