Alasan ngomik sebetulnya menyampaikan gagasan melalui cerita bergambar kepada pembaca untuk membuat mereka merasa terkesan dengan gagasan kita, apapun genre-nya. – Sweta Kartika
Sebelumnya Sweta sudah sharing tentang kunci berkarya, artikelnya bisa dibaca di sini. Masih mau tau lebih banyak tentang Sweta Kartika? Langsung aja deh, baca di bawah ini!
Adakah suatu alasan tertentu kenapa Mas Sweta memilih menjadi seorang komikus? Atau kenapa sih memutuskan untuk membuat Grey & Jingga, Wanara, dll?
Nggak ada alasan khusus sih, ya karena suka ngomik aja. Tapi kalau secara tujuan, tergantung judul komiknya. Misalnya, Pusaka Dewa saya buat karena kegemaran saya pada dunia persilatan dan nuansa kerajaan Hindu-Budha di Nusantara. Masing-masing judul pasti punya spesifikasi tujuan yang berbeda.
Baca juga: Buat Para Cosplayer: Sekali-kali Cosplay Karakter Lokal Juga, Dong!
Sekarang terkait Popcon Asia, menurut Mas Sweta, Popcon Asia itu acara seperti apa sih untuk creator seperti Mas?
Popcon menjembatani banyak hal, baik antara komikus dengan pembaca, pembaca dengan komiknya, komikus terhadap komiknya, dan komikus dengan komikus lain. Pembaca jadi bisa berinteraksi langsung dengan suasana yang sesuai dengan dunia kreatif. Sesama komikus bisa saling bertemu, dan juga bertatap muka dengan kreator di bidang lain. Terhadap komiknya sendiri, komikus jadi bisa menempatkan Popcon sebagai ajang untuk meluncurkan judul baru dan membangun hype.
Ada tips dan trik buat orang yang mau jadi komikus, Mas? Langkah pertama apa sih yang mesti mereka ketahui untuk mengetahui pasar?
Yang pertama, syarat jadi komikus adalah ngomik dengan senang hati tanpa ada paksaan atau tuntutan. Termasuk tuntutan pada diri sendiri untuk bisa terkenal, kaya, apalagi buat menarik perhatian mantan.
Baca juga: Wajib Kenalan Sama 6 Publisher ini di Popcon Asia 2015
Alasan ngomik sebetulnya menyampaikan gagasan melalui cerita bergambar kepada pembaca untuk membuat mereka merasa terkesan dengan gagasan kita, apapun genre-nya.
Jadi, target suatu komik sebetulnya sederhana, baru tercapai ketika pesan di dalam komik tersampaikan dengan baik kepada pembaca. Yang selanjutnya, pasti berhubungan dengan teknis, seperti teknik penyusunan plot, pembuatan karakter, desain tokoh, menggambar, dll.
Yang paling ujung biasanya berkaitan dengan produksi dan marketing. Dan sudah ada penerbit yang bisa memfasilitasi semua itu. Tapi untuk komikus indie, kemampuan produksi dan marketingnya harus dikuasai juga.
Baca juga: Siapa aja Superhero Indonesia di Popcon Asia 2015?
Apakah Mas Sweta pernah mengalami Art Block? Bagaimana menghadapinya? Bagaimana cara agar ide dan inspirasi ada terus? Siapa inspirator Mas Sweta?
Nggak pernah Art Block. Malah sebaliknya, kebanyakan ide. Kalau saya bisa membuat kloningan, saya bisa bikin 50 judul dalam setahun. Sayangnya, saya cuma satu.
Inspirator saya banyak, tidak melulu dari kalangan komikus.
Wah, kalau banyak ide gitu biasanya langsung catet atau gimana, mas? Dari luar kalangan komikus siapa dan kenapa? Kalo dari komikus siapa dan kenapa terinspirasi darinya?
Pak Alfred Hitchcock, Nicola Tesla, Sex Pistol, dan Sylvester Stallone juga menginspirasi saya banyak hal.
Yang paling – paling deh mas. Kenapa bisa terinspirasi?
Nggak ada sih. Saya tidak pernah terinspirasi ke satu orang. Itu moto hidup saya. Makanya gambar saya khas, karena saya mempelajari banyak gaya gambar dari banyak pengkarya.
Belajar dari banyak orang berarti salah satu cara mencari ciri khas sendiri ya?
Mungkin begitu kesimpulannya, tapi saya tidak pernah menyimpulkan. Cukup dengan memperlihatkan bukti yang sudah terwujud di diri saya.
Image header credit: carrotacademy.com