Nama Shani Budi Pandita saat ini udah dikenal gak cuma di circle komik, tapi juga oleh banyak anak muda Indonesia lainnya, gara-gara inisiatifnya membuat Nusantaranger, komik Super Sentai-nya Indonesia. Tim Ziliun tadi malem iseng ngobrol dengan Shani lewat Facebook chat (manggilnya Kak Shani, karena yang ngajak chatting masih bocah) tentang alasan dia berkarya dan pesan-pesannya buat para kreator lokal. Yuk dibaca!
Saat ini, kakak sedang bikin project apa aja sih kalo boleh tahu? 🙂
Ada beberapa project, yang terdekat pertama tentu penerus Nusantaranger, dan yang kedua itu masih riset untuk Jagad Raya, dan yang ketiga itu komik H2O Reborn dari kolamkomik, dengan tim baru yang sebagian besar tim di belakangnya adalah tim dari Nusantaranger. Begituu.
Apa sih alasan Kak Shani berkarya sampai saat ini? Apakah ada tujuan utama tertentu yang ingin dicapai?
Hmmm, tujuan berkarya sampai saat ini, buat gue pribadi, punya misi untuk memperkenalkan Indonesia sih dari berbagai aspek, mungkin juga itu beberapa karya yang sudah dan akan datang juga intinya ada di situ. Kayak Nusantaranger kan ingin memperkenalkan budaya Indonesia. Jagad Raya ingin memperkenalkan atau mengingatkan kembali cerita-cerita rakyat/fabel/dongeng di Indonesia. H2O Reborn pun ingin memperkenalkan Ramayana (walaupun sebenarnya aslinya India) tapi epos ini sangat terkenal di Indonesia.
Mungkin terdengar naif, tapi itu misi di belakang karya-karya gue sih.
Maaf sebelumnya, epos itu apa, Kak?
Cerita pewayangan, hehehehe.
Bagaimana lingkungan keluarga mempengaruhi karya-karya Kak Shani?
Keluarga mungkin nggak berpengaruh langsung dengan hasil karyanya, tapi lebih ke moral support, di mana mereka Alhamdulillah mendukung dengan apa yang gue kerjakan, ya kecuali Tami (istri Shani Budi, red.) yang kebetulan juga terlibat langsung di beberapa project sih.
Baca juga: Sweta Kartika, Memasukkan Unsur Indonesia di Tiap Karya
Ada nggak sih pengaruh karya-karya sebelumnya terhadap karya yang Kak Shani kerjakan saat ini? Ceritakan dong.
Ehmm.. nggak ada sih, soalnya antara satu karya dan karya lain bener-bener beda dari genrenya. Mungkin yang terasa pengaruhnya nanti Nusantaranger ke penggantinya sih, karena dari tema dan misi nya masih sama.
Sebagai kreator, Kak Shani pernah mengalami kegagalan ga? Atau tolak ukur kegagalan untuk seorang kreator menurut Kak Shani itu seperti apa sih?
Pernah doong. Tolak ukur kegagalan kalo menurut gue kalo karya yang kita ciptakan itu maksudnya gak nyampe ke yang menikmati karya kita. Menurut gue sebagus apapun karya yang kita buat kalo maksudnya nggak nyampe ke penikmat itu bisa dibilang gagal.
Cara Kak Shani menangani itu semua bagaimana? Apa aja sih yang membuat Kak Shani tetap bertahan untuk berkarya? Apalagi masih banyak yang belum menyadari keberadaan komik Indonesia.
Jangan pernah nyerah sih intinya, cari terus caranya gimana supaya karya kita diterima sama orang dan misinya pun nyampe. Yang membuat gue bertahan berkarya? Misi gue tadi sih, ingin memperkenalkan Indonesia dengan cara apapun, salah satunya komik, justru dengan belum banyaknya yang menyadari keberadaan komik Indonesia, harusnya malah tambah semangat berkaryanya dan bisa membuktikan kalo komik Indonesia juga patut diperhitungkan
Ada nggak sih tips buat teman-teman yang baru mau berkarya (entah wujudnya komik atau apa) tapi bingung dan belum tau mulai dari mana?
Riset sih. Cari medium karya yang pas, supaya maksud berkaryanya nyampe ke calon penikmat Jangan maksain medium komik misalnya, kalo memang lebih cocok animasi misalnya. Dan jangan malu buat menggunakan social media (Twitter misalnya) sebagai medium buat brainstorming ke calon penikmat karyanya.
Baca juga: Kolaborasi, Kunci Bangkitkan Intellectual Property dari Mati Suri
Kak Shani nggak takut kalau idenya dicuri kalo menggunakan social media untuk brainstorming?
Nggak, ide semuanya kan ada di kita, kalau dicuri pasti hasilnya akan beda dengan kita. Pasti.
Jadi jangan takut untuk share ide di social media yah,asal konsep kita mateng?
Iya. Dengan taro di socmed kan kita secara nggak langsung juga bilang “Nih ide gue” gitu.
Kak Shani kan dari kemarin dengan sukarela nge-tweet alasan Kak Shani ke Popcon itu apa. Menurut Kak Shani, apa sih istimewanya acara Popcon?
Yang membedakan Popcon sama yang lain menurut gue itu, acara ini sangat mengedepankan IP lokal, dan bukan hanya untuk jualan aja seperti beberapa event yang ada gitu. Kalo misalnya ada orang yang punya karya dan mau menunjukkannya, menurut gue Popcon itu event paling tepat di antara yg lain. Dari Popcon-nya sendiri pun menekankan itu dari awal kan.
Oh iya, Popcon itu kan suka banget sama yang namanya kolaborasi. Aku pengen tanya soal kolaborasi mengingat karya Nusantaranger merupakan hasil kolaborasi. Gimana sih cara bikin tim buat berkarya? Apakah menyatukan visi dulu atau seperti apa?
Kalo kasus Nusantaranger, waktu itu mengumpulkan timnya beneran via socmed. Jadi waktu gue brainstorming via Twitter, gue ngeliat siapa aja yang beneran tertarik. Waktu itu ketemu Nabun dan Ines dan dari situ nambah Sweta, Ova dan Toto. Jadi socmed juga bisa jadi cara buat cari tim buat menciptakan sebuah karya. Visi emang harus disatukan setelah itu, kebetulan dari awal visi tim Nusantaranger itu udah sama, jadilah lebih mudah ke depannya.
Jadi Kak Shani justru menemukan tim lewat social media? Tapi sebelumnya Kak Shani udah kenal Kak Ines dan Kak Nabun kan?
Kebetulan udah. Heeh, Nusantaranger itu sebagian besar timnya terkumpul berkat social media.
Waaah keren keren *padahal uda sering nonton beritanya wkwkwk*. Mungkin ini terakhir kak, kasih pesan kakak buat para kreator yang dateng ke Popcon nanti, atau mungkin calon kreator.
Jangan males riset, jangan cepat menyerah kalo ketemu halangan, dan gunakan social media untuk memperkenalkan ide dan karya kamu.
Oke, terima kasih Kak Shani. Ketemu di Popcon ya! 😀
Header image credit: nusantaranger.com