“Tukang Soto Daging favorit itu ditangkap Polisi. Terlalu banyak sepatu anak-anak ditemukan di rumahnya.”
Tweet di atas ditulis oleh @salmanaristo, seorang sutradara film yang aktif di komunitas Fiksimini. Cerita fiksi yang biasa kita baca di buku, koran, atau majalah memang sudah biasa. Bagaimana dengan fiksi di situs micro-blogging? Itulah konsep unik yang dibawa oleh @fiksimini, sebuah komunitas literasi berbasis Twitter yang eksis selama lima tahun belakangan.
Tahun pertama berdiri, @fiksimini berhasil menjadi “The Most Inspiring Twitter” di Pesta Blogger 2010. Komunitas online ini pun telah merambah ke format film dan musik. Di tahun 2011, ada 9 film pendek berbasis fiksi mini yang tayang di “Hoopla! Film Festival” di Singapura.
Mendekati ulang tahun Fiksimini yang ke-5 di bulan ini, Ziliun mendapat kesempatan mewawancarai Oddie Frente, penulis yang juga merupakan presiden komunitas Fiksimini.
Baca juga: Karakter Fiksi Indonesia Butuh Proteksi Hak Cipta
Bagaimana awalnya tertarik dengan format fiksi yang terbatas 140 karakter ini?
Awalnya mencoba untuk menikmati Twitter sebagai media sosial baru yang mulai banyak digunakan orang Indonesia di 2010. Di 2009, banyak orang bingung untuk apa sebenarnya Twitter itu. Di awal 2010, beberapa penulis mencoba membuat cerita di Twitter. Karena terbatas 140 karakter, jadilah cerita itu sangat pendek. Cerpenis Agus Noor salah satu pencetus tweet cerita pendek dan mulai menggunakan hashtag #fiksimini.
Ternyata banyak orang yang ikut menulis, tidak hanya penulis saja. Bulan Maret 2010, Agus Noor kemudian membuat akun @fiksimini dibantu dua penulis lain untuk memoderasi: Clara Ng dan Eka Kurniawan. Saya pun bergabung karena ini menjadi keasyikan baru di Twiiter.
Perbedaan apa yang paling terasa, saat menulis fiksi mini dengan fiksi biasa yang lebih panjang?
Yang paling mendasar adalah efisiensi penggunaan dan pemilihan kata (diksi). Karena sangat pendek, cerita itu harus mencuri perhatian dalam sekali tweet. Cara mencuri perhatian adalah dengan meliarkan imajinasi sehingga mendapat sudut pandang yang tak biasa.
Bagaimana Mas Oddie, sebagai Presiden Fiksimini, berencana bisa terus memberdayakan para fiksiminiers dan melibatkan netizen untuk menulis fiksi mini?
Akun @fiksimini itu tak hanya bertujuan sebagai latihan menulis, melainkan untuk sekaligus menangkap bibit-bibit baru sebagai bahan baku kemajuan sastra dan Bahasa Indonesia. Setidaknya, ada mainan positif bagi netizen dalam kiprah di media sosial.
Kami memadukan kegiatan online dan offline. Dalam offline, kami pernah membuat creative writing workshop di Jakarta dan beberapa daerah, sebagai contohnya.
Baca juga: Komunitas Jendela, Majukan Pendidikan Dengan Budaya Membaca
Bagaimana para anggota komunitas mendukung satu sama lain untuk menghasilkan fiksi yang lebih baik?
Yang paling utama adalah membuat proyek-proyek menulis antar fiksiminiers. Di sini tujuannya saling mengapresiasi tulisan masing-masing. Hal lain yang sederhana adalah saling info/tukar buku-buku bacaan. Kemampuan menulis tidak akan berkembang jika tidak didukung dengan membaca yang banyak.
Fiksimini sendiri, dengan cara apa ingin lebih berkontribusi terhadap sastra Indonesia?
Dampak yang utama adalah buku-buku karya fiksiminiers yang sudah diterbitkan. Secara kualitas, fiksiminiers sudah terbiasa mengolah imajinasi sehingga buku yang dihasilkan memiliki tema yang beragam untuk fiksi sastra. Dan, karena taat berbahasa, fiksiminiers menulis dengan menjunjung kaidah berbahasa yang baik dan benar karena bahasa adalah alat utama kesusatraan.
Sekarang Komunitas Fiksimini bukan hanya komunitas menulis. Kita telah menjadi komunitas kreatif, namun kemampuan literasi sebagai basis utamanya. Dari tulisan fiksimini, sudah jadi lagu, film, lukisan, ilustrasi, dan sketsa.
Apa pencapaian dan goal ke depan dari Fiksimini?
Karena telah menjadi komunitas kreatif, kami ingin sebanyak dan sesering mungkin berkolaborasi dengan komunitas lainnya di luar komunitas literasi. Kami berharap besar lebih banyak melakukan kerja kreatif ke depannya dan makin banyak muncul potensi-potensi untuk kemajuan industri kreatif.
Baca juga: Q&A: Leon dan Tokopedia, Membangun Indonesia Yang Lebih Baik Melalui Internet
Header image credit: news.filehippo.com