“A man travels the world over in search of what he needs and returns home to find it.” – George Moore
Kata “akselerasi” pertama kali gue dengar waktu SD dulu, saat ada yang namanya kelas atau program akselerasi. Ya, yang bisa lulus cepet itu. SD 6 tahun bisa jadi 5 tahun. SMP 3 tahun bisa jadi 2 tahun.
Saat udah kuliah dan kerja pun, kata ini juga nge-hits, cuma sekarang adanya “akselerator”: startup accelerator, business accelerator. Semua aja diakselerasi, karena orang gak sabar mau cepet-cepet sukses dan menuai hasil.
Semua orang: orang tua, guru, masyarakat, semuanya nyuruh kita cepat-cepat dalam segala hal. Cepat lulus kuliah, biar cepat dapat kerja. Cepat mapan, biar bisa cepat nikah. Kalau udah nikah, cepat dapat anak.
Baca juga: Perusahaan Multinasional: Curi Ilmunya, Bukan Namanya
Sementara, anak-anak muda di Eropa punya tradisi yang namanya gap year, yaitu semacam “satu tahun liburan” setelah lulus SMA dan sebelum masuk kuliah, dengan traveling ke negara lain dan terlibat dalam proyek-proyek sosial, atau magang di berbagai perusahaan.
Tujuannya? Ya untuk lebih mengenal diri sendiri, untuk punya waktu mikir habis ini mau ke mana, sekalian belajar hal-hal nyata yang gak didapetin di bangku sekolah.
Kalau menurut orangtua-orangtua di Indonesia yang selalu pengen cepet sih, yang namanya gap year pasti dianggep ngabisin waktu. Ngapain coba buang-buang waktu setahun, ke luar negeri ngabisin duit, gak tentu arahnya ke mana?
Baca juga: Jangan Asal Nurut Orangtua!
Ya, sebenarnya esensinya bukan setahun jalan-jalan ke luar negeri sih. Esensinya adalah, you need time to think. Kebiasaan masyarakat kita yang suka banget mengakselerasi itu buruk. Buruk kenapa? Ya orang jadinya ga punya waktu untuk mikirin, sebenarnya mau mereka apa, bener gak ini jalan yang mereka mau ambil? Mungkin saat ini gak ngabisin waktu, tapi kalau salah pilih jalan, ke depannya bisa nyesel.
Seperti judul artikel ini, supaya berhasil, lo harus slow down and chill! Gak harus sampe ngambil gap year, tapi dari waktu ke waktu mesti nanya ke diri sendiri, mau gue apa. Jangan sampe kejebak di paradigma “mau cepet berhasil” tapi gak ngerti mau berhasil dalam hal apa.
Dikatain orang lamban dan ngabisin waktu? Ya elah, yang penting lo gak ngambil path yang lo gak suka. Santai aja bentar, baru nanti “akselerasi” lagi. Slow down and chill!
Baca juga: Working at Startup: Are You In for the Money or for the Values?
Header image credit: gapyear.com
Comments 2